Chapter 12

114 18 1
                                    

Semalam adalah sebuah balas dendam yang luar biasa yang pertama kali aku lakukan. Tanpa takut peraturan, tanpa takut hukun negara, dll. Aku merasa aman melakukan itu bersama Roman. Ya, aku tau ini perbuatan dosa yang besar, tetapi, apa salahnya membunuh manusia yang telah membunuh sebagian rekan, kawan-kawanku? Tidak. Dia tidak pantas disebut 'Manusia', dia lebih pantas disebut sebagai seekor Binatang tak berhati, membunuh sebagian kawan-kawanku yang sukses di bidangnya hanya untuk mendapatkan gelar RockStar yang jelas-jelas tidak ada gunanya sama sekali. Tidak perlu menjadi Rockstar, jadilah seseorang yang bisa membahagiakan orang yang menyayangi kita saja sudah sangat luar biasa membanggakan. Jujur, aku merasa sedih dengan tindakan Simza yang seperti itu, tergila-gila dengan dunia yang fana ini, dan menjadi binatang buas yang mengerikan, dan kini dia tergeletak tanpa bentuk wajah, penuh darah, dan keping-kepingan kulit, otak, mata, gigi, dan tulang yang berserakan disekitar.

***

Pagi yang sangat cerah, cahayanya menembus jendela rumah kecil kami yang ditutupi gorden merah yang membuat seluruh ruangan menjadi berwarna latar merah.

Aku melirik kepada seseorang yang ada disebelahku, tertidur dengan pulasnya. Ketampanannya tidak bisa dibandingkan dengan siapapun, memiliki bahu yang besar, dada yang bidang, dan pinggul yang langsing, betapa sempurnanya dia.

Aku memandang ketampanannya itu, memandangnya sampai tidak ada hal lain yang membuatku tertarik untuk kulihat. Saat matanya terbuka, aku memberikan senyumanku kepadanya.

"Hmm. Hoaahh.. mwornhiinghh" Roman menguap, dan mengeluarkan sedikit air mata dimatanya, matanya sekarang jadi berkaca-kaca karna uapannya.

"Morning" ucapku tetap tersenyum kepadanya, dan tetap menatapnya.

Roman mengecup keningku, dan menatapku sangat dalam. Tatapannya seakan menginginkan suatu harapan, dan keinginan untuk memiliki. Ya, kamu akan memilikiku selalu. Aku berjanji.

"Siap menjawab pertanyaanku yang semalam?"

Apa? Pertanyaan apa? Oh.. Aku ingat, iya aku ingat, pertanyaannya untuk memilih antara hidup bersamanya atau kembali kepada keluargaku yang kemungkinan akan membuangku karna mereka tidak akan percaya kalau aku masih ada dihadapannya, masih hidup.

"Sepertinya.." Aku tetap memberikan senyumanku kepadanya.

Roman bangkit dari tidurnya, lalu mengenakan bajunya, otot yang berada di punggungnya sangat terlihat saat mengenakan baju, jantungku kini berdetak sangat kencang.

"Kita bicarakan sambil duduk manis saja yuk, sambil meminum teh hangat, dan menyaksikan berita menarik untuk hari ini." Roman memutar badannya, berusaha menatapku yang masih dibelakangnya, yang masih berbaring diatas kasur.

Setelah itu Roman beranjak pergi keluar kamar dan membuat teh hangat yang dia maksud.

***

"Berita terkini. Seorang penyanyi ternama tewas sangat mengenaskan disebuah motel Q. diduga kasus ini adalah kasus pembunuhan berantai yang sebelumnya sudah memakan banyak korban, yang dimana Korban tersebut adalah beberapa penyanyi ternama yang sedang melejit di era ini-" seorang Reporter menjelaskan berita untuk hari ini.

Mungkin inilah alasan mengapa Roman ingin menyaksikan berita pagi ini. Menyaksikan sebuah keberhasilan yang kami lakukan semalam.

Wajah Roman terlihat sangat puas saat mendengan Reporter membicarakan tentang keberhasilan kami sambil menyeruput teh hangat yang dia buat barusan.

"Kami akan mengingat kembali Kasus pembunuhan berantai yang menimpa beberapa penyanyi papan atas ini.
Yang pertama dialami oleh seorang penyanyi Bergendre Numetal yang bernama Kareena Feline Michellia, diduga meninggal karna kehabisan darah, hanya saja ia hanya meninggalkan genangan darah di sebuah perumahan kumuh yang berada di Kota A, tanpa jenazah Korban, dan sampai sekarang Jenazahnya masih belum ditemukan-" Reporter itu membahas tentang pembunuhan yang dialami olehku. Aku hanya bisa menelan ludah saat mendengar dan melihat scene yang menampilkan sekelompok laki-laki yang sedang mengumumkan kalau aku sudah tiada, dengan isak tangis yang sangat jelas terdengar. Laki-laki yang menangis itu adalah seorang Vokalis utama di band yang telah membuatku naik daun. Dia telah menganggapku sebagai anaknya, sangat wajar dia menangis seperti itu. Beberapa kawannya, yang sudah kuanggap saudaraku sendiri sedang menenangkan Ayah angkatku yang sedang menangis tanpa henti. Oh, hayolah, tontonan ini membuatku tidak tahan, rasanya aku ingin menangis sekarang.

Televisi mati seketika, Roman terlihat muak saat melihat cuplikan yang sudah membuat air mataku menetes.

"Ok. Waktunya menjawab pertanyaanku. Jadi bagaimana?" Roman menatapku serius. Seakan sangat antusias dengan jawaban yang akan keluar dari mulutku.

"Aku, aku bingung." Aku menunduk, menghindari tatapannya yang sangat memberi harapan.

"Jangan menunda lagi, ingatlah resiko yang sudah aku ingatkan padamu. Pertimbangkan dengan baik-baik."

"Ok. Aku.. Aku akan ikut denganmu. Tapi Janji.. Kita akan membuat kehidupan baru, dan pergi dari duniamu yang penuh darah."

Aku mengangkat kepalaku, dan melihat Roman mengangguk setuju dengan janjinya.

Lalu dia memelukku dan mencium keningku, dan mengatakan "Aku berjanji" berkali-kali dengan nada yang sangat senang.

***

Chain Of The DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang