BAB 51 ❤ KOMPROMI

34 13 2
                                    

Everything gonna be alright, if you believe me.

♡♡♡♡

"FREYA, gue punya ide nih buat nyatuin Alexa sama Cika lagi," ucap Tamara sambil memperhatikan Freya yang sedang berfoto.

"Iya, bentar. Gue mau foto dulu." Freya kembali melanjutkan acara fotonya dengan berbagai macam gaya.

Tamara menggeleng-gelengkan kepalanya melihat itu. Freya sekarang semakin narsis jika diajak berfoto. Bukannya Tamara tidak suka, akan tetapi dia capek jika harus terus menerus tersenyum di depan kamera. Takut kerutan wajah mulai muncul, itu alasannya.

Seharusnya ini adalah jam bahasa Indonesia, namun karena Bu Key sedang ada dinas, pelajaran ini diundur satu jam. Biasanya disaat jam kosong, Tamara menyempatkan diri untuk membaca ataupun merangkum pelajaran. Tapi, untuk hari ini dirinya malas.

Dagunya ia pangku dengan telapak tangan, gaya paling favorit di sekolah. Ia masih ingat bagaimana rasanya hang-out bareng dengan Devin, dan bahkan untuk yang pertama kalinya tangan Devin menggenggam tangan miliknya walaupun hanya sebentar.

Baginya Devin itu sudah seperti penasihat pribadinya yang setia mendengarkan keluh kesah Tamara. Yang selalu memberi solusi dan melakukan yang terbaik atas masalahnya. Terkadang juga sok menjadi motivator seperti Mario Teguh.

Tamara sendiri tidak tahu apa yang tengah ia rasakan pada Devin. Entah itu suka atau tidak, Tamara tidak tahu pasti. Melihat wajah Devin yang bisa dibilang tampan, mengingatkan dirinya mengenai Devan, cinta pertamanya di SMP.

Tamara tahu jika Devan masih mempunyai tempat terdalam di hatinya. Nama itu masih belum bisa keluar dari hati Tamara. Sangat terkunci rapat dan Tamara juga belum berhasil menemukan kunci yang tepat untuk melepaskan Devan.

Rindu pada orang yang tidak bisa kita raih itu sangat menyakitkan.

"Tam, jadi ide lo apa nih?" Tanya Freya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Tamara. Tamara menoleh, memperhatikan sekelilingnya.

"Udah puas belum fotonya? Nanti pas gue cerita, Lo malah pingin foto lagi," tanya Tamara memastikan.

"Enggak. Gue udah capek foto lagi."

Tamara mengangguk pelan, lalu menghela nafas panjang. Sebenarnya ini bukan idenya, ini adalah ide Devin seratus persen.

"Ini bukan ide gue sih, idenya Devin. Kem--"

"APA?! LO BARUSAN BILANG DARI DEVIN? BERARTI LO KENCAN SAMA DEVIN KEMARIN?!" Sela Freya dengan mulut toanya. Seluruh kelas dapat mendengar suara Freya dan mulai menatap Tamara dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Cie, akhirnya si bos galak punya doi, nih..." kata si kriwul diikuti dengan suara teman-temannya. Tamara memang sudah lekat dengan julukan "bos galak" di kelasnya karena sifatnya yang diam namun jika diganggu seperti macan mengamuk.

"Udah, Lo pada nggak usah nyebar gosip ya! Gue nggak ada hubungan apapun sama Devin!" Tukas Tamara dengan nada serius.

"Gara-gara lo, Frey!" Tuduh Tamara dengan nada pelan. Freya sebenarnya merasa bersalah juga, tetapi ia senang jika menggoda Tamara dengan atas nama Devin. Terlihat lucu.

"Sorry, sorry. Jadi, gimana nih ide-nya? Kali ini gue serius kok! Gak bakalan keceplosan." Freya membentuk huruf V, tanda peace. Tamara membuat bola matanya kesal. Untung saja Freya sahabatnya, kalau tidak mungkin Freya sudah masuk rumah sakit.

"Ide-nya Devin tuh. Kita berdua, Serio, Aga sama Devin juga, ngerencanain tempat cafe yang nyaman dulu. Kalo udah ketemu yang cocok, Devin bakal ndekor meja buat Cika sama Alexa disana.

THANK YOU [COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang