Pagi ini tak seperti pagi pada biasanya. Setelah kejadian yang tak direncanakan malam itu, tubuhnya seakan-akan menerima puluhan pukulan yang ia rasakan. Perutnya terasa aneh, seperti ada yang mengganjal di dalamnya, dan mulutnya tak henti-hentinya mengeluarkan muntahan yang tidak ia inginkan.
Siska menutup pintu kamar mandi di apartemennya dengan kasar. Ia benar-benar lelah, entah sudah berapa puluh kali ia keluar masuk kamar mandi.
"Lo kenapa sih? Sakit?" Vanessa menatap teman seprofesinya itu dengan jengah.
Siska tak menjawab, ia segera membaringkan tubuhnya di kasur dengan lemah. Entahlah, ia merasa tidak berdaya sekarang.
"Muka lo pucet tuh," ujar Vanessa sembari memainkan ponsel miliknya. "Kalo lo lemes gini, gimana nanti malam lo mau nge-job? Emang kuat?"
"Ga tau deh, Nes. Perut gue mual banget sejak kemarin, rasanya pengen muntah aja gitu,"
Vanessa tak menjawab, ia justru menatap Siska dengan tatapan yang sulit diartikan. Otaknya berpikir, menggunakan nalarnya yang sebenarnya jarang ia pakai.
Siska heran, merasa risih dengan tatapan teman yang berprofesi sama dengan dirinya itu. "Ngapain lo ngeliatin gue gitu?"
"Jangan-jangan.." Vanessa masih menatap tajam sekujur tubuh Siska. "Lo hamil, Sis?!"
"Anjir, enggak lah!" Elak Siska dengan cepat, bibirnya mengatakan itu, tapi entah dengan hatinya.
"Dua hari lalu, lo 'main' sama siapa?"
Siska terdiam, mengingat apa yang dirinya lakukan dua hari lalu. Malam itu, iya, dia ingat jelas dosa besar apa yang telah dirinya lakukan.
Melihat reaksi Siska yang hanya terdiam itu, Vanessa segera menyimpulkan pendapatnya. "Oke, fix! Lo hamil!"
Siska ingin mengelak, tapi tenaganya tak cukup kuat untuk membalas ucapan pedas temannya itu. Tubuhnya masih lemas gara-gara mabuk berat dua hari lalu.
"Nih, pake tespek gue. Buruan cek, keburu gede tuh jabang bayi," ujar Vanessa santai sembari melemparkan tespek miliknya yang selalu ia sediakan 24 jam.
Siska hanya diam, ia terus menimbang-nimbang. Ia takut hal yang tidak diinginkannya terjadi. Ia benar-benar takut.
"Buruan, bego! Lo mau digebukin sama bokap dan tunangan lo gara-gara ketauan hamil?"
Dengan was-was, Siska berjalan lemah menuju kamar mandi apartemennya.
Begitu juga dengan Vanessa, ia sebenarnya sama-sama takut. Mengetahui bahwa sebentar lagi temannya itu akan tunangan, meski ia tau bahwa Siska melakukan pertunangan itu dengan terpaksa. Tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah keputusan keluarga besarnya yang tidak bisa Siska ganggu gugat.
5 menit..
10 menit..
20 menit..
Wanita itu tak kunjung keluar, Vanessa semakin was-was. Ia sebenarnya juga takut kalau ucapannya tadi memang benar.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, menunjukkan Siska dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Nih," Siska menyodorkan tespek dengan pasrah. Vanessa menerimanya dengan antusias, matanya melirik, menunjukkan tanda dua garis biru. Itu maknanya, Siska positif hamil!
"Anj*ng! Gila lo, Sis! Gila!" teriak Vanessa jauh lebih heboh dari biasanya. "Gimana bisa lo kelepasan sampai begini? Mampus lo, Sis."
"Malam itu, gue mabuk berat karena gue benar-benar gak bisa terima dengan pertunangan yang keluarga gue buat. Gue habis tiga botol lebih, waktu itu gue gak sadar, yang gue ingat cuma ngeliat lelaki tampan yang sama mabuknya dengan gue. Setelah itu, buyar, gue nggak ingat apapun selain gue gila-gilaan sama dia di malam itu, dan besok paginya dia menghilang entah kemana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking
Romance(13+) Kirana Amanda, biasa dipanggil Ara. Gadis periang berumur 18 Tahun, harus menjalani sesuatu hal yang mungkin sulit untuk dilakukan untuk orang lain seumurannya, Menikah. Farhan Gibran, pewaris tunggal dari keluarganya yang menuntutnya untuk m...