“Byy bangun byy, siap-siap dulu gih dan lanjut sarapan”
“hmm, jam berapa ini yah”
“ini udah jam empat pagi byy, kan kita harus mulai beragkat jam enam pagi”
“bentar yah, lima detik lagi deh baru bangunin lagi”
“hahahaha, ya udah kalau gak mau berangkat jam tujuh kita pulang ke bandung yah”
“iiiih, iya iya iya ini udah bangun kok udah ini liat ayah”
“nah gitu dong, baru anak muda”
“-_-“
Akhirnya setelah semua siap aku dan ayah mulai bergerak dari basecamp menuju pos satu menggunakan ojek yang sudah di pesan ayah.
Perlu di ketahui dari basecapm menuju pos satu cukup jauh jika berjalan kaki, bisa memakan waktu dan tenaga selama tiga jam. Sedangkan menggunakan jasa ojek bisa memangkas waktu selama empat puluh lima menit.
Dari pos satu perbekalan air semuanya di urus oleh porter yang ayah sewa. Karena di pos satu tempat terakhir untuk mengisi air.
Tepat pada pukul tujuh lebih sepuluh menit aku, ayah, dan guide pak umar mulai melangkahkan kaki setapak demi setapak menuju camp empat untuk kemah di hari pertama.
“yah, ini kebun kopi berapa hektar sih? Kok gak nyampe-nyampe perasaan”“hahaha, ayah gak tahu byy, ayah kan bukan orang sini, coba tanya ke pak umar”
“pak umar”
“iya non”“enggak jadi pak”
“hahaha, dasar rubby-rubby duuuh, jangan jahil ke orang tua” sahut ayah
“Rubby gak bermaksud jahil ayah, rubby emang mau nyapa pak umar aja kok”
“gak apa-apa kan pak umar”
“iya non gak apa-apa, hehe”
Akhrinya setelah sekian lama menyusuri perkebunan kopi, kita sampai juga di camp dua. Kita beristirahat selama sepuluh menit.
“yeaaah camp tiga akhirnya samapai juga yah”“iya byy,kamu aman kan?”
“iya yah, rubby aman kok”
“syukurlah kalau gitu"
Akhirnya setelah perjalanan panjang dari camp satu, kita tiba juga di camp empat untuk mendirikan tenda sampai hari esok. Dan di camp empat kita hanya beristirahat, masak, dan mengobrol santai hingga akhirnya tidur di sleeping bag masing-masing.
Pagi itu tiba setelah selesai sarapan dan beres-beres perlengkapan, pada pukul enam pagi kita melanjutkan perjalanan menuju camp tujuh sebgai titik akhir kita camping dan melanjutkan summit attack.
“Yahh, waktu dulu pertama kali ayah kesini gimana rasanya?”“Seneng banget byy, waktu itu ayah berpikir gak akan bisa kesini tapi nyatanya alhamdulillah ayah bisa”
“Sama seperti ayah, ruby pun seneng banget yah apalagi kesininya sama ayah”
“Syukurlah kalo seneng sayang, kalo seneng perjalanan ini akan terasa lebih ringan”
“Bener banget yah, eh sebentar ya ruby pengen minum ayah”
Kemudian perjalanan berhenti sesaat, dan ayahpun memberikan botol minum lalu diberikan padaku. Tak lama setelah itu perjalanan kembali dilanjutkan dan tidak terasa.
“Yeee sampai juga camp tujuh yaahh”°°°°°°°°°°°°°°°♥♥♥♥♥♥♥♥♥°°°°°°°°°°°°°°°
Pagi ketiga perjalanan Gunung Raung kembali menyapa perjalanan kami. Pada pukul satu dini hari kita semua bangun untuk melakukan perjalanan menuju puncak sejati, sebelum melakukan perjalanan kita dibagi tugas. Yang diantaranya pak Umur menyiapkan makanan untuk dimakan sekarang, ayah menyiapkan perlengkapan untuk memanjat, lalu aku sendiri kebagian menyiapkan perbekalan makanan. Tepat pada pukul tiga dini hari kita mulai melakukan perjalanan menuju camp sembilan untuk pemasangan Body Harness dan Karabiner.
Tepat pada pukul enam pagi aku, ayah dan pak Umar sudah sampai di camp sembilan yang selanjutannya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya kita menggunakan alat-alat panjat termasuk pelindung kepala yaitu Helm. Perkiraan waktu untuk menyiapakan alat-alat adalah sekitar dua puluh menit. Dan dari camp sembilan menuju puncak Bendera kita menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit woaw, disini begitu terlihat jelas susahnya untuk menginjakkan kaki untuk berdiri di Puncak Sejati, namun ada persaan yang tak bisa diungkapkan ketika melihat pemandangan, apa yang aku lihat oleh mataku sendiri begitu jelasnya.
Jurang-jurang yang menghiasi kanan dan kiri jalur membuat perasaan ini semakin berani untuk melangkahkan kaki menuju puncak sejati, dan lagi-lagi ayah selalu bawel mengingatkan untuk selalu fokus dalam melangkahkan kaki setapak demi setapak yeahh, tak teresa akupun telah melewati ekstream satu dan puncak Bendera hingga akhirnya di depan sana tampak jelas Jembatan Sirotul Mustaqim yang selalu ramai menjadi perbincangan dikalangan para pendaki Gunung Raung . memang kanan dan kirinya langsung menuju jurang yang entah memiliki kedalaman berapa meter atau puluh. Tapi, persaanku begitu bahagia tidak memiliki rasa takut sama sekali untuk melewatinya.
Tepat pada pukul sembilan akhirnya Tim Ekspedisi Gunung Raung yang diantaranya ada aku, ayah dan pak Umar berhasil menginjakan kaki di puncak sejati Gunung Raung, puncak yang dimana adalah salah satu mimpi terbesar sejak lima tahun kebelakang.Tidak pernah ada yang sia-sia, selama kita menjalaninya dengan bahagia.
Setiap Gunung yang didaki akan memberikan pelajaran yang berharga, menjadi guru terbaik dan rasa syukur yang tertanam dalam diri.
Setapak demi setapak yang dilalui, tidak pernah mengecewakan. Lakukan dengan niat.♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔♔
Alhamdulillah cerita ini kembali berlanjut, setelah sekian lama tidak publish hiks, semoga Jingga♥ tidak kehilangan pembaca ya
Write:
Bandung, 20 Mei 2018
Nonni Rahayu
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga♥
Teen FictionPROSES PENERBITAN. Warna jingga atau oranye terjadi antara merah dan kuning dalam spektrum terlihat pada panjang gelombang sekitar 620-585 nanometer. Dia memiliki warna yang sama dengan jeruk. Kata google kalo kata ku Jingga itu adalah warna terang...