Prolog

337 32 0
                                    

"Thank you."

Aku dan yang lainnya melambaikan tangan kepada orang orang yang ada dihadapan kita semua.

Ekspresi mereka sangat bisa aku tebak. Sebagian ada yang sedih karena acara ini sudah selesai. Disisi lain ada beberapa yang senang karena sudah menghadiri acara ini.

Aku melihat sekitarku. Aku melihat Ayah, paman, kakak, sampai kakek angkat-ku, mereka terlihat sangat bahagia karna sudah menyelesaikan acara ini. --Oh iya, mereka juga adalah partner-ku bila sedang diatas panggung, dibalik itu semua mereka adalah keluarga--

Lalu mataku bertuju pada sebuah gedung tinggi, yang dipuncaknya terdapat beberapa orang berpakaian serba hitam dan hampir seluruh tubuhnya tertutup dengan Kacamata, masker, dan sarung tangan.

Aku coba untuk memfokuskan pandanganku pada orang orang itu. Aku melihat mereka mulai bergerak. Mereka mulai mengangkat Senapan panjang dan mereka sudah mulai bersiap-siap.

"SEMUANYA MENUNDUK!" Aku berteriak sangat kencang, Mic yang berada didepanku sangat membantu agar mereka menunduk.

Suara senapan mulai berbunyi. Para bodyguard yang bersiap siap disana sudah datang ke arah kami dan melindungi kami agar sampai pada tempat yang aman dengan selamat. Yang lain masih menunduk, dan ada beberapa polisi yang bersiaga untuk melindungi mereka semua.

Aku berharap mereka semua selamat.

Saat sampai di tempat yang aman, aku melihat Ayah dan kakak-kakakku berlumuran oleh darah, dan segera diobati.

Aku sangat panik kali ini. Badanku mulai menggigil, telapak tanganku mendingin bagaikan es. Seorang suster memberikan aku kain tebal lalu mengalungkannya pada badanku. Ya, ini cukup membantuku.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya seorang suster yang memberikan aku kain.

Aku membalasnya dengan anggukan pelan. Bibirku terasa susah sekali mengeluarkan kata kata.

Kenapa harus seperti ini pada akhirnya?

"Hei nak, kamu tidak apa-apa kan? Ada yang luka?" Ayahku datang menghampiriku dengan balutan perban di tangannya.

Aku meraih tangan yang dibaluti perban itu. Lalu aku melirik sebelah. Aku melihat kakek angkatku yang dahinya sedang dibaluti oleh perban juga, Kak Sid yang kakinya sedang dibaluti perban.

"Hei, tidak apa-apa nak. Semuanya baik baik saja. Hanya luka ringan kok. Yang penting kita semua selamat dari tembakan itu." Ucap Ayah, membuat pandanganku terfokuskan kepadanya, "polisi sedang mencari sumber tembakan itu. Ada 24 korban tewas memang. Dan beberapa yang lain luka-luka. Tapi, semua akan ditangani segera."

Aku tertunduk diam saat mendengar itu, ini sangat mengerikan. Ini pertama kalinya merasakan hal ini.

"Ngomong-ngomong, kalau kamu tidak memberi aba-aba untuk menunduk, mungkin bisa saja diantara kita akan ada yang mati," ia mengelus kepalaku dengan lembut, "dari mana kamu bisa tau kalau ini akan terjadi?"

"A-aku melihat mereka. Ada di puncak gedung B. Mereka berlima, mengenakan pakaian serba hitam."

"Yang benar?" Ayah langsung mengambil Ponselnya, dan menelepon seseorang.
"Segera cek Gedung B, periksa semuanya. Jangan sampai terlewatkan."

Aku benar-benar takut sekarang.

Biar aku perkenalkan terlebih dahulu. Namaku adalah Kareena Feline Michellia, ini adalah hal pertama yang aku alami, konser kali ini memang berjalan dengan lancar sampai akhir, tetapi disaat semuanya selesai, semua menjadi suram. Ini benar-benar mengerikan.

Aku adalah personil yang paling muda dari semua personil lain. Dan bisa dibilang aku adalah anak yang paling manja dari mereka semua. Setiap mereka pergi kemana, aku selalu ikut, aku selalu menjadi buntut dari mereka. Aku bahkan berfikir, kalau aku tidak akan bisa hidup tanpa mereka.

Tak terbayang bisa mereka semua pergi dari kehidupanku. Pedih rasanya.

Kekasih? Aku tidak memiliki kekasih. Dan belum pernah merasakan rasanya memiliki kekasih. Menurutku, memiliki keluarga kandung dan angkat saja sudah benar-benar sangat bahagia. Tidak lupa dengan sahabat-sahabat-ku yang menunggu di negara asalku. Mereka sangat setia dan selalu menyemangatiku dimanapun, kapanpun.

Aku sangat mencintai hidupku.
Hanya saja sekarang keadaannya sangat berbeda.

Kini, disekitarku terlihat sangat mengerikan. Ini bukanlah hal yang aku ekspektasikan.

Ayah kini duduk di sebelahku, dan memelukku. Hatiku terasa tenang sekarang.

"It's okay, semua akan baik-baik saja. Yakinlah pada dirimu sendiri nak." Ia mengelus bahuku, memelukku hangat.

Aku merasa tenang sekarang.

Chain Of The DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang