Chapter 22 **Warn 18+**

76 9 0
                                    

Malam ini, aku hanya bisa merenungkan diri di sini, dengan Shower yang menyala membasahi tubuh. Mengingat kembali perkataan Mr. Crahan yang membuatku tidak bisa menahan bendungan air mataku yang pecah dan mengalir bersama air Shower yang menyentuh pipiku. Aku masih tidak percaya salah satu orang tuaku meninggal seperti itu. Aku tau dia bukan orang tua kandungku, tetapi dia sudah sangat aku anggap sebagai orang tua kandungku sendiri. 

"Hey Feline, sudah selesai belum mandinya?" Roman membuka sedikit pintu kamar mandi.

"Ha? I-iya sebentar lagi." Aku melirik ke arahnya dan melihat wajahnya masih berada di sela-sela pintu. 

"Oh. Ok." Setelah itu aku mendengar suara pintu yang ditutup.

Aku bergegas membersihkan diri, dan setelah selesai aku keluar dari kamar mandi mengenakan handuk kimono yang sudah Aku sediakan sebelum aku mandi.

"Tumben lama sekali kamu mandinya." Roman menaruh bukunya yang sedari tadi dia baca diatas meja yang berada disamping kasur, lalu mengubah posisinya yang tadi bersenderan pada bantal menjadi duduk sila.

Aku hanya memberi senyuman padanya, aku masih belum siap untuk mengeluarkan sepatah kata pun padanya. 

"Duduk sini Sayang." Roman memberi kode agar aku duduk dipangkuannya, aku tau dia pasti ingin bercinta padaku malam ini.

"Roman, aku sedang tidak mau melakukan itu." Jawabku dengan lemah, aku masih sangat terpukul dengan perkataan Mr. Crahan, dan dikepalaku, aku menuduh kalau Roman yang melakukannya, dan itu membuatku kehilangan mood dalam segala hal bersamanya.

"Tapi kenapa? Ada apa denganmu? Ada yang salah?" 

"Tidak, tidak ada." 

Roman berdiri dan meraih tubuhku, dan di angkatlah tubuhku lalu dijatuhkan tubuhku dipangkuannya, dan tepat menyentuh bagian tubuhnya yang mengeras. Tetapi, kali ini nafsuku tidak bergejolak sama sekali, Aku menatap Roman keheranan, sedangkan Roman menunjukkan senyum buasnya yang biasanya berhasil membuat nafsuku bergejolak lebih parah, tapi kali ini tidak. "Satu atau dua Ronde saja bagaimana?"

"Tidak."

"Kalau begitu, Satu ronde saja?"

"Tidak Roman, aku tidak mau." Air mata mulai terlihat dipelupuk mataku, hatiku masih sangat hancur, aku tidak bisa mengendalikannya.

"Ka-Kamu kenapa menangis? Ada apa?" 

"Tolong kamu jawab jujur, saat kamu pergi malam itu, apa yang kamu lakukan diluar sana?" Aku menarik nafas dalam-dalam. Menunggu jawaban Roman yang sekarang wajahnya terlihat memucat.

"Ti-Tidak. Aku tidak melakukan apa-apa sayang. A-A-Aku hanya mencari udara segar saja."

"Bohong."

"Aku tidak berboh.."

"Bohong! Aku tau kamu berbohong. Aku sangat mengenal tatapanmu saat berbohong, Roman." Air mataku mulai mengalir di pipiku. 

Roman menarik nafas panjang, wajahnya dia arahkan pada langit-langit, "iya, aku melakukan sesuatu. Aku pergi ke basecamp Ayahmu itu."

"Dan kamu membunuh Ibuku! Iya kan?!" Nadaku mulai meninggi, air mataku semakin mengalir, nafasku menjadi tidak beraturan. 

Roman menurunkan wajahnya, dan menatap diriku yang masih dipangkuannya. "Salah dia sendiri. Dia menghalangiku disana, Ayahmu menepis pisauku. Ya, aku ambil saja benda yang ada disana, dan tidak sengaja memukul istrinya yang menghadang Ayahmu, padahal tujuanku hanya menghabisi Ayahmu."

Aku turun dari pangkuannya, berjalan menjauh darinya dan berdiri didepan dinding kamar dan menangis sekencang-kencangnya.

"Aku tidak tau kalau Istrinya berada disana. Terakhir yang Aku tau kan istrinya tidak ada disana. Coba kalau istrinya tidak datang, dia tidak akan bernasib seperti ini." Ucapan tanpa dosanya itu semakin membuat hatiku hancur menjadi debu. Kenapa? Kenapa!?

"Kamu sudah melanggar Janji kamu Roman. Kesempatanmu sudah habis. Aku akan pulang dan mengatakan semuanya, kalau aku masih hidup." Aku berjalan menuju lemariku, mencari pakaian untuk aku kenakan.

"Hei hei hei, tunggu dulu Feline, A-Aku tidak bermaksud seperti itu." Roman menghampiriku dan memutar tubuhku agar aku bisa bertatap muka denga nya. "A-Aku minta maaf sayang, Aku khilaf, Aku sangat kalut, dan aku sangat takut kehilangan dirimu. Maka itu aku.."

"Pada akhirnya perbuatanmu membuatku menghilang. Bagus. Roman, kamu sudah melanggar perjanjian kita, kamu sudah berjanji tidak akan membunuh lagi. Tetapi lihat? Kamu malah melanggar perjanjian itu, dan bahkan bukan hanya melanggar, tetapi secara tidak langsung kamu sudah membuatku hancur Roman." Aku membuka handuk kimonoku, tidak peduli ada Roman disebelahku, aku mengenakan pakaian dalamku dihadapan Roman, sebelum aku mengenakan Kaus, Roman menarikku lagi dan sekarang air matanya juga mengeluarkan air mata. 

"Please, forgive me Feline. Aku.." Roman memelukku dengan erat, menangis dalam pelukanku. Dan membuat air mataku mengalir kembali. "Jangan pergi, aku mohon, aku melakukan itu karna aku tidak mau kehilangan kamu. Aku tidak tau kalau apa yang aku lakukan ini akan membuatmu pergi. Aku sangat takut kehilanganmu. Hanya kamu satu-satunya keluarga yang aku miliki. Please, tetaplah bersamaku." 

Aku melempar sembarangan kaus yang masih aku genggam, lalu meraih punggungnya yang bidang, dan mencium aroma tubuhnya, "besok, antar Aku ke pemakanan. Aku akan tetap bersamamu setelah itu. Aku hanya ingin memberikan penghormatan terakhir untuknya."

"Iya, Akan Aku antar, asal kamu tetap bersamaku." Roman semakin erat memelukku yang hanya mengenakan Bra dan Celana dalam ini. Lalu mencium keningku dan lalu turun menuju bibirku, aku melepas ciumannya dan menatap matanya.

"Masih mau bermain dikasur? Atau mau langsung tidur saja?" Aku menatapnya dengan datar, jujur saja aku masih tidak memiliki mood untuk bercinta dengannya. 

Roman membuka pengait Braku dan melepasnya sampai Bra itu turun menuju kaki-kaki kami. Dan menggendong tubuhku lalu dibanting diatas kasur. Dan dia memulai permainannya yang penuh gairah itu.

Chain Of The DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang