BAB 34 ❤ TERTIKUNG

53 11 1
                                    

Sudah cukup hati ini patah. Berulang-ulang kali gue coba ngobatin. Namun hasilnya tetap sama. Hati gue gak bisa sembuh lagi.

♡♡♡♡

BAGI siswa siswi yang mendapatkan golden ticket, diperbolehkan mengambil salah satu kado yang Jeaden beri. Itu adalah salah satu keuntungan dari golden ticket

Alexa, Cika, Freya dan juga Tamara duduk di kursi yang dekat dengan kolam renang. Mereka memilih tempat disitu karena di tengah-tengah kolam ada sebuah panggung kecil. Tempat Jeaden merayakan ulang tahunnya.

"Wah, ternyata kalian semua disini." Suara Dara yang dimanis-maniskan mengganggu ketenangan keempat sahabat itu. Suara Dara bagaikan suara pendatang sial. Meskipun begitu, Dara sangat cantik bak primadona. Rasanya Dara yang tuan rumah, bukan Jeaden.

"Terus kenapa?" Ketus Alexa.

"Santai aja dong Al. Gue mau duduk bareng sama kalian." Pinta Dara sambil membetulkan rambutnya yang diwarnai blonde.

"Enggak!" Tolak Tamara singkat, padat dan jelas.

"Kok kalian pada jutek gini sih? Have fun dong." Ledek Dara dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Sombong banget jadi cewek, batin Freya kesal.

"Kita tuh have fun, tapi lo-nya aja yang bikin rusuh." Freya berkata dengan penuh penekanan. Tapi, telinga Dara sepertinya terbuat dari karet. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Benar-benar keras kepala dan maunya sendiri. 

Benar saja, tanpa bersalah Dara menarik kursi dan bergabung. Ia bahkan mengambil minuman milik Alexa. Hal itu yang membuat emosi Alexa naik pitam. Dengan kasar, Alexa melempar cheese cake tepat ke wajah Dara. Biar saja, ia tak peduli.

Tamara tercengang melihat kelakuan Alexa yang sudah kelewat batas. "Al! Udah sadar!" Peringat Cika seraya menahan tangan Alexa agar tak berbuat ulah lagi.

Dara membersihkan wajahnya menggunakan tisu. Make Up-nya sudah hancur. Ia berlalu menuju kamar mandi sambil menutup wajahnya.

Melihat Hujan seperti itu, Cika menyuruh Freya untuk menenangkan Alexa. Dia mengikuti Dara berniat minta maaf. Karena Cika rasa sikap mereka berempat sudah berlebihan. Bahkan sangat berlebihan.

Dara menitikkan air matanya. Perasaan itu muncul lagi setelah sekian lama ia melupakannya. Sesampainya di kamar mandi, ia sudah tak mampu lagi menahan air matanya. Dara menangis sejadi-jadinya. Tak mampu lagi dirinya menahan semua rasa sakit ini.

Cika membuka pintu kamar mandi dan langsung menemukan Dara tengah menangis. Entah kenapa, suara tangisan Dara mengingatkan dirinya pada seseorang. Namun, Cika langsung membuang jauh-jauh pikirannya. Cika mendekati Dara, lalu ia memeluknya erat.

"Maafin Alexa, Dar. Gue tau lo sakit hati gara-gara dia. Gue mewakili Alexa minta maaf." Cika menepuk-nepuk punggung Dara pelan. Dara juga memeluk balik Cika sambil terus menangis. Sekarang ia memang butuh pelukan hangat.

"Gu--gue g--gak ber-bermaksud b--bikin Alexa m--marah. Gue cuman butuh seseorang yang mau nerima gue." Kata-kata Dara menohok hati Cika.

Selama ini mereka berempat memang tak pernah menerima Dara sebagai teman. Malah menganggap Dara seperti musuh.

"Make up gue berantakan banget." Ucap Dara sambil melepas pelukannya dengan Cika. Ia menuju kaca wastafel yang ada di depannya. Kemudian mengeluarkan alat make-upnya. Cika berdiri di samping Dara dan merapikan dress-nya.

"Dari dulu gue itu gak pernah diterima. Baik di rumah, mau pun di sekolah." Kata Dara sambil membersihkan wajahnya menggunakan kapas.

"Rumah gue itu seperti neraka. Keluarga gue hancur dan gak peduli sama gue. Saat di sekolah pun, gue jadi anak pendiam. Selalu di-bully, dimaki-maki. Tapi, untungnya gue jadi anak kesayangan guru dan lumayan pinter."

THANK YOU [COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang