Ara memasuki rumah yang sudah ia tinggali lebih dari sebulan dengan Farhan. Rumahnya sepi, lampu-lampunya masih mati, menjadikan suasana rumah semakin menyedihkan.Rumah dengan desain modern itu selalu membuat hati Ara berdesir. Rumah yang selalu mengingatkannya tentang bermacam-macam hal yang terjadi di rumah ini.
Seperti biasa, hal yang selalu Ara lakukan saat tiba rumah adalah mandi, lalu setelahnya menyalakan televisi. Padahal ini baru pukul tujuh malam, tapi ia merasa tubuhnya sudah minta untuk diistirahatkan.
"Tau ah, ngantuk, capek."
Ara memejamkan kedua matanya, melupakan berbagai kejadian yang terjadi di hari ini. Dirinya sudah lelah, jiwa dan raganya ingin beristirahat sekarang.
oOo
Lelaki itu kini duduk lesehan di halaman bengkel, sambil merasakan dinginnya angin senja yang merasuk ke tubuh bidangnya. Ia bukan pujangga cinta yang merindukan dan menunggu-nunggu sennja, bukan sama sekali. Dia hanya rindu mobilnya kembali normal, dan bisa membawanya pulang.
"Aduh, Mas, kayaknya mobilnya gak bisa selesai hari ini deh. Bengkelnya udah mau tutup soalnya."
Farhan hanya bisa mendesah panjang, lagi-lagi keberuntungan tak menghampirinya hari ini.
"Terus gue bisa ambil mobilnya kapan, Bang?"
"Mobilnya bisa diambil besok pagi aja, Mas."
Lelaki tampan itu hanya mengangguk pelan kemudian meninggalkan area bengkel itu dengan lelah. Dirinya membuka ponselnya, menelpon siapa saja temannya yang bisa dimintai tolong.
"Aldi? Bisa jemput gue sekarang?"
"Hah? Apa? Gue nggak denger, sinyalnya jelek,"
"BISA JEMPUT GUE SEKARANG NGGAK, CUK?!"
"Hehe, santai bos,"
"Lo nya yang bikin gue nggak santai,"
"Sori deh sori," lelaki di seberang itu terkekeh pelan. "Mau dijemput dimana ya, Neng?"
"Di Jalan Ciamang Blok. C. Gue di bengkel mobil, buruan."
"Ashiap, auto gas, Neng."
oOo
Farhan sudah tiba di depan kompleknya, diantarkan oleh Aldi yang mengendarai vespa kesayangannya. Tentu temannya itu terus bertanya-tanya, apakah Farhan pindah rumah? Setau Aldi, rumah Farhan bukan disini.
Tapi dengan cepat Farhan beralasan, kalau ini adalah rumah sepupunya. Hanya itu yang bisa ia lakukan, tidak mungkin ia mengatakan kalau sekarang ia sudah beristri dan tinggal bersama istrinya.
Aldi sempat curiga dan terus bertanya-tanya, tapi Farhan langsung menimpal uang seratus ribu tepat di depan wajah temannya itu. "Jangan banyak bacot. Ini nih, buat ongkos jajan,"
"Haduh, gue bantu lo ini tulus lho," Aldi meraba-raba uang yang diberi Farhan. "Tapi kalo lo maksa, yaudah, gue nggak bisa nolak."
"Serah lo deh,"
"Gue nggak disuruh mampir, nih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking
Romance(13+) Kirana Amanda, biasa dipanggil Ara. Gadis periang berumur 18 Tahun, harus menjalani sesuatu hal yang mungkin sulit untuk dilakukan untuk orang lain seumurannya, Menikah. Farhan Gibran, pewaris tunggal dari keluarganya yang menuntutnya untuk m...