17. Ketika si Pangeran Sadis Jatuh Sakit

3.8K 264 12
                                    

Budayakan vote sebelum membaca... Happy reading😊

>>>>>>>

Suara jam beker itu berbunyi nyaring, bergema di salah satu ruangan petinggi Shinsengumi. Pemilik ruangan itu Okita Sougo mengerang pelan, ia mengusap matanya, meraba lantai, meraih jamnya, pukul enam pagi. Pemuda itu sadar, sudah waktunya ia bangun, tapi rasa pusing yang menyerang kepalanya membuat ia malas bergerak.

Sougo kembali mengerang, meremas rambut cokelat pasirnya untuk menetralisir pening di kepalanya. Ia mengerjap-ngerjapkan kedua matanya dengan cepat, kepalanya terasa berputar, dan tubuhnya panas tak nyaman. Sougo lalu menyentuh keningnya.

'Ah ... ternyata aku demam,' batinnya, Sougo menghembuskan napas keras. Ia tidak suka kalau dirinya jatuh sakit seperti ini, terlihat seperti orang lemah tak berdaya.

Beberapa hari ini dirinya memang sibuk dengan tugas yang diberikan, seminggu setelah festival itu ia sangat sibuk. Bahkan ia belum pernah menemui Kagura lagi sejak saat itu. Sougo memijat pelipisnya pelan, dan kemarin ia berpatroli di saat hujan deras melanda edo. Cuaca yang aneh mengingat edo masih melalui musim panas.

Sougo tiba-tiba bersin. Ah ... bukan hanya demam, sepertinya ia juga flu. Pemuda itu mengambil tisu di dekatnya, mengusap hidungnya, lalu membuangnya sembarang. Ia benar-benar tidak enak badan, dirinya lalu bergelung kembali di dalam selimut.

>>>>>>>

Hijikata mengabsen para anggota Shinsengumi pagi ini, dan saat ia mendapati kenyataan Sougo tidak ada di sana ia menjadi kesal. Ia melirik kearah Kondo yang baru saja kembali dari toilet.

"Kondo-san, aku pergi dulu mau membangunkan Sougo."

Kondo hanya mengangguk sebagai jawaban, Hijikata lalu bergegas menuju ruangan Sougo dengan wajah kesal. Tak lama ia sampai di kamar pemuda itu, tangannya menggeser pintu yang untungnya tidak dikunci Sougo.

Hijikata bertambah kesal saat melihat Sougo masih bergelung di dalam selimutnya yang tebal, lengkap dengan eye mask merah yang menutupi matanya.

'Brak ...! Brak ...!'

Hijikata memukul pintu kamar Sougo, menimbulkan keributan di kamar pemuda itu. Ia melihat Sougo menggeliat sejenak di dalam selimut. Hijikata mengira bocah itu akan bangkit berdiri, tapi perkiraannya salah Sougo malah menutup wajahnya dengan sebuah bantal, memunggungi pintu, berusaha meredam keributan yang ditimbulkan Hijikata.

"Kuso gaki ...," desis Hijikata. Urat-urat kekesalan yang muncul di wajahnya mulai berkedut. Ia mendekati Sougo, menahan diri untuk tidak menarik katana -nya yang masih terbungkus di sarung pedang. "Oi ... bangun. Kau seharusnya memberi contoh yang baik pada bawahanmu."

Hijikata menarik selimut yang dipakai Sougo dengan kuat, hingga Sougo terguling sejenak, dan selimut yang membungkus tubuhnya menjadi terlepas.

"Berisik sekali kau Hijibaka," desis Sougo sambil melepas eye mask -nya. Sial kepalanya kembali berdenyut sakit. "Aku masih mengantuk ...," imbuhnya.

"Heh ... kau fikir aku juga tidak mengantuk? Cepat pakai seragammu." Hijikata tertegun melihat wajah Sougo yang tampak pucat, kening pemuda itu pun mengernyit seperti menahan sakit.

"Hei ... Sougo, kau baik-baik saja?" tanya Hijikata khawatir. Sougo memang sering membuatnya kesal. Tetapi walau bagaimanapun juga ia sudah menganggap bocah itu seperti adiknya. Rasa tanggung jawabnya untuk mengurus Sougo mulai ada saat ia menyimpan rasa terhadap Okita Mitsuba, kakak perempuannya Sougo.

Tapi Sougo justru mengernyit jijik mendengar pertanyaan bernada khawatir dari Hijikata. "Kenapa kau mendadak bersikap seperti ini? Menjijikkan. Aku normal dan aku sudah memiliki china, kalau kau mencari pasangan pergi saja ke danna."

Lie (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang