Chapter 10

102 19 0
                                    

Angin malam menyerbu pada wajahku, dingin dan menyejukkan. Malam ini aku merasakan kebebasan yang sudah lama tidakku rasakan. Sinar lampu dari setiap jendela rumah terlihat seperti bintang-bintang kecil diangkasa. Sudah lama aku tidak merasakan ini, suasana kota yang menakjubkan, walau tidak 100% menakjubkan. Tetapi jujur saja aku merasa rindu dengan pemandangan ini.

Roman sangat fokus mengendarai, terkadang ia melirik kepadaku dan tersenyum, senyumannya cukup membuat setiap wanita luluh dan bertekuk lutut kepadanya.

Angin malam itu menyerbu Roman juga, rambutnya berkibaran karnanya, dan terlihat semakin luar biasa tampan. Mobil terhenti, kini kami berada disebuah motel kumuh dan terpencil, sangat pas untuk bersembunyi.

"Kamu yakin dia disini?" Tanyaku sambil melihat sekeliling.

"Ya, aku sangat yakin," Roman mengenakan topengnya dan membawa senjatanya lalu keluar dari mobil pelan-pelan tanpa suara, "Kamu disini dulu," Roman menunduk didepan jendela mobil, lalu ia memberikan handphone kepadaku, "pegang ini, kalau situasinya sudah baik aku akan mengirimikan pesan padamu, jangan sampai terlewatkan, mengerti?"

"O-oke.." Aku mengambil handphone itu, sesaat dia menyentuh pipiku lalu dia mulai berjalan menuju salah satu kamar motel disana.

Suasana menjadi sangat sepi, hanya suara jangkrik dan angin berhembus yang memenuhi telinga ini. Aku khawatir kepada Roman, aku takut ada sesuatu yang terjadi olehnya, tapi aku yakin dia pasti selalu baik-baik saja, aku yakin itu.

---------

Roman memasuki ruangan itu diam-diam tanpa kesulitan, kuncinya sangat gampang untuk dibobol olehnya, ya dia memang berpengalaman dengan ini.

Roman mendengar suara Air shower yang suaranya sangat mirup dengan air hujan yang berjatuhan, ia yakin pasti korban selanjutnya sedang mandi. Itu sangat mempermudah keadaan. Roman mencari tempat persembunyian yang memungkinkan ia untuk bersembunyi, tanpa harus dicurigai wanita itu.

Suara Shower berhenti, kini hanya terdapat suara keheningan yang mencekam. Suara pintu terdengar, dan suara decikan air yang masih berada di kaki terdengar sangat jelas, rambut merah itu menjadi tipis karna basah.

Kini wanita itu sedang membuka handuk yang selama ini menutupi dada hingga ke paha. Punggungnya kini terlihat begitu tegak nan anggun. Lekukan tubuhnya cukup untuk dibilang sempurna.

Roman menjadi sangat susah untuk menelan ludah, keringat mulai bercucuran dikeningnya. 'Tontonan macam apa ini' ucap Roman dalam hati, 'aku harus melakukannya sekarang'.

Wanita itu kini mengenakan celana dalamnya dengan anggun, lalu mengenakan kaus longgar berbahan tipis yang bisa menutupi pahanya, dan, ya.. Tanpa Bra.

Roman memperhatikan wanita itu, memikirkan celah waktu agar bisa menyerangnya. Saat wanita itu sedang duduk di depan meja rias, Roman berfikir 'ini waktunya.'

"Hai, lama tidak berjumpa." Ucap Roman menatap wanita itu dari pantulan kaca rias.

Wanita itu mulai diam terkaku. Krim yang ada di tangannya terjatuh kebawah, dan kini lantai menjadi lengket.

Segera roman memukul belakang leher wanita itu dengan pegangan katana yang ia bawa. Seketika wanita itu kehilangan kesadarannya.

--------

Chain Of The DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang