Ryan, lelaki berwajah oriental yang pernah mengantar Ara pulang beberapa waktu lalu. Lelaki berkulit cerah dan berseragam rapi itu tampaknya sangat mengenal Ara.
Ia berkelas di 12-Ipa-2, yaitu kelas yang sama dengan kelas Farhan. Berarti Ryan dan Farhan saling mengenal, begitu pikir Ara.
Tak terasa sudah hampir dua jam lamanya Ryan dan Ara menghabiskan waktu di perpustakaan. Mereka mencari ide dari berbagai sumber buku kesenian yang ada di perpustakaan, itu lah tujuan sebenarnya mereka ke perpustakaan, namun nyatanya sebaliknya.
Dua orang yang baru bertemu ini sukses membuat suasana perpustakaan yang harusnya sepi menjadi begitu ramai. Bukan apa-apa, ternyata Ryan memiliki banyak kesamaan dengan Ara.
Tak banyak yang tahu, Ara dulunya penyuka Drama Korea dan berbagai makanan manis. Beberapa hobinya itu tertunda bulan-bulan terakhir ini karena hidupnya yang mulai sibuk dan tidak banyak teman yang punya hobi sama dengannya. Maka dari itu, bertemu dengan Ryan membuat Ara merasa kembali menemukan kehidupan lamanya.
Dirinya dan Ryan langsung tersambung saat mengetahui banyak kesamaan dari ia dan Ryan.
"Udah pernah nonton Drama The Heirs, belum?" tanya Ara antusias.
Ryan menggeleng. "Belum, tapi tau pemainnya siapa aja,"
"Masak? Berarti tau Lee Min Ho, dong?"
"Tau, yang mirip orang di depanmu ini kan?" ujar Ryan sambil terkekeh pelan.
"HELL NO!!!" pekik Ara dengan tawanya, tak menyangka Ryan akan menjawab seperti itu. Walaupun kalau boleh Ara mengakui, memang benar, wajah Ryan terlihat seperti tipe-tipe orang China atau Korea yang main di Drama-drama Korea.
"Btw, aku juga suka sama Lee Min Ho," ucap Ara mencoba membuka topik obrolan baru.
"Jangan—" elak Ryan tiba-tiba.
"Kenapa? Dia ganteng, actingnya bagus, fansnya banyak. Kriteria lelaki sempurna,"
"–Nanti aku cemburu," ucap lelaki oriental itu dengan khas suara lembutnya.
Ara sempat kaget dengan ucapan Ryan barusan. Ia mencoba menutupi perasaan kaget itu dengan senyuman canggungnya.
Menyadari ekspresi Ara yang mulai salah tingkah seperti ini, Ryan juga ikut tertawa melihat ekspresi Ara yang nampak begitu menggemaskan saat sedang seperti ini.
Ternyata Ryan adalah tipe lelaki yang penuh kejutan dan ceria, bahkan Ara sama sekali tak menduganya. Berbanding 360 derajat dengan Farhan yang tak ada ceria-cerianya sama sekali; selalu menanggapi segala hal dengan ekspresi seadanya. Disuruh senyum saja rasanya pelit, begitu pikir Ara.
TENG! TENG! TENG!
Lonceng berbunyi sebanyak tiga kali, jam dinding juga sudah menunjukkan pukul 2 siang, itu tandanya jam KBM di SMA Bhakti hari ini sudah selesai.
Ara dan Ryan menghentikan tawa mereka. Mereka menyadari bahwa jam KBM sudah selesai, dan waktunya pulang. Tetapi mereka bahkan belum mempelajari dan mencari ide apapun untuk lomba kesenian yang akan dilombakan 2 minggu mendatang, waktunya benar-benar sedikit.
"Gimana?" ujar Ara tampak bingung.
"Hmm.." Ryan terdiam sejenak, ia memikirkan suatu cara. "Tau Cafe Lightsaber? Kita lanjut belajar disana aja gimana? Tempatnya enak, nggak terlalu rame juga. Lumayan worth it kalau dibuat tempat belajar,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking
Roman d'amour(13+) Kirana Amanda, biasa dipanggil Ara. Gadis periang berumur 18 Tahun, harus menjalani sesuatu hal yang mungkin sulit untuk dilakukan untuk orang lain seumurannya, Menikah. Farhan Gibran, pewaris tunggal dari keluarganya yang menuntutnya untuk m...