15 ~ Kepastian

162 10 0
                                    

***

"Eh dhis, lo pernah ga sih ngerasain gimana rasanya jatuh cinta?" tanya andra tak memalingkan wajahnya dari ps yg dimainkannya dengan yudhis

"pernah la ndra, lo kira gue ga normal apa."

"Ya kirain.." jawab andra

"Lo suka ya sama Nasya?"

"Kayanya iya sih dhis."

"iya iya, enggak enggak. gausah pake kayanya." tegas Yudhis dan menghadapkan wajahnya ke andra

"ya kan gue bingung dhis. soalnya dia dingin banget "

"Kebanyakan bingung sih lo. gini ya, kalo cinta itu harus diperjuangin, mau dia panas mau dia dingin. kalo dia sayang sama elu, dia bisa apa? ucap yudhis seolah mario teguh

Andra pun sebentar terdiam lalu menoyor kepala temannya itu sambil berkata " AH SA  AE LU"

"Ah dibilangin ga percaya." ucap yudhis yang kini telah bermain ML

"siapa yang ga percaya?" tanya curut dari belakang mereka sambil membawa beberapa snack

"Lo mau tau?" tanya andra sok serius
Dhana hanya menganggukkan kepalanya dengan muka sok polos

"Sini gue bisiin." ucap andra dan hanya dipatuhi oleh dhana.

Saat dhana ingin mendekat ke arah andra, andra langsung mengambil kinder joy ditangan dhana.

"A N J I R"

"Andraaaaaaaaaaaa"

"Hanannnnnnn"

"Adyatamaaaa"

"Lo kenapa ambil kinder joy gue."

"Dimakan lagi."

"Lo kan bisa ngambil snack yang lain."

"Malahan stok dirumah udah habissss"

"Kinderr joy guee."

"Aaaaaaaa..."

"Bundaaaaa" tanpa sengaja dhana keceplosan merengek memanggil mamanya

Takk lama dari itu, terdengar suara ketukan dari arah pintu kamar Dhana.

"Dhanaa. Dhanaaa" ucap orang itu yang tak lain adalah ibundanya dhana

"Eh mampus gue, elo sih ndraa." ucap dhana sambil membengap sendiri mulutnya

Dhana pun langsung berlari membukakan pintu kamarnya

"Ada apa sayang, kenapa manggilin bunda aja dari tadi?" tanya wanita paruh baya itu

"Eh gapapa ko bun. Tadi kinder joy dhana diambil sama andra." jawab dhana penuh kepolosan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

fyi : So, dhana itu anak satu satunya dari keluarga mereka. Karna ayahnya - yang Notabenenya adalah seorang pengusaha yang hebat, bahkan perusahaan ayahnya itu udah terkenal di segala penjuru asia bahkan eropa. Jadi ayahnya sama bundanya itu manjain dhana banget. Makanya dhana mau ngeselin gimanapun, dia tetep ga mau bohong sama bundanya.

"Enggak kok bun, Dhana yang ngasih bun." treak andra dari dalam kamar sambil tersenyum ke arah bundanya dhana

"Halo bun." sapa yudhis sambil melambaikan tangan

"He kalian ini ada ada aja. kirain bunda apaan."

"Hehe maaf kali bun." ucap dhana sambil nyengar nyengir ga jelas

"yaudah bunda kebawah dulu, nanti kalo butuh sesuatu panggil bibi aja ya sayang." ucap wanita paruh baya itu sambil mengelus puncak rambut dhana

"Hehe iya bun."

LOVE IN THE RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang