BAB 03 ❤ TEORI

177 34 11
                                    

Kalo lo mau orang sayang sama lo, lo kudu kenalan sama orang itu dulu. Pake teori gue.

♡♡♡♡

[AUTHOR POV]

"TINGGAL 2 hari lagi, masa MOS kalian akan berakhir. Untuk mengakhiri acara MOS tahun ini, maka diadakan pensi penutupan MOS. Apabila kalian berniat untuk mengisi acara tersebut, langsung konfirmasi ke Della!" Tegas Joshua pada seluruh adik kelasnya itu. Setelah turun dari podium, Joshua memberi waktu istirahat 15 menit untuk makan.

"Haduh, dari tadi kek makannya, udah laper banget nih gue." Omel Cika seraya menunggu OSIS membagikan makanan box. "Sabar, perutnya dikondisikan," canda Freya dan disusul tawaan dari teman temannya.

"Bodo amat lah. Dengerin ya, kita itu kudu tampil apa adanya, kurangi tuh gengsi. Gue gak gengsi kan sama lo semua?" Semua menggeleng dan memandang Cika dengan tatapan geli.

Akhirnya makanan box pun datang juga. Cika yang sudah kelaparan langsung merebut makanan box Tamara. Tamara berdecih pelan dan menggeleng- gelengkan kepalanya. Sudah biasa, pikirnya. Semuanya melahap makanan masing masing.

"Oh iya! Kan gue belum terlalu kenal sama 4 anggota baru. Gimana kalo kalian kenalin diri masing masing? Biar lebih deket gitu." Usul Freya. Oliv, Aga, Gilang, dan Serio saling menatap dan akhirnya mengangguk. "Mulai dari gue aja yah!" Ucap Oliv yang mengajukan dirinya.

Oliv menata seragamnya dan merapikan rambutnya. "Gue Oliv. Lebih tepatnya itu, Olivia Dewantari. Gue anak terakhir dari kakak-kakak gue yang ganteng. Gue suka main gitar dan nyanyi," jelas Oliv memperkenalkan diri. "Lo suka main gitar? Nyanyi juga?" Tanya Cika antusias. Oliv mengangguk.

"Yes! Akhirnya gue punya temen yang suka sama hobi gue!" Teriak Cika. "Terus siapa lagi?" Tanya Freya. Tamara menunjuk Aga. Aga berdehem dan merapikan rambutnya, agar terkesan cool. "Kenalin gue Aga Pradipta. cowok paling manis se SMA UHAB-," Belum selesai Aga memperkenalkan diri, Alexa berlagak ingin muntah. "Aduh, kok rasanya gue mual ya?" Canda Alexa dan tertawa.

"Ih, bilang aja kalo lo naksir sama gue kan?" Ucap Aga dengan pedenya. "Sorry yah, gue gak tertarik!" Cetus Alexa. Tamara menengahi dan melerai pertengkaran antara Aga dengan Alexa. "Udah, udah! Sekarang lanjut si Serio!" Perintah Tamara. Walau sudah dilerai, Aga dan Alexa masih mengeluarkan tatapan sengit.

"Nama gue Serio Samudra. Panggil aja Serio. Rumah gue terbuka buat lo semua," perkenalan yang singkat, jelas, dan padat. "Lo holkay, Ser?" Tanya Freya to the point. Serio mengangguk.

"Wah! Kapan kapan traktir kita dong! Lo kan holkay!" Pinta Oliv. "Iya, tunggu uang saku gue cair dulu," jawab Serio santai. "Emangnya uang saku lo berapa? Lo nge-kos?" Tanya Tamara penasaran. "Sebulan itu kira kira 500 ribu lah. Gue nggak nge-kos. Gue punya rumah sendiri. Sorry, bukan maksud gue sombong ya guys!" Jawab Serio.

Semuanya terdiam mendengar jawaban si 'holkay' itu. "Jadi lo tinggal di rumah lo sendiri?" Takjub Aga. Serio kembali mengangguk. "Buset dah. Bonyok lo kerja apaan sih?" Tanya Cika. "Gue sih gak terlalu tau. Pokoknya mereka kerja di Sydney.". "Sydney? Kapan kapan ajak gue kesana ya!" Ucap Tamara. "Emang lo mau kemana Tam?" Tanya Cika.

"Nemuin saudara kembar gue, Lily Maymac." Freya menoyor pelan kepala Tamara. "Kayak iya aja Tam," guyon Freya. Tamara tersenyum sekilas, dan mengeluarkan handphone-nya.

"WAKTU ISTIRAHAT TELAH HABIS. SEMUA SISWA-SISWI MOS HARAP SEGERA BERBARIS SESUAI KELOMPOKNYA,"

"Yah, udah disuruh baris. Ayo, deh cepet baris!" Suruh Gilang. "Lo belum kenalan loh sama kita," kata Freya. "Nanti aja deh," jawab Gilang dan mendahului Freya. "Ish, cowok sok cool," gumam Freya.

***

"TEORI gue tuh ya, tak kenal maka tak sayang. Jadi kalo lo mau orang sayang sama lo, lo kudu kenalan sama orang itu dulu. Buktinya gue banyak yang sayang kan," terang Freya memperkenalkan teorinya dan menceramahi Tamara. Namun, yang diceramahi malah menyumpalkan telinganya dengan headset.

"Hah? Emang ada yang sayang sama lo Frey? Perasaan masih gamon sama si gembul yang dulu," sindir Cika dan menyeruput milkshake-nya. "Ih, amit-amit mah gue sama dia. Suka aja enggak apalangi sayang," jawab Freya. Alexa yang mendengar itu hanya tertawa. "Tam, lo harus pake teori TKMTS gue. Dijamin lo bakal jadi pujaan hati cowok deh!" Tawar Tamara.

Tamara melepas headset nya, dan menggeleng. "Ah, males gue. Gue gak mau terlalu kenal sama orang lain. Palingan juga banyak yang muna." Kata Tamara dan mengeluarkan sebuah note kecil. "Tamara sih. Seharusnya lo jangan negatif thinking dulu. Jalani dulu, pasti lo bakal dikenal di sekolah," ujar Alexa. Tapi, kalian gak tau masalah gue dulu, batin Tamara.

"Eh, gue udah dijemput sama kakak gue. Gue balik duluan ya," Alexa bersiap siap dan menyeruput sisa milkshake-nya yang tinggal sedikit. "Gak mau nawarin tebengan gitu?" Sindir Freya yang dari dulu selalu minta tebengan. Biar hemat katanya. "Eh, iya maaf. Gue tanya kakak gue ya. Barangkali naik mobil," ucap Alexa seraya menelpon kakaknya.

"Freya! Yuk bareng. Untung kakak gue bawa mobil." Panggil Alexa. "Alhamdulilah, Tamara, Cika gue cabut bareng Alexa ya! Duluan!" Pamit Freya dan keluar cafe meninggalkan Tamara dengan Cika. Tamara sibuk menulis di note kecil kesayangannya, sedangkan Cika sibuk memainkan handphone-nya.

"Tamara," panggil Cika. Tamara mwngadahkan kepalanya memperhatikan Cika. "Kenapa Cik?" Tanya Tamara. "Hmm... gue boleh curhat sama lo?" Mendengar itu, Tamara menutup note-nya dan memasukkannya ke tas. "Lo boleh cerita apa pun ke gue. Kalo gue bisa gue barangkali bantu lo," ucap Tamara dan memperhatikan intens Cika.

"Jadi, lo mau cerita apa?" Tanya Tamara. Cika menghembuskan nafas panjang. "Gue kangen sama Hujan. Tam," Tamara membelalakan matanya tak percaya. "Hu-- Hujan? Apa alasannya lo kangen Hujan?" Tanya Tamara lagi. "Gue nyesel sama perilaku gue dulu. Dan gue baru sadar sekarang. Gue kangen nyanyi bareng dia," ungkap Cika.

Mata Cika mulai memanas, dan cairan bening itu siap meluncur deras. "Nyesel udah gak bakal pengaruh Cik, kenapa lo gk nyari keberadaan Hujan? Biar lo lega?" Usul Tamara. "Gue gak tau harus nyari Hujam dimana lagi," Cairan bening itu meluncur deras membasahi pipi Cika. Tamara menepuk bahu Cika pelan. "Udah, jangan nangis. Semua ada waktunya," ucap Tamara.

"Iya, gue paham. Semua ada waktunya," Cika mengambil tisu dan membersihkan wajahnya. "Makasih, Tam. Gue percayain ini sama lo. Makasih banyak, dan makasih lo masih mau jadi sahabat gue," kata Cika yang masih sesenggukan. Tamara mengangguk.

"Gue pulang dulu ya Tam. Lo mau bareng gue?" Tawar Cika. Tamara menggeleng. "Gue pulang nanti aja," ucap Tamara. Cika mengangguk dan meninggalkan Tamara sendirian di cafe 'La Greenfa'.

Seandainya kalau gue boleh cerita, gue kangen Gladys, sahabat gue, batin Tamara.

[16/02/2018]

***

Cover by raingurll

Update setiap hari SABTU

THANK YOU [COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang