Dua minggu telah berlalu sejak hari itu, entah mengapa aku memiliki kebiasaan baru hanya untuk melihat perempuan yang menurutku menarik. Di waktu senggang diantara mengajar kuliah aku menyempatkan diri untuk swipe - swipe. Dan aku tidak mengerti mengapa aplikasi ini membuatku seperti candu akan sesuatu, padahal hanya swipe dan melihat mana yang menarik untukku.
Haripun berlalu, kini tiba saatnya kami bertemu kembali di sebuah tempat biasa kami berkumpul, kali ini ada yang berbeda karena rama membawa istrinya dan mulailah perdebatan diantara kami.
"Waini si kampret, udah dibilang jangan bawa bini, gue aja ga bawa, kasian itu temen kita belom nikah, belom nemuin jodohnya, so please hormati lah", bimo pun memulai percakapan.
"Duh maap ya bim, gue lupa nganterin bini gue, ada acara arisan dia tadi di komplek deket sini, terus gue kebagian jemput soalnya supir ga ada, ya gue bawa kesini aja dah, maap ya ki",
"Duh, please dah, bawa pulang itu bini lu dulu, jangan sampe kiki ngeluarin kata – kata mautnya. Tau sendiri gimana kalo dia udah ngomel, dosen cuma jadi kedok doang biar terlihat lebih dewasa", "Si anjir, omongannya yak, kadang suka bener, dah pulang dulu lu sono, ntar balik lagi",
Dan rama pun pulang mengantar istrinya, disela menunggu rama kembali, bimo menanyakan hal yang sudah pasti aku tahu tujuan akhirnya yaitu calon istri.
"Ehem... jadi gimana bapak dosen? Dari apk kemaren, udah nemu yang menarik?", "Boro – boro bim, kerjaan gue cuma swipe - swipe doang, nemu yang menarik juga engga", "emang ga ada yang match sama lu?", "Hah? Match apaan? Game?", "Aduh, atulah bapak dosen kita tercinta, ini kan ada tab yang buat swipe, nah sebelahnya ada tab yang match sama kita, jadi ketika kita swipe dia terus dia swipe kita juga ntar match. Ah status doang dosen sama kerja di tempat IT, ginian doang ga ngerti", "Lah iya, banyak bim udah match sama gue haha, ada empat puluhan nih, terus ini gimana? Di chat atau gimana?", "Gue mau, elu yang nentuin sendiri ki, yang bener buat lu menarik, ajak chat aja, kali aja ada yang jodoh".
Dari sekian banyak pilihan, mataku tertuju pada satu perempuan belia. Usianya berbeda empat tahun denganku, wajahnya tidak asing bagiku apakah ini salah satu mahasiswiku? Entahlah, mungkin aku ingin mencoba berkenalan dengannya.
"Bim, ada yang manis bim, tapi lumayan berisi gitu badannya. Manis sih, tapi usianya jauh bim sama gue. Dia lebih muda empat tahun dari gue, jangan – jangan mahasiswi gue, ntar malu jir kalo beneran mahasiswi gue. Ntar dibilang 'bapak dosen jomblo ya, saking ga laku sampe mainan aplikasi anak muda', mau ditaro dimana muka gue jir kalo beneran",
"Bapak dosen yang terhormat, coba aja dulu, kali aja jodoh lu. Ya kalo beneran mahasiswi lu, kenapa ga dicoba? Bagus dong, jadinya lu lebih deket sama dia, ya kan?",
Aku mulai berkenalan dengannya, dengan mulai sapaan 'hai' yang selalu tersampaikan pada saat orang berkenalan. Iya memang rasanya terlalu aneh, ada orang dewasa yang mencoba berkenalan dengan anak yang lebih muda. Tetapi setidaknya aku sudah mengikuti apa yang disarankan oleh bimo.
"Hai pak dosenku tercinta", sebuah balasan yang cukup mengagetkanku dan bimo. Benar adanya bahwa aku berkenalan dengan mahasiswiku di kampus tempatku mengajar.
"Ah bener kan bim, mahasiswi gue. Malu sumpah yak, gimana besok kalo gue ngajar sama dia, mau ditaro dimana muka gue? Kalo dia ngomong ke temennya, duh reputasi gue ancur jir sebagai dosen", "Bawel bener yak, justru bagus dong, ada mahasiswi lu yang swipe sama lu, ya lu mulai tanya aja, dia mahasiwi lu yang dimana dll, nanya apa ke, tapi inget, gausah terlalu formal, ini bukan chat dosen sama mahasiswinya",
Mulailah percakapanku dengannya, mulai dari menanyakan dimana dia berkuliah sampai bagaimana kesannya dia saat aku ajari. Dan masih banyak yang aku tanyakan, mulai dari kesehariannya di kampus dan lainnya.
"Bapak ga nanya kenapa aku bisa match sama bapak?", sebuah pertanyaan yang langsung menjurus ditujukan padaku.
Aku memang pada awalnya tidak mengerti untuk apa aplikasi ini digunakan, awalnya hanya iseng demi menyenangkan bimo, dan pada akhirnya berakhir seperti ini. Aku juga tidak mengetahui kenapa dia bisa match denganku? Aku hanya murni iseng karena bimo, ya tapi begitulah semua itu dimulai.
"Duh, jangan manggil bapak dong, berasa tua. Kan di kampus juga ga saya ijinkan memanggil saya bapak, saya hanya berbeda beberapa tahun dengan kamu, panggil kakak saja. Oh iya, saya juga ingin bertanya, kenapa kamu bisa match dengan saya? Apa ada yang menarik dari saya? Atau memang karena saya dosen kamu?",
"Duh kak, maap yak, lupa hehe. Oh iya, mengenai itu, langsung menjurus nih pertanyaannya? hehe,, gamau perkenalan dulu atau apa gitu? Emangnya kakak tahu aku yang mana?", "Kamu itu mahasiswi saya, yang bimbingan sama saya kan? Kalau tidak salah, kamu itu yang kelas proposal itu kan? Alfa kelas manajemen bisnis", "Yes, seribu buat kakak hehe, kalo seratus kedikitan hehe",
Dan percakapan kami berlanjut hingga pukul setengah sepuluh malam. Aku mengacuhkan bimo dan rama karena terlalu asik untuk berbincang dengan mahasiswa. Diluar dari topik tugas akhir, kami membicarakan beberapa hal, mulai dari kehidupan mahasiswa hingga bagaimana rasanya menjadi dosen. Diluar itu, ada daya tarik tersendiri yang terpancarkan olehnya.
