Sebelas - Ketahuan

4.4K 234 10
                                    

Sore yang cerah. Ara keluar dari gerbang rumahnya, ia sekarang akan membeli beberapa bahan masakan yang tadi malam tidak sempat ia beli.

Sesudah membeli beberapa barang yang dibutuhkan, Ara berjalan santai  di jalanan komplek sambil sesekali tersenyum dan menyapa terhadap warga-warga komplek yang sedang berada di luar rumah, tetangga kompleknya memang terkenal baik dan ramah.

"Ara?" suara seorang wanita membuat Ara menolehkan kepalanya.

"Eh?" Ujar Ara nampak kaget saat menyadari siapa orang yang memanggilnya.

"Aurel?"

"Rumah lo disini?" tanya Aurel santai.

Ara gugup sesaat, bingung menjawab apa. Ia hanya mengangguk pelan.

"Ih, kenapa lo nggak pernah bilang ke gue sih? Padahal gue sering kesini, ngunjungin nenek gue yang tinggal di komplek ini."

Ara tak bisa menjawab apa-apa, ia hanya menjawabnya dengan ber-oh ria.

"Lo bawa belanjaan banyak banget? Sini gue bantu bawain." Ara sempat menolak, namun dengan cepat Aurel mengambil salah satu plastik belanjaan dari tangan Ara.

"Ma-kasih,"

Mereka terus berjalan beriringan, sampai akhirnya tiba di gerbang rumah Ara.

"Ini bener rumah lo Ra? Gila bagus banget," Aurel tak henti-hentinya memuji keindahan rumah Ara, yang hanya dibalasnya dengan senyuman paksaan.

"Makasih Rel, gue masuk dulu ya," pamit Ara mencoba menunjukkan senyumnya.

"Sama-sama Ra, santai aja kali. Sama kayak siapa—"

GREEEK

Ucapan Aurel terhenti, saat gerbang rumah milik Ara terbuka dan menunjukkan seorang lelaki jakung yang mengenakan baju rumahan.

"Far– Ra, lo tinggal sama Farhan?!"

oOo

Ini yang Ara takutkan, hubungannya dengan Farhan terungkap. Dan kini mereka semua sedang duduk berjajar di ruang tamu rumah Farhan dan Ara, menjelaskan semuanya.

"Jadi udah sebulan ini kalian berdua jadi suami istri?" Aurel membenarkan letak rambutnya yang sedikit berantakan akibat tadi sempat terkejut setengah mati.

Farhan mengangguk santai sambil meneguk segelas coffe latte di tangan kanannya. Ia nampak begitu santai, seolah hal ini bukanlah masalah besar baginya.

Berbanding terbalik dengan Ara sekarang yang nampak begitu gugup dan bingung. Bahkan dirinya ingin menangis sekarang juga saking bingungnya.

"Dan kalian tinggal berdua di rumah semewah ini?" Aurel masih melongo tak percaya, matanya mengintimidasi seluruh penjuru rumah Ara dan Farhan.

Tiba-tiba tubuh Ara memeluk punggung Aurel dengan sangat erat. Aurel yang mendapatkan serangan mendadak menjadi tambah bingung dengan apa yang terjadi pada Ara saat ini.

"Aurel," ucap Ara dengan sesenggukan disela-sela pelukannya dengan Aurel.

Aurel yang menyadari perbedaan dari suara Ara segera mengalihkan fokusnya. "Hah? Lo nangis, Ra?"

MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang