Enam - Bibir itu

5.3K 273 1
                                    

"Yang sakit itu bukan ditinggalkan, tetapi dilupakan." -Matchmaking.

oOo

Benar saja, esoknya Ara dan Farhan telah berpindah rumah ke Bogor. Rumah ini berada di sebuah Perumahan yang tarafnya menengah keatas. Aura rumah yang berwarna putih karena hampir cat luar rumah ini berwarna putih, membuat Ara terpekik kegirangan. Ini kan rumah idamannya yang harus serba putih!

Ara membuka pintu rumah barunya pelan, Ara terkejut melihat rumahnya yang indah– bahkan sangat indah. Walaupun rumah ini tidak terlalu megah, namun terlihat seperti rumah yang rapi, bersih, terang, sejuk, membuat Ara yakin bahwa ia akan sangat betah tinggal disini.

 Walaupun rumah ini tidak terlalu megah, namun terlihat seperti rumah yang rapi, bersih, terang, sejuk, membuat Ara yakin bahwa ia akan sangat betah tinggal disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ara yang tadinya menderek koper langsung melemparkannya dan berlari naik menuju kamar barunya dengan penuh semangat.

"Mana sih kamarnya? pintunya banyak banget." Ara menggaruk tengkuknya, ia bingung dan terus terusan membuka semua pintu dirumah barunya.

"Ini kamarnya," ucap Farhan seraya membukakan salah satu pintu yang berada diujung dan membuat Ara terkejut akan kehadirannya tiba tiba.

"Cuma satu kamarnya?" Ara mendecak kesal dan dibalas anggukan singkat dari Farhan.

"Kenapa cuma satu? Padahal ada banyak pintu disini Farhan.." tiba tiba Ara merengek seperti seorang anak yang minta dibelikan es krim oleh ibunya.

"Nggak tau, Papa udah ngunci semua kamar pakai password."

"Lo pasti bisa kan bukain pintunya? Lo pasti juga tau password nya apa." Ara terus terusan memohon ke Farhan dengan cara menarik narik tangannya.

"Gue nggak tau." Farhan hanya menggeleng mendapati Ara yang terus memohon seperti itu ke dirinya.

"Lo kan anaknya masa gatau sih." Ara mengerucutkan bibirnya, membuat Farhan ingin melahap bibir mungil itu sekarang juga.

Lo mikirin apa sih Han? Lo udah gila ya? 

Farhan menggelengkan kepalanya, segera mengusir jauh pikiran kotornya itu.

"Gue beneran nggaktau Ara," tegas Farhan sekali lagi.

"Halah, yaudah deh." Ara menundukkan kepalanya sedih dan memasuki satu satu nya kamar yang bisa dipakai karena hanya kamar ini yang pintunya bisa dibuka.

" Ara menundukkan kepalanya sedih dan memasuki satu satu nya kamar yang bisa dipakai karena hanya kamar ini yang pintunya bisa dibuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang