Sepuluh - Sepiring sate

4.9K 248 10
                                    

Happy is simple, as long as with you -Farhan Gibran

Benar saja, keesokan harinya Bagas datang jauh-jauh dari Bandung untuk menjemput Sinta pulang.

Bagas sendiri adalah kakak kandung Ara yang berprofesi sebagai tentara. Profesinya itu membuat Bagas tidak selalu bisa menetap di rumah bersama keluarganya.

Apalagi Alya, istri bagas yang sedang hamil anak pertama nya yang kandungannya sudah memasuki sembilan bulan.

"Mas Bagas, gimana kabar Mba Alya disana? Ara kangen banget." ucap Ara penuh kerinduan di sela-sela pelukannya dengan kakak kandungnya itu.

"Alhamdulillah baik kok. Kamu juga buruan tuh nyusul biar buruan punya dedek." Bagas terkekeh pelan, mengelus-elus punggung adik kesayangannya.

"Apaan sih Mas!" Ara memukul bahu Bagas pelan setelah itu melepas pelukannya.

"Iya tuh Han, jangan kelamaan. Masa udah dua bulan belum ada tanda-tanda?" Bagas menatap Farhan lekat-lekat. "Jangan bilang kamu belum sentuh Ara sama sekali?"

Farhan menelan ludahnya susah payah, bingung mau menjawab apa karena yang diucapkan Bagas memanglah fakta. "U-udah kok Mas, mungkin belum waktunya aja."

Ara melirik tajam kakaknya itu. "Apaan sih mas! Orang kita berdua sama-sama masih sekolah. Mau, Ara masih sekolah udah gendong bayi?"

Sinta yang sedari tadi hanya memerhatikan debat anaknya itu kini menyahut. "Mama sih terserah kalian berdua siapnya kapan, asal jangan kelamaan. Lagian kalian berdua juga udah nikah sah di agama dan negara. Kalian juga bentar lagi lulus SMA kan?"

Ara dan Farhan mengangguk bersamaan.

"Jangan kelamaan nundanya Han, nyesel nanti." Bagas menyenggol lengan Farhan pelan.

Farhan hanya tersenyum canggung.

oOo

Ara dan Farhan berpamitan dengan Bagas dan Sinta.

"Hati-hati Mas, salam buat Mba Alya sama calon debay nya ya! Semoga dipermudah lahirannya." Ara melambaikan tangannya kepada Bagas.

"Aamiin, kamu juga baik-baik disini. Jaga diri, jangan ngeyel sama Farhan. Kalo ada apa-apa hubungi Mas." Bagas mencubit pipi adik satu-satunya itu dengan gemas.

Ara mengangguk siap.

Setelahnya, Bagas berpamitan dengan Farhan. "Jaga adik kecilku ya Han, dia emang suka nyebelin anaknya. Tapi aslinya dia itu penyayang kok."

"Iya Mas," Farhan tersenyum simpul, "hati-hati ya Mas nanti di jalannya. Insyaallah besok waktu Mba Alya lahiran, Ara sama Farhan bakal nyusul kesana."

Setelahnya dibalas anggukan dan senyuman manis dari Bagas.

"Ma, hati-hati ya. Kalau ada apa-apa hubungi Ara. Ara pasti langsung siap siaga." Ara memeluk tubuh Sinta erat.

Sinta tersenyum manis, mengeratkan pelukannya. "Iya sayang, kamu jangan keras kepala lagi ya? Dengerin kata Farhan, mau bagaimanapun juga dia itu imam kamu sekarang. Kalau ada masalah diselesaikan berdua dengan cara baik-baik, harus ada salah satu dari kalian yang mengalah. Jangan mudah terbawa emosi, keduanya harus saling menjaga ya sayang. Jangan lupa sholat, kamu harus belajar jadi istri yang baik di umur kamu yang masih muda ini. Belajar sekolahnya juga harus sungguh-sungguh biar masuk universitas yang kamu inginkan."

Ara mengangguk pelan dan meneteskan air mata, terenyuh mendengar pesan-pesan ibunya itu.

Kemudian Sinta beralih menatap Farhan, "Farhan.."

MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang