Chapter 2

155 23 0
                                    

Aku dimana?
Kenapa ini sangat gelap.
Saat aku berbalik badan, aku melihat ada sebuah pintu yang sedikit terbuka, terlihat sedikit cahaya dari celah pintu yang sedikit terbuka itu. Aku meraih pintu itu dan membukanya.

Tidak, sebuah lorong lagi. Diujung sana sangat terang, aku harap disana ada jalan keluar. Aku terus berjalan lurus ke arah cahaya itu berasal. Semakin aku mendekat, semakin jelas apa yang ada disana, diujung sana terdapat seorang laki-laki berbadan cukup pas untuk dibilang sempurna. Rambutnya memiliki style classy. sedang terduduk dan memainkan sebuah Rubik ditangannya. Saat aku sudah dihadapannya, dia melirik kearahku dengan kepala yang setengah merunduk. Dan tidak terlalu jelas seperti apa raut wajahnya sepenuhnya.

"Seharusnya Aku membunuhmu lebih keji. Aku benci hal ini terjadi." Ucapnya yang sinis membuatku berdebar.

Aku terkejut, tanpa sadar aku sudah melangkah satu langkah kebelakang karna sangat tidak menyangka kalau dihadapanku adalah orang yang berusaha membunuhku.

"Tidak perlu takut, kamu sudah aman, hanya saja kehidupan lamamu menghilang untuk selamanya—" Dia berdiri dan berjalan lebih dekat dihadapanku. Kepalaku harus menoleh keatas agar dapat melihat wajahnya. Tetapi semuanya sia-sia, wajahnya tetap tidak terlihat dengan jelas.
"—Dan, memiliki identitas baru, dan memulai kehidupan baru dan berbeda 180° dari kehidupanmu yang sebelumnya." Setelah itu ia meraih tanganku dan membawaku ke arah cahaya itu. Dan semua menjadi pudar dan kembali gelap.

*****

Aku membuka mataku, aku melihat atap putih kusam diatasku. Dan mulai berfikir akan kehidupanku.
Tidak. Bukankah aku sudah mati? Dan apakah yang tadi itu sebuah mimpi? Atau tahap menuju akhirat?

Aku menolehkan kepalaku ke samping, dan aku melihat sofa yang membelakangiku dan ada seorang lelaki sedang duduk disana, kedua tangannya menguasai satu sofa itu, dan salah satu tangannya sedang menggenggam botol minuman. Kepalanya terlihat sedang bersandar di sofa yang tingginya jauh lebih rendah dari kepalanya, hingga wajahnya sedikit terlihat, dan hidungnya yang mancung menjulang keatas, dan rambutnya yang lurus terurai kebawah.
Setelah itu, aku melihat sekelilingku penuh dengan peralatan kedokteran. dan beberapa kapas dan kain yang berlumuran darah. Apakah aku berada dirumah sakit? Tetapi tempat ini tidak layak untuk disebut Rumah Sakit.

Aku mencoba untuk bangun dari kasur ini, dan saat itu juga rasa ngilu pada Tubuhku sangat terasa pedih, terutapa pada leherku. Dan akhirnya menghentikanku untuk bangkit. Tapi, kalau seperti ini terus, bagaimana aku pulang?

Aku melirik ke arah lelaki itu lagi, semoga Dia tidak melihatku sudah siuman. Dan—

"Haaaaahh!!!" Teriakku dengan rasa sakit di tenggerokan, terkejut melihat lelaki itu sedang memandangku dengan kepala yang menjulang sangat kebelakang, dan posisi badannya masih sama seperti yang sebelumnya. Lelaki itu benar-benar sukses mengejutkanku.

"Sudah sadar rupanya." ucapnya, lalu mulai bangkit dan berjalan ke arahku. "Hampir lebih dari 3 minggu kamu tertidur. Bisa dibilang kalau kamu koma waktu itu karna kekurangan banyam darah. Aku sampai harus mencari beberapa kantong darah untukmu. Kau benar-benar menyusahkan."

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan saya? Kenapa saya ada disini? Dan anda siapa?" Tanyaku kepada lelaki dihadapanku itu.

"Sudah aku bilang, kamu Koma karna kehilangan banyak darah dari tenggerokanmu. Untung saja masih bisa diselamatkan. Seharusnya yang seperti ini sudah tercabut nyawanya." Ucapnya dengan wajah yang dingin. Aku hanya bisa menatap matanya yang tajam menatapku. "Ada apa melihatku seperti itu? Ada yang salah?" Lamunku terhenti dan tersadarkan oleh pertanyaannya.

"Ha? Tidak apa-apa. Hanya saja saya--"

"Jangan membuat suasana menjadi canggung," Ucapnya, lalu membuang pandangannya ke jendela yang dimana disana banyak sekali pohon-pohon tinggi, "Jangan bangun dulu. Kamu masih perlu istirahat. Aku akan kembali."

"Ha? O-Oke." Entah rasanya seperti, ucapannya yang dingin telah membekukan seluruh tubuhku. Dan hanya bisa menurutinya.

Dia berjalan menuju pintu keluar, lalu menutup pintunya. Dan aku hanya bisa menatap pintu disana. Dan memikirkan sesuatu.

Siapakah dia?

Chain Of The DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang