Chapter 16 (warn: 18++)

119 16 0
                                    

Segala hal sudah selesai. Aku sudah membersihkan diri, memakai pakaian santai tetapi sangat cocok untuk pergi keluar rumah. Saat aku keluar dari kamar, aku melihat Roman yang sedang asik menyaksikan acara kesukaannya di televisi, ya, dia sangat suka menonton berita, karna itulah dia tidak pernah kudet dalam segala hal.

Aku berlari dan duduk di pangkuannya, menghalangi pandangannya yang sangat fokus pada beberapa berita yang sedang disiarkan. Aku melingkari lehernya dengan tanganku dan memberikan senyum yang menunjukkan kalau aku sedang sangat bahagia.

"Apa?" Roman membalas senyumanku, dia sebenarnya sangat tau kalau aku senang dengan persetujuannya.

"Aku kira kamu benar-benar tidak menyetujui Aku kesana."

"Sebenarnya aku tidak mau. Aku merasakan hal yang tidak enak. Tapi apa salahnya untuk melihat-lihat? Tapi.. Apa kamu yakin mau kesana? Kalau kamu tidak jadi kesana kan kita bisa bersenang senang seharian dirumah. Aku tau kamu ingin bercinta denganku dari semalam, wajahmu sangat gampang ditebak"

Tubuhku merasa memanas karna malu, mungkin saja sekarang wajahku sedang memerah. Sedangkan Roman hanya memberikan senyuman khasnya sebelum bercinta, yang sangat sukses membuatku luluh dan pasrah.

"Ta-Tapi, ini kesempatan loh, Kesempatan tidak datang dua kali, lagipula, kita bisa lakukan itu nanti bukan?"

"Tapi, tidak perlu sepagi ini bukan ke Basecampnya?"

"Hmm. Terlambat selalu menjadi makanan sehari-hariku kok.  Dari zaman aku SMP."

"Jadi? Setuju?" Roman menekan tubuhku pada bagian tubuhnya yang sudah mengeras, Membuat sekujur tubuhku melemas.

Aku hanya membalasnya dengan anggukan setuju, dan Roman memulai dengan melumati bibirku tanpa henti, tanpa sadar bibirku membalas lumatannya.

Lumatan bibirnya turun dari bibir hingga leher, aku bisa merasakan bibirnya sudah membasahi bekas jahitan yang ada di leherku. Aku menarik nafas panjang menstabilkan nafasku yang mulai tidak menentu. Sedangkan Bibir Roman sudah semakin turun hingga membuatku tidak tahan dan mengerang.

Aku bisa merasakan bagian tubuhnya yang semakin mengeras menyentuh tubuhku. Dengan secepat kilat Roman membanting tubuhku pada sofa yang empuk itu, membuka resleting celana dan celana dalam yang aku kenakan, dan dilemparnya entah kemana. Bibirnya menurun melumati sekitar pahaku, membuat eranganku semakin kencang. Lidahnya bermain dalam diriku sekarang, astaga, lidahnya benar-benar sangat lihai dan liar didalam diriku. Aku menekan kepalanya membuat lidahnya menjadi lebih dalam, Sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan yang membuat tubuhku bergetar.

Segera Roman membuka celananya juga, pada akhirnya kami berdua menjadi sama. Bibirnya kini berpindah pada bibirku, melumat lebih ganas dan akupun membalasnya. Dan bagian tubuhnya yang mengeras itu mulai menghujam dalam diriku, aku mengerang dan terhenti setelah lidahnya terus bermain dalam mulutku tanpa henti. Dirinya terus menghujam bertubi-tubi, dan membuatku mencapai puncak kembali, tubuhku kembali bergetar, bagian tubuhnya yang mengeras semakin menghujam bertubi-tubi sampai akhirnya dia mencapai puncaknya juga. Roman mulai melemas karna sudah mencapai puncaknya, lalu mengecup keningku dan menempelkan hidungnya yang mancung pada hidungku, lalu tersenyum puas, nafasnya yang terengah-engah menghangati wajahku, dan mungkin aku juga.

"Sepertinya kamu harus mandi lagi." Ucap Roman masih terengah-engah menatap mataku.

"Iya. Itu pasti." Aku tersenyum kepadanya lalu bibirnya mulai melumati bibirku kembali dan melanjutkan apa yang sudah kami mulai.

***

Kami mulai pergi sekitar jam 11 Pagi, atau bisa dibilang Pagi menuju Siang, alamat yang diberikan oleh Pria itu membawa kami pada sebuah rumah yang besar dan pekarangan yang sangat luas. Pagar rumah itu sangat tinggi dan besar, dan dijaga ketat oleh beberapa Securiy disana. Roman menggedarai mobilnya mendekati pagar rumah tersebut. Sampai akhirnya ada seorang Security berjalan mendekati mobil kami.

"Ada yang bisa saya bantu?" Ucap sang Security.

Aku membuka jendela mobil. Sebelum aku bertanya, sang Security tersebut bertanya kembali.

"Wah. Anda pasti Sarah Skarsgard ya?"

"I-Iya pak, Saya Sarah Skarsgard, saya ingin bertemu dengan tuan rumah disini."

"Iya, Tuan Crahan sudah menunggu ada sejak tadi pagi."

"Tu-Tuan.. Cra-Crahan?" Wajahku berubah memucat sekarang.

"Iya nona, Tuan Crahan sudah menunggu anda," Security itu memberi kode kepada kawannya untuk membuka pagar besar yang menutupi Rumah itu, setelah Pagar terbuka lebar, Security memberi isyarat untuk masuk kedalam.

Mampus, Makiku pada diriku sendiri dalam hati.

Roman menatapku kebingungan, seakan sedang membaca pikiranku.

Astaga, apakah ini firasat buruk yang sudah Roman rasakan sejak kemarin?

Crahan..

Itu adalah nama belakang dari salah satu personil tertua dari band yang sudah membuatku berjaya dikala itu. Yang sudah aku anggap sebagai kakekku sendiri.

Apa yang harus aku lakukan?

Chain Of The DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang