Delapan - Tidur luar

4.6K 256 6
                                    

Hari sudah mulai petang, namun lelaki itu tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Ara mendesis kesal, entah mengapa perasaannya menjadi tidak tenang.

Tingtong!

Suara dari bel terdengar, senyumnya mengembang. Ara langsung berdiri dan berlari menuju pintu depan.

Ceklek

Pintu terbuka, senyum sumringah Ara berubah menjadi senyum yang dipaksakan. Bukan, yang datang sekarang bukanlah Farhan melainkan Sinta, Mama Ara.

Wanita senja itu langsung memeluk Ara, pelukan hangat yang menenangkan. Ara tersenyum kecut.

"Mama, kenapa nggak bilang bilang mau kesini?" tanya Ara disela sela pelukannya.

Sinta melepas pelukannya, "Apa Mama perlu izin dulu kalau mau ketemu anaknya?"

"Bukan gitu Ma, aduh."

"Hahaha, udah nggakpapa. Mama emang sengaja kesini mendadak."

"Eh iya Ma, ayo masuk. Aduh Ara sampai lupa ngajak masuk hehehe."

Ara merangkul bahu Sinta, membawanya masuk dan duduk di Ruang keluarga sambil menenteng beberapa barang bawaan Sinta yang cukup banyak.

"Maaf ya Ma, Ara nggak sempet siapin cemilan atau makanan buat Mama." Ara menggaruk tengkuknya, merasa bersalah.

Sinta tersenyum manis. "Nggakpapa Ara, Mama nggak mau ngrepotin kamu terus."

"Mama nggak pernah ngrepotin Ara." Ara memegang tangan Sinta. "Oh iya Ma bentar Ara siapin minum dulu ya. Mama pasti capek."

Sinta menggeleng pelan, "Nggak usah sayang, Mama tadi udah beli minum waktu perjalanan."

"Biarin ah, pokoknya Ara buatin spesial buat Mama. Mama istirahat disini dulu ya nanti Ara temenin. Nggak lama kok." Ara berlalu, meninggalkan Sinta sendirian di Ruang tamu.

Sinta tersenyum, sifat anaknya itu tidak berubah. Tetap seperti dulu yaitu 'Keras kepala.'

Sinta lalu berdiri, ia melihat-lihat keadaan rumah anaknya. Cukup bagus dan nyaman, Sinta yakin Ara pasti akan betah disini kalau rumahnya senyaman ini.

Setelah beberapa menit Sinta mengamati ruangan-ruangan rumah ini Sinta menyerngit bingung, ia tidak mendapati orang lain yang berada disini selain Ara dan dirinya. Lalu dimana keberadaan Farhan?

Ara kembali ke ruang tamu, membawa segelas teh hangat diatas nampan. Ia menaruh teh hangat dan mendapati Sinta sedang mengamati ruangan-ruangan.

"Ma, diminum dulu teh anget nya."

Sinta berbalik, "Ra, kamu dirumah sendiri?"

Ara tersenyum kaku dan mengangguk pelan, ia takut Mamanya akan marah jika mengetahui Farhan belum pulang padahal langit sudah gelap.

"Farhan dimana? Ini sudah mau jam tujuh lhoh." ucap Sinta sedikit khawatir.

Ara meneguk ludahnya susah payah, "Ng.. gak ta.. u Ma, Ara tadi sudah chat Farhan tapi juga belum dijawab."

Sinta mendecak pelan, "Yaudah kamu tungguin aja, biar Mama telfon dia dulu."

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif." Bukan suara Farhan yang terdengar dari speaker handphone Sinta, melainkan suara yang menandakan bahwa nomor Farhan sedang tidak aktif.

MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang