5. Perjanjian

4.5K 266 17
                                    

Shinpachi membuka pintu Yorozuya selebar mungkin, agar Kagura yang menggendong Sadaharu di punggungnya bisa masuk kedalam dengan mudah. Sedangkan Gintoki sambil bersungut-sungut menyingkirkan tumpukan jump-nya di atas sofa, agar Sadaharu berbaring di sana.

Kagura menurunkan Sadaharu dengan hati-hati. Anjing itu mendengking pelan, perut dan kaki kiri depannya dibalut perban.

"Ini pelajaran buatmu agar lebih memperhatikan Sadaharu," tegur Gintoki.

Kagura mengerucutkan bibirnya, ia menyiapkan makanan untuk Sadaharu.

"Mana aku tahu kalau akan seperti ini aru~. Aku fikir Sadaharu pergi karena ingin melakukan ***-*** dengan anjing betina di sekitar sini." Kagura berkilah.

"Hey ... anak kecil tidak pantas bicara seperti itu." Gintoki menjitak kepala Kagura. Hampir saja Kagura menjatuhkan tempat makan Sadaharu yang dibawanya.

"Aku sudah besar, Gin-chan aru~." Kagura balas menarik rambut silver milik Gintoki dengan kasar. "Umurku sudah 16 tahun. Aku sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja."

"Itu masih kecil. Pikiranmu juga masih bocah. Dan hey, gadis remaja itu memiliki buah dada yang matang. Apa-apaan itu, dadamu rata seperti papan. Heroine tidak sexy yang tidak bisa meningkatkan penjualan Gintama," omel Gintoki sambil menunjuk-nunjuk dada Kagura.

Urat-urat pertigaan muncul di pipi dan kening Kagura, ia kesal tentu saja.

'Duagh ...!'

Kagura tanpa ampun melayangkan tendangan ke selangkangan Gintoki. Kontan saja Gintoki berteriak keras, harta pusakanya diserang? Shinpachi yang melihatnya meringis ngeri dan refleks melindungi miliknya takut-takut kalau Kagura masih marah dan mengamuk. Tapi beruntung bagi Shinpachi, Kagura melengos keluar dari sana untuk menenangkan diri, mengabaikan Gintoki yang berguling-guling di lantai sambil memegangi pusaka-nya dan berteriak-teriak. Pria itu menyumpahi Kagura, mengatakan bagaimana kalau ia impoten bagaimana kalau pedang tumpulnya menjadi patah?

"Hah ... kau juga salah Gin-san. Wanita itu tidak suka kalau fisiknya di bicarakan, apalagi membicarakan ukuran dada bagi wanita yang ukurannya kecil." Shinpachi menyuarakan pendapatnya, ikut mengabaikan Gintoki dan malah menyibukkan diri untuk mengurus Sadaharu.

Sementara itu, Kagura masih merasa kesal. Ia memasang tampang cemberut, bibirnya dikerucutkan. Ia melangkah malas dengan wajah yang agak ditundukkan, membuat ia tanpa sengaja menabrak bahu beberapa orang yang berlalu di sekitarnya, tapi ia tetap tak peduli.

Saat ia berada di depan kaca toko yang besar, manik birunya memperhatikan pantulan dirinya di kaca. Memang fisiknya masih seperti anak-anak, tapi ia merasa tubuhnya mulai tumbuh dewasa. Pinggulnya, betis, paha dan lengannya, lalu pandangan Kagura tertuju ke dadanya. Ia mendengus, dadanya juga sudah mulai tumbuh. Walaupun masih kecil. Kagura menghela napas, ia merasa iri melihat gadis-gadis sebayanya yang bisa tumbuh dengan cepat, memiliki bentuk tubuh idaman.

'Dadaku memang masih kecil, tapi setidaknya Gin-chan tidak usah mengataiku tubuh papan,' sungut Kagura, ia kembali melangkahkah kakinya. Payung yang lupa ia buka, ia kembangkan, membuatnya agak terlindung dari sinar matahari.

Masih seperti tadi, Kagura berjalan tanpa memperhatikan jalan. Kepalanya tertunduk, dan entah untuk yang keberapa kalinya ia menabrak bahu orang lain.

"Oi kau tidak meminta maaf?"

Kagura tidak mendengar ucapan orang itu. Ia terus melangkah.

"Hey ... kau tidak mendengarku?" Orang itu mengikutinya di belakang, tapi Kagura tetap tidak mendengar.

"China musume ... apa aku perlu menggigit telingamu sampai berdarah, dan membuatmu benar-benar tidak bisa mendengar apa-apa lagi?"

Kagura tersentak saat ada seseorang yang menjulang tinggi berdiri tepat di hadapannya, seperti sengaja menghalangi jalannya. Perlahan gadis itu mengangkat wajahnya, manik biru dan manik merah kecokelatan itu bertemu, menatapnya datar.

Lie (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang