Duapuluh Dalapan, Persiapan

58 7 0
                                    

Ada rasa lega dan juga tenang di dalam hati, rasa percaya diri dan percaya.
Percaya pada Tuhan dan percaya pada seseorang akan sebuah perasaan.

Rencana dulu dengan ayah akhirnya sebentar lagi itu semua akan segera terewujudkan, hari yg di tunggu-tunggu setahun lamanya. Mendaki gunung bersama ayah untuk yg kesekian kalinya, namun kali ini gunungnya cukup berbeda.

Ahh rasanya ingin segera besok saja, semoga nanti malam tidurku nyenyak. Karena aku selalu terbayang akan tempat itu meski kakiku belum menginjak tempatnya.
Ragaku ada disini tapi jiwaku sudah menjelajah tempat disana.

Semua persiapan pendakian sudah selesai, peralatan dan perlengkapan juga sudah ok, fisik jiwa dan raga sudah mantap. Semuanya sudah sempurna tinggal berangkat saja besok, aku sudah tidak sabar sekali. Bermalam di kereta api, bermalam di kota orang dan menjelajah tempat terindah bersama ayah.

Aku tidak pernah meminta lahir untuk menjadi anak dari seorang pendaki ataupun aku sendiri ingin menjadi pendaki. Namun darah seorang pendaki sudah mengalir dari sejak aku dalam kandungan mama. Dan aku tidak pernah menyesal karena terlahir dari anak seorang pendaki melainkan aku begitu bersyukur, karena aku bisa tumbuh menjadi manusia yg bisa menghargai tak hanya sesama tetapi, pada alam yg memberikan kita kenikmatan hidup yg haqiqi, yg dimana begitu banyak manusia yg tidak memperdulikan alam. Lebih senang merusak dan merusak, lalu ketika alam marah manusia itu juga menyalahkannya tanpa berdosa.

Itulah manusia yg suka merusak, untung saja tidak semua manusia begitu disebanding manusia yg suka merusak maka akan ada bandingan manusia yg lebih manusiawi terhadap alam dan lingkungan.

°°°°°°°°°°°°°♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥°°°°°°°°°°°°

Pagi yg cerah untuk memulai segala aktivitas, jam sembilan nanti adalah jadwal siaranku. Kebetulan hari ini tak ada kuliah.
Seperti biasa mama membuat sarapan pagi yg bergizi untuk kami.
Tak berapa lama saat aku sedang menunggu mama menyiapkan makanan ponselku berdering tanda panggilan video masuk.
Ah itu dari kak Hema ternyata, sedikit jeda ku jawab panggilannya.
Terlihat senyum bahagia di wajah kakakku itu mengucap salam dan selamat pagi dengan begitu semangatnya. Entah ada apa dengan kakakku itu, apa dia senang karena besok aku akan berangkat dengan ayah atau ada sesuatu hal lainkah.

Dengan lancarnya obrolan kakak dan adik pagi itu mengalir, hingga pelan ucapan kak Hema mengenai kehamilannya kak Una. Tanpa pikir panjang langsung saja ku beritahu ayah dan mama tentang kabar bahagia ini. Lalu ayah dan mama pun segera bergabung ke meja makan merapatkan kursi untuk mendekat kearahku, bukan untuk makan melainkan untuk ikutan video call bersama kak Hema, saat itu juga ayah dan mama mengulang kembali pertanyaan yg tadi. Seolah belum puas dengan kabar bahagia tersebut, memang dari dulu mama itu ingin sekali mendapat seorang cucu dari kak Hema namun kak Hema waktu itu sedikit menunda kehamilan kak Una untuk lanjutan studi S2 nya.
Dan kabar bahagia tak bisa di bendung nyatanya sebelum kak Una wisuda Allah sudah menitipkan janin indah di dalam perutnya. Begitulah Allah dengan segala kuasanya tak ada yg bisa menghalangi setiap kehendaknya.

Kami semua yg mendengarnya begitu bahagia. Berulang kali mengucap syukur pada Allah SWT.  Sungguh pagi yg cerah dan membahagiakan, betapa tidak aku akan segera mewujudkan mimpiku besok bersama ayah, dan keluargaku pun akan segera kedatangan keluarga baru yg akan memberikan suasana baru.  Allah dengan segala kejutannya yg tak bisa terbantahkan.

♥♥♥♥…

Pukul delapan empat puluh lima menit
Setelah sarapan dengan bahagia tadi, aku tak melupakan kewajibanku dalam bekerja. Menjadi seorang announcher adalah rutinitas keduaku setelah kuliah.
Baru saja aku akan mengeluarkan motor dari garasi, ternyata Dirga sudah ada di depan rumah untuk menjemputku siaran. Yg sebelumnya tanpa dia memberitahuku dulu lewat Whatups, ya seperti itulah dirga penuh kejutan selalu saja begitu. Tapi aku senang.

“Selamat pagi byya ku, pasti kaget ya. Mukanya sampe melongo gitu”

“Pagii, kamu mau jemput aku dii. Kenapa gak chat dulu sih, gimana kalo akunya udah berangkat”

“Ihh percara diri banget, siapa yg mau jemput kamu byya orang aku mau ketemu ayah sama mama kamu kok”

“Loh ngapain mau ketemu mereka, orang ayah sama mama aku aja gak mau ketemu kamu kok”

“Kata siapa so tahu.. Aku udah janjian sama mereka byya”

“Janjian apa?”

“Mau ngelamar kamu”

“Apaaa? Serius, serius” bengong gak jelas

“Hahaa becanda deh akunya juga belum siap ngelamar kamu byya” mencolek hidungku

“Ihhhh dirga apa-apaan sih kamu gak lucu tahu pagi-pagi.” pura-pura kesal

“Hahaa lagian aku udah jelas mau jemput kamu malah ditanya lagi mau ngapain.

Setelah itu kami berangkat yg sebelumnya kami pamitan pada ayah dan mama.
Dalam perjalanan, Dirga bertanya apa persiapanku sudah selesai atau belum. Dirga juga berpesan supaya agar aku hati-hati selama disana. Dia juga akan mengantarkanku ke stasiun kereta api besok. Mengingat aku pergi tak hanya dua tiga hari melainkan satu mingguan.
Jadi dirga katanya bakal kangen banget sama aku.
Setelah pulang siaran juga, dia bakal ngajakin aku ngopi, dan bakal nemenin aku seharian. Pokoknya satu hari penuh Dirga bakal nemenin aku.

Hingga akhirnya aku sampai di studio. Dan langsung kubawakan acara pagi di radioku dengan penuh senang, ku salurkan setiap energi positifku kepada para pendengarku diluar sana.

Menuju satu hari bahagia, bersama orang-orang yg selalu membahagiakan.

Berawal dari mimpi untuk mendaki ke sana, sedikit demi sedikit perlahan-lahan mimpi yg lama akhirnya bisa terwujudkan. Tiga tiga ratus empat puluh empat Mdpl tunggu aku bersama ayah.
Untuk Mama Ayah, kak Hema, kak Una, Dirga dan teman-teman. Terima kasih untuk segalanya.


♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔

Terima kasih sudah mampir dan membaca, jangan lupa save di reading list kalian ya, vote dan komentar terima kasih


Write:
Bandung, 10 April 2018
Nonni Rahayu

Jingga♥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang