"Agh.. Pelan-pelan!" Roman mengerang kesakitan saat aku membersihkan luka yang berada di wajahnya. Wajahnya yang tirus itu kini terlihat lebih membesar karna beberapa memar yang berada di wajahnya, membiru, dan yang pasti sangat sakit.
"Kenapa kamu tidak melawan sih! Astaga!" Aku menempelkan kapas pada bagian wajahnya yang berdarah, dan memberinya kantung es padanya agar dia bisa mengompres memarnya selama aku membersihkan wajahnya.
"Belum saatnya." Roman menaruh kantung es tersebut pada memarnya. Aura dendam sangat terlihat sekarang. Terakhir aku melihatnya seperti ini karna cekcoknya antara Roman dan Chef yang satu dapur dengannya yang memfitnah Roman, dan pada akhirnya mereka berkelahi. Dan dua hari kemudian, Chef itu meninggal dengan lidah yang terpotong, dan mata yang dicongkelnya dengan paksa. Aku sangat yakin bahwa Romanlah yang melakukannya. Saat aku mengintrogasinya, dan Voila, dia mengakui perbuatannya. Prilaku kejinya masih belum bisa menghilang dari dirinya. Tetapi dia tetap yakin dan berjanji, dia tidak akan mengulanginya lagi. Tapi, bagaimana jika dia melakukannya lagi? Tidak! Dia tidak akan melakukannya. Aku yakin itu.
"Maaf.." aku menghentikan tanganku dan menunduk, "Maafkan aku. Karna aku, kamu jadi seperti ini." Aku mengangkat daguku, berusaha menatap matanya, tapi pada akhirnya sia-sia, Roman membuang muka, menolak untuk bertatap mata denganku.
"Bukan salahmu." Roman berdiri dari duduknya, kantung esnya masih dia tempel-kan pada memarnya. "Aku mau istirahat." Roman berjalan meninggalkanku dan berjalan menuju kamarnya.
"Roman." Aku memanggilnya, dan langkah kakinya berhenti di depan pintu kamar. "Aku benar-benar minta maaf. Ini semua karna ak.."
"Ayahmu! Semua karna Ayahmu tepatnya. Dia akan menyesalinya karna sudah membuatku seperti ini." Roman memotong pembicaraanku lalu membuka pintunya, lalu mendobrak pintunya setelah dia memasuki ruangan itu.
Astaga Roman, ini bukan salah Ayahku. Ayahku hanya melakukan tugasnya sebagai seorang Ayah. Apa yang harus aku lakukan sekarang?
***
Malam ini Roman tidur lebih awal, setelah makan malam dia langsung pergi ke tempat tidurnya itu. Aku takut Roman masih marah atas kejadian tadi siang.
Setelah aku membersihkan setiap ruangan dirumah ini, aku bergegas mandi, dan kemudian berjalan menuju tempat tidurku. Roman terlihat sangat pulas disana. Sebelum aku tidur, aku mengelus rambutnya yang halus itu, melihat setiap inci keindahan tubuhnya yang tuhan ciptakan. Setelah beberapa menit menatapnya, aku mematikan lampu kamar dan aku pun tertidur disebelahnya dan memeluk tubuhnya dengan erat.
***
Aku terbangun, tenggerokanku terasa kering. Aku berjalan menuju pintu kamar tanpa menyalakan Lampu kamar. Menenggak segelas, dua gelas air putih saat aku berada di dapur, sebelum memasuki kamar, aku melirik jam dan menunjukkan pukul 2 Malam. Lalu aku melanjutkan langkahku menuju kamar, menutup pintu sepelan mungkin agar Roman tidak terbangun. Setelah aku mendapati diriku di kasur yang empuk itu, seperti biasa, aku meraba-raba mencari tubuh Roman yang sedang tertidur.
Dimana? Dimana Roman?
Tanganku hanya merasakan kain halus yang membungkus kasurku, dingin, datar, dan empuk.
Aku meraih saklar lampu, saat lampu menerangi ruangan ini, aku tidak melihat Roman dimanapun. Astaga, dimana dia?
Aku berlari menyusuri setiap ruangan dirumah ini tetapi aku tidak menemukannya. Aku melihat keluar jendela, tetapi disana hanya terdapat kesunyian malam dan suara jangkrik-jangkrik yang menjadi khas pada tengah malam.
Jantungku berdebar dengan kencang, aku takut dia kenapa-napa pada tengah malam seperti ini. Ya, aku tau dia bisa menjaga diri, tetapi sebagai seorang istri pasti akan merasa khawatir jika kekasihnya tidak memberi kabar jika ingin keluar rumah, apalagi ini tengah malam, dan dia pun masih sakit.
'Dia akan menyesalinya karna sudah membuatku seperti ini'
Astaga.. Aku teringat dengan ucapannya itu. Apakah dia pergi untuk menghabisi Ayahku? Tidak! Aku harap dia tidak melakukannya. Astaga. Ya Tuhan, semoga tidak terjadi hal yang buruk hari ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Chain Of The Death
Gizem / Gerilim[Complite] Menjadi seorang penyanyi ternama itu tidaklah mudah. Semua pasti menghadapi masa sulit. Tetapi berbeda dengan yang satu ini. Dari diterror, bahkan sampai hampir terbunuh sudah dialami penyanyi yang satu ini. Dan kini ia harus hidup di ke...