BAB 26 ❤ HUJAN

40 11 1
                                    

Sahabat yang baik sulit untuk ditemukan, lebih sulit untuk ditinggalkan, dan tidak mungkin untuk dilupakan.

♡♡♡♡

CIKA termenung dan ia asyik berkelana ke dalam ruang imajinasi yang ia ciptakan sendiri. Hatinya kini gundah. Mamanya sudah berkali-kali memanggil dirinya untuk segera sarapan, namun Cika menundanya. Ia merasa bersalah karena sikapnya dulu pada Hujan.

Hujan Andira. Ia adalah sahabat Cika yang memiliki hobi yang sama dengan dirinya, menyanyi. Hampir setiap hari mereka habiskan untuk menyanyi sebuah lagu atau menggosip yang tetap tertuju pada bidang musik. Mereka bagaikan gas dan kompor, saling melengkapi satu sama lain.

Hingga suatu kejadian yang membuat Cika perlahan-lahan menjauh dari Hujan. Mengingat hal itu, hati Cika menangis. Sekarang ia menyesal sudah meninggalkan sahabatnya sendiri terbuang dan berjuang sendiri tanpa dirinya. Namun, apa daya menyesal kini tiada gunanya.

[Flashback On]

"Cika, kenapa sih kamu beberapa hari ini selalu menghindar? Kamu marah ya ke aku?" Tanya Hujan dengan suara lembutnya. Cika menanggapi hanya dengan dengan sebal dan berkacak pinggang. Gue malu sahabatan sama lo, batin Cika.

Tak ada jawaban dari sahabatnya, tangan Hujan memegang pundak Cika. Dengan cepat, Cika langsung menepis kasar tangan Hujan. Ia menatap Hujan dengan tatapan benci. "Gak usah pegang-pegang gue! Gue gak sudi tubuh gue kena tangan lo!" Ketus Cika yang tanpa sadar sudah menyakiti perasaan Hujan.

"Oh, oke. Kalo kamu marah ke aku, tolong jangan hindari aku, Cika. Cum--" belum selesai Hujan berbicara, Cika langsung memotongnya. "Sekarang lo bukan sahabat gue! Jadi, jangan sok kenal!" Hujan tercengang mendengar perkataan pedas yang Cika lontarkan padanya.

"Kenapa kamu gitu ke aku? Kalau aku salah, aku minta maaf." Hujan merunduk sambil memainkan jari-jari tangannya. Hujan kembali seperti dulu, menjadi perempuan yang lemah dan penakut. Cika berdecih dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Gue malu punya sahabat penyakitan kayak elo!" Bagai terkena petir di siang bolong, hati Hujan kembali sakit. Sahabat yang dulu ia kenal, kini berubah menjadi monster mengerikan. Hujan tak habis pikir kesalahan apa yang telah ia perbuat Cika, hingga Cika berubah seratus delapan puluh derajat.

Cika melenggang pergi begitu saja, meninggalkan Hujan yang perlahan lahan menangis. Cika tak peduli lagi dengan Hujan. Ia tak mau menanggung resiko berteman dengan perempuan yang berbau amis. Di saat itulah, Cika tak menganggap Hujan ada.

[Flashback Off]

Karena perutnya keroncongan, Cika lantas turun ke lantai satu dan menuju dapur. Di meja makan sudah tertata segala jenis makanan bersantan dan juga Jessica yang sibuk mengunyah makanannya. Candra, mama Cika, mengembangkan senyumnya melihat anaknya hendak duduk di meja makan.

"Makan yang banyak." Suruh Candra, kemudian dia kembali ke pantry untuk membuat susu coklat. Cika mengambil nasi dengan wajah lesu dan lemas. Saat memikirkan Hujan, dirinya seperti orang linglung. Bingung.

Papa Cika bekerja di salah satu perusahaan bisnis terkenal di daerah Gangnam, Korea Selatan. Hal itu yang membuat dirinya hanya bisa pulang ke rumah tiga bulan sekali. Untungnya mereka punya pribadi disana, dan sesekali keluarga Cika berlibur ke sana.

THANK YOU [COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang