BAB 13 ❤ PERJUANGAN MAAF

77 17 6
                                    

Ada sesuatu yang indah di balik bekas luka sesakit apa pun. Bekas luka berarti luka sudah berakhir, luka tertutup dan sembuh, selesai.

♡♡♡♡

Devin menghentak - hentakan kakinya bosan. Ini sudah memasuki jam pulang. Namun, orang yang ditunggunya tak kunjung keluar dari kelas. Sebenarnya, Tamara ngapain sih?

Devin pergi menjauh dari taman dan melangkahkan kakinya menuju koridor kelas 10 IPA. Ia mencari - cari kelas 10 IPA 1. Devin melihat seorang perempuan tengah tertidur di kelas dan memakai headset.

Tamara.

Devin memasuki kelas Tamara, dan menghampiri Tamara. "Tam?" Ucap Devin sambil menggoyang-goyangkan lengan Tamara. Namun, Tamara tak bereaksi apapun . Devin semakin gelisah.

"Lo panas, Tam" Devin tadi memegang dahi Tamara yang memang panas. Devin berpikir, kenapa Freya tidak tahu kalau Tamara sakit? Apakah mereka bertengkar? Devin tak tahu. Lagipula itu juga bukan urusannya.

"Tam? Bangun Tam." Upaya Devin membangunkan Tamara membuahkan hasil. Tamara bangun dan kaget melihat Devin. "Pergi lo! Gue gak mau ketemu lo lagi."

Tamara melangkahkan kakinya keluar kelas dengan langkah sempoyongan. Kepalanya sangat pusing dan nyeri. Ia memegangi kepala nya sebelah kiri dan akhirnya pingsan.

Dengan sigap, Devin membopong Tamara menuju UKS. Untungnya, pintu UKS, masih belum dikunci. Devin membaringkan Tamara dengan hati hati agar perempuan itu tak terjatuh. Ia mendekati rak obat dan mengambil obat penurun panas.

"Please, maafin gue," rintih Tamara. Devin segera menghampiri Tamara. "Tam, gue kira lo udah bangun. Ternyata lo ngigau," gumam Devin dan duduk di salah satu kursi UKS.

Sembari menunggu Tamara bangun, Devin browsing tentang barang yang disukai oleh perempuan. Namun, setelah 5 menit browsing, Devin merasa barang itu semua tak cocok bagi Tamara.

Menurutnya, Tamara bukan lah perempuan biasa. Ia bukan perempuan feminim, cantik dan apalagi cabe - cabe-an. Tamara adalah sosok perempuan dingin, cuek minta ampun dan juga tak suka dekat dengan laki - laki.

Tamara beda dari yang lain.

Coba kalo lo gak cuek, Tam. Gue paling suka sama lo, batin Devin dalam hati. Ia menghampiri kasur Tamara dan memperhatikan wajah Tamara yang sebenarnya adalah cantik.

Tamara mengerjapkan matanya dan menyadari bahwa kini ia berada di UKS dengan Devin. Devin. Kenapa Tamara terus saja bertemu dengan cowok menyebalkan itu?

"Tam, lo udah bangun?" Devin lalu menyodorkan obat penurun panas ke Tamara. "Nih, minum obatnya Tam. " Tamara menggeleng dan segera mengambil tas nya yang berada di kursi UKS.

"Gue mau langsung pulang." Ucap Tamara dan meninggalkan Devin sendirian di UKS. Devin menghela nafas kasar dan berlari mengejar Tamara. Ia tahu Tamara tak akan memaafkannya. Tapi, ia harus berusaha.

"Tam. Gue tau gue salah. Tapi, please maafin gue," pinta Devin dan memegang pergelangan tangan Tamara. "Seenaknya lo minta maaf setelah lo bohongi gue Vin?" Bentak Tamara dan menepis tangan Devin.

"Gara - Gara lo, persahabatan gue hancur! Cukup sampai sini aja gue kenal sama lo Vin!" Kata kata Tamara seakan menusuk ulu hati Devin. Ternyata dirinya lah yang membuat persahabatan Tamara hancur. Ia melihat Tamara yang mulai menitikkan air mata.

"Lo pengecut Vin! Gue benci banget sama lo!" Ucap Tamara dan berlari sekuat tenaga meninggalkan Devin yang diam termangu. Ia mencerna baik baik ucapan Tamara dan seketika hatinya seperti tertusuk ribuan duri. Nyeri.

THANK YOU [COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang