Siapapun pasti akan ikut prihatin, melihat gadis berumur 18 tahun yang tubuhnya dipenuhi lebam-lebam seperti ini. Untung tidak ada yang retak, hanya tubuhnya berlumur darah dan luka kering yang pasti membuat orang sekitar yang melihatnya akan bergidik ngeri.
Sudah hampir dua hari juga, Farhan berdiam diri di sini dan menemani Ara selama di ICU. Entah mengapa hatinya terbawa untuk menjaga gadis itu sampai bisa kembali seperti sediakala.
"Lo gak bosan ya, Ra? Cuma tidur-tiduran di kasur, gak nonton drakor, gak cerewet, gak ngambekan," bisik Farhan pelan, sambil menatap wajah pucat Ara yang tak sadarkan diri.
"Gue juga bosan, Ra. Gue bosan kalau lo sakit terus," Farhan tersenyum tipis. "Tapi gue gak bakalan bosan nungguin lo disini, sampai lo kembali sehat kaya dulu,"
Jujur saja, Farhan juga lelah, raga dan batinnya juga butuh istirahat. Bagaimana tidak? Lelaki itu bahkan sudah menemaninya sejak dua hari yang lalu. Semenjak ia mendapat kabar dari Aldi bahwa Ara kecelakaan, ia langsung meninggalkan dunianya dan melakukan perjalanan berjam-jam menuju daerah puncak, semua itu ia lakukan hanya demi Ara.
Tiba-tiba pintu kamar inapnya terbuka, menunjukkan sepasang kekasih yang nampak begitu serasi dengan balutan jaket couplenya.
"Ini gue bawain martabak, Han," ujar Raka, menenteng bungkusan plastik yang berisi seporsi martabak. "Dimakan tuh,"
Dengan malas, Farhan menoleh dan menghampiri pasangan kekasih yang sudah duduk bersama di sofa kamar inap.
"Anjir! Muka lo, Han, ngeri banget,"
Farhan memilih tak banyak bicara, ia hanya menaikkan satu alisnya, bertanya.
"Kucing aja takut liat muka lo," lanjut Aurel dengan sinis. "Ini bukan lo banget, Farhan Gibran."
Tapi, ucapan Aurel barusan memang benar adanya. Penampilan Farhan kali ini memang benar-benar lusuh, wajahnya yang pucat, rambutnya yang berantakan, dan bajunya yang compang-camping.
Ponsel Farhan tiba-tiba bergetar, menandakan telepon masuk. Dengan malas, Farhan mengangkat sambungan telepon itu.
"..."
"Di mana?"
"..."
"Papa udah masuk ruang operasi?"
"..."
"Ya, Farhan kesana,"
Farhan menutup sambungan teleponnya cekatan dan memasukannya ke saku celananya. Raut mukanya bertambah buruk, jelas sekali lelaki itu tampak benar-benar lelah. Raka dan Aurel yang berada di hadapannya pun memilih diam, mereka sudah paham apa yang terjadi.
Farhan lantas terdiam sejenak. Ia nampak menimang-nimang dua pilihan yang sangat sulit untuk ia pilih. Kedua orang yang sama-sama ia sayang, dan sama-sama membutuhkan dirinya, yaitu Papa atau istrinya..
"Gue balik ke Jakarta, ya. Bokap gue mau operasi," ujar Farhan parau. "Aurel, gue minta tolong jaga Ara,"
Aurel mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Siap, Han, gue akan jaga Ara sampai dia kembali sehat. I'm sure nggak lama lagi dia pasti bakalan pulih,"
Raka berdiri, tiba-tiba ia memeluk Farhan erat. "Tenang, bro, everything will be okay,"
Farhan tersenyum tipis, ia membalas pelukan sahabatnya itu dengan sama eratnya. "Thank you, Ka, lo dan Aurel udah banyak bantuin gue selama ini,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking
Romance(13+) Kirana Amanda, biasa dipanggil Ara. Gadis periang berumur 18 Tahun, harus menjalani sesuatu hal yang mungkin sulit untuk dilakukan untuk orang lain seumurannya, Menikah. Farhan Gibran, pewaris tunggal dari keluarganya yang menuntutnya untuk m...