BAB 23 ❤ SUATU KEBETULAN

44 8 4
                                    

I love you,
I miss you,
I need you,
But you don't feel same.

♡♡♡♡

Cika menyelempangkan sling bag-nya yang berwarna biru tosca. Jessica berdiri di ambang pintu kamarnya dan menatap Cika horror. "Apaan sih dek?" Tanya Cika dan menyingkirkan tubuh Jessica.

Jessica mendengus sebal dan menarik rambut Cika dari belakang. "Kakak mau kemana? Mau pacaran ya? Malam minggu lagi." Tuduh Jessica yang membuat Cika naik darah.

"Enak aja kalau ngomong. Siapa juga yang pacaran. Pacar aja gak punya." Jawab Cika dan merapikan kembali rambutnya. Jessica terkekeh dan menyentil bahu kakaknya itu.

"Kasian banget sih kakak. JOMBLO!" Tangan Cika sudah gatal untuk memukul adiknya ini. Namun, Jessica langsung lari terbirit-birit menjauhi Cika. Jessica juga menjulurkan lidahnya mengejek Cika.

Dasar, adik laknat, umpat Cika dalam hati. Cika menuruni tangga dan mengambil kunci motor di atas nakas dekat kamar mama papanya. Ia mengambil helm-nya dan mengucapkan salam.

Saat akan menghidupkan motor, handphone-nya yang berdering. Ternyata panggilan dari Freya. Cika langsung mengangkatnya dan menaruh handphone-nya di telinganya.

Apa Frey?

Lo dimana?

Mau otw ke Chocova. Kenapa? Lo udah disana?

Belum. Gue nebeng lo ya. Bensinnya gue bayarin lima ribu.

Aelah, Frey. Ya udah tunggu gue. Alamat lo dimana?

Lo jemput gue di swalayan jalan MT. Haryono aja.

Oke, tunggu gue.

Siap bosku!

Cika mematikan panggilan dan langsung tancap gas untuk menjemput Freya. Kali ini Cika hanya bisa bermain dengan Freya. Alexa tidak bisa dikarenakan ada acara keluarga dadakan. Sedangkan Tamara malas untuk berpergian.

Cika mengerem motornya saat berada di perempatan lampu merah. Saat menunggu lampu menjadi hijau, Cika mendengar suara bisikan yang berasal dari kanan dirinya. Ia menoleh dan menemukan Gilang yang mengendarai motor sport-nya.

"Loh, Gilang?" Gilang tersenyum dan melambaikan tangannya pada Cika. "Mau kemana lo?" Tanya Cika. "Mau ke restoran kakek gue." Jawab Gilang dan mengadah melihat angka di perempatan.

"Cik, gue duluan ya! Bye." Ucap Gilang dan langsung tancap gas. Padahal lampu masih menunjukan merah, dan Gilang menerobosnya. Gila ya tuh anak. Mau mati di jalan mungkin, batin Cika dan geleng-geleng kepala.

Selagi menunggu kedatangan Cika, Freya memainkan game piano tiles kesukaannya di handphone-nya. Hampir semua lagi yang ia mainkan sudah berpangkat mahkota. Freya memang suka memainkan game itu sedari ia masih SMP.

Tiin... Tiin...

"Frey!" Panggil Cika dan membunyikan klaksonnya dua kali. Freya tersenyum dan langsung memakai helm-nya yang bergambar minions.

"Makasih udah mau jemput gue! Makin suka deh sama Cika." Freya memeluk Cika dari belakang kemudian berpegangan pada bahu Cika.

"Risih gue. Gue bukan tukang ojek ya yang lo pegangin bahunya." Protes Cika dan menyingkirkan tangan Freya dari bahunya.

"Iya deh. Ayo jalan bosku!" Cika menghidupkan mesin dan langsung menuju restoran Chocova.

Selama di jalan, Freya bernyanyi dengan suara yang bisa di bilang keras. Cika saja risih, apalagi pengguna jalan yang lain. Biasa, Freya selalu heboh.

THANK YOU [COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang