Chapter 17

87 14 0
                                    

Aku mengetuk pintu rumah yang besar ini, sangat besar bagaikan pintu istana, rasanya aku seperti berada disebuah kerajaan, bukan sebuah Basecamp.

Aku memeluk erat tangan Roman, Aku yakin sekali Roman merasakan getaran di dadaku yang di akibatkan oleh jantung-ku yang berdetak sangat kencang, aku merasa takut. Tapi, hayolah Kareena, Nama belakang Crahan tidak hanya dipakai oleh kakek angkatku. Masih banyak yang mengenakan nama itu. Lagi pula, penampilan Pria itu sangat berbeda dengan kakekku itu. Kakekku memiliki jenggot dan rambut panjang yang memutih. Sedangkan pria itu tidak, dia tidak berjenggot, bersih dan mulus, walaupun terdapat keriput disana, dari jambang rambutnya saja sudah sangat jelas kalau rambutnya berwarna hitam. Jadi, tenang saja, tenang.

Roman mengetuk pintu untuk yang ketiga kalinya, setelah itu ada seorang pria bertubuh besar membuka pintu, berambut hitam panjang, wajah bersih tanpa Jenggot dan kumis. Aku mengedipkan mataku dengan cepat, lalu membuka lebar-lebar mataku lalu menarik nafas panjang. Tubuhku mendingin sedingin es, tanganku bergetar tanpa henti. Ya tuhan, kenapa harus seperti ini.

"Wah, selamat datang hmm.. Sa-Sarah Skarsgard dan laki-laki yang kemarin. Senang bisa bertemu denganmu lagi nak. Aku kira kamu tidak akan pernah datang,"

Ya.. seharusnya aku tidak pernah datang. Hardikku dalam hati.

"Ayo silakan masuk, cuacanya lumayan panas bukan? Sepertinya sangat cocok bila kita meminum segelas jus dingin." Pria itu mengantarkan kami pada sebuah ruang tamu yang sangat luas dan mewah, "Silakan duduk, akan saya sediakan minuman." Pria itu pergi setelah kami berdua duduk di sofa yang sangat empuk itu.

Aku menarik nafas panjang-panjang, badanku semakin dingin dan tanganku semakin bergetar dengan hebatnya. Mr. Crahan ini.. Benar, dia adalah kakek angkatku. Hanya saja dia sudah mengubah penampilannya sedemikian rupa. Seharusnya aku mengetahui itu lebih awal. Kakekku ini sangat cerdas, dia pasti bisa melakukan apapun yang dia mau meskipun dia harus menghilangkan penampilan lamanya yang sangat dia suka. Kenapa aku sangat bodoh.

Roman menggenggam erat tanganku, menatap wajahku yang pucat ini. "Hei, kenapa?"

Aku menggelengkan kepalaku yang sudah membeku dengan susah payah.

"Sudah aku katakan bukan? Lebih baik kita tidak perlu kesini." Bisik Roman pada kupingku, udara hangat dari mulutnya menghangatkan kupingku itu. "Pasti kamu mengenal laki-laki itu bukan?"

"Mr. Crahan, orang yang sudah aku anggap sebagai Kakekku, iya, aku sangat mengenalnya." Aku memutarkan kepalaku, berusaha berbicara langsung bertatap muka dengan Roman, dan mengecilkan suaraku sekecil-kecilnya.

"Tetapi kamu tidak mengenalnya saat di restoran bukan?"

"I-iya. Dia terlihat lebih muda, ja-jadi aku tidak terlalu mengenalnya. Ditambah lagi dia mengenakan kacamata hitam."

Roman melihat sekeliling, "kamu harus bersikap tenang sekarang, jangan sampai menunjukkan sesuatu yang mencerminkan dirimu yang lama. Mengerti?" Roman tidak menatapku sama sekali saat berbicara. Mengawasi sekeliling, memastikan tidak ada seorangpun yang mendengarnya.

Semenit kemudian, Mr. Crahan datang menghampiri kami dengan membawa nampan perak yang berisikan 3 gelas jus jambu dingin. Kesukaanku.

Saat Mr. Crahan menaruh gelas-gelasnya pada meja dihadapan kami, aku hanya bisa memberi senyum sebagai tanda terima kasih, aku masih harus menstabilkan tubuhku yang sangat gugup ini.

Mr. Crahan duduk pada sofanya yang berada di sampingku, dia menatapku dari ujung ke ujung, "benar apa kata seorang ilmuan. Di dunia ini, sekiranya ada 7 orang yang mirip dengan wujud kita. Dan kamu, benar-benar sangat mirip dengan Cucuku yang seminggu lagi akan berulang tahun." Mr. Crahan menyesap minumannya lalu menaruhnya kembali di meja. "Silakan diminum."

Aku dan Roman menyesap minuman yang disediakannya setelah mendengan intruksi Mr. Crahan. Aku sangat yakin, saat aku menyesap minumanku, Mr. Crahan sedang menatapku dengan senyumannya yang ramah. Jus buatan Kakekku adalah minuman yang paling aku suka. Aku jadi teringat dulu ketika Aku sedang sakit, dia membuatkan jus ini -hanya saja tanpa es- khusus untukku, padahal yang lain juga menginginkannya.

Setelah aku menyesap minumanku, aku menaruh gelas itu pada meja didepanku. Sepertinya aku sangat menikmati minumanku, sampai-sampai jus milikku sudah tersisa setengah. Sedangkan Roman hanya menyesap sedikit saja.

"Kamu pasti sangat menyukai jusnya ya." Mr. Crahan tersenyum kepadamu, menatapku dengan tatapan yang berbeda, tatapan sedih dan senang yang tercampur aduk.

"Ya.. A-Antara Suka dan Haus." Jawabku dengan gugup, sambil tersenyum kepadanya.

"Bagaimana dengan pekerjaan yang anda ajukan pada istri saya, Mr. Crahan?" Tanya Roman kepada Mr. Crahan. Aku yakin dia merasa tidak betah dengan suasana reuni seperti ini.

"Ah iya, jadi begini. Band kami memerlukan satu vokalis wanita yang sangat percis seperti cucuku untuk konser kami minggu depan untuk merayakan ulang tahunnya. awalnya saya hanya memerlukan wanita yang suaranya sangat mirip, tetapi aku malah bertemu dengan kamu yang dari keseluruhan benar-benar sangat mirip dengan Karenku, cucuku." Mr. Crahan menyipitkan mata-ya yang menatap leherku. "Lehermu.. kenapa Sarah?"

"Ha? Ah, ini. Dulu saya me.-mengalami kecelakaan dan mengenai leher saya. Untungnya saya dibawa kerumah sakit terdekat secepatnya, dan syukurlah saya tertolong." Jawabku sambil menyentuh bekas jahitan yang ada di leherku.

"Andai saja cucu saya bisa terselamatkan sepertimu Sarah." Wajah Mr. Crahan kini berubah menjadi sedih.

"Kalau boleh saya tau, apa yang terjadi pada cucu anda Mr. Crahan?" Tanya Roman dengan tatapan serius. Aku tau ini hanya alasan agar bisa menutupi kecurigaan yang mungkin bisa saja terjadi. Roman memang sangat ahli dalam beracting. Sangat multitalenta, tidak hanya Ahli di bidang kedokteran, Memasak, sampai Actingpun dia bisa menguasainya.

"Hm. Bagaimana ya. Cucu saya mengalami insiden yang mengerikan. Dia dibunuh. Saat itu kami kira dia menghilang, atau diculik. Lalu, ada seorang supir taxi mengaku kalau dia mengantar cucu saya ke sebuah rumah kumuh, akhirnya polisi pergi ke TKP. Disana banyak sekali darah menggenang, seseorang yang kehilangan banyak darah seperti itu pastinya tidak akan selamat. Disana juga terdapat handphone milik cucuku yang menjadi bukti kalau cucuku pernah berada disana. mereka mengambil sample darahnya, dan di tes di laboratorium, dan hasilnya positif, DNA cucuku sangat cocok dengan darah yang menggenang itu. Lalu, mereka mencari tubuh cucuku, tetapi sampai sekarang masih belum ditemuman. Tapi saya sangat berharap kalau tubuh cucu saya bisa ditemukan agar bisa dikubur secara layak." Mr. Crahan menarik nafas panjang. "Sudahlah. Tidak perlu dibahas lagi ya. Terlalu berat untuk menceritakan kejadian yang dialami oleh cucuku."

"Ah.. saya minta maaf karna pertanyaan saya." Roman menunjukkan wajah bersalah kepada Kakekku. Astaga, kalau Roman masuk nominasi aktor terbaik, Roman pasti sudah mendapatkan gelar itu dan mengalahkan aktor-aktor terkenal lainnya. Aku sangat yakin, Robert Downey Jr Pun pasti akan dikalahkan oleh Roman.

"Tidak masalah. Oh iya, ngomong-ngomong, kalian ini sepasang suami istri bukan?" Mr. Crahan mengalihkan pembicaraan.

"Ya, dia istri saya, saya sangat bangga memilikinya." Roman tersenyum kepadaku. Kali ini dia tidak beracting. Dia sungguh-sungguh.

Aku membalas senyuman roman yang sangat memesona itu, dan menggenggam erat tangannya.

"Melihat kalian, hati saya terasanya tenang." Mr. Crahan tersenyum kepada kami berdua. "Oh iya, kawan-kawan saya ada di ruangan latihan kami, mau melihat-lihat?"

Aku menatap Roman dengan tatapan ragu, sedangkan Roman hanya menggangguk setuju dan meyakinkan. Seakan Roman berkata 'Semua akan baik-baik saja, selama kamu berada disampingku'

Setelah kami setuju untuk melihat penghuni lain yang ada di rumah ini. Mr. Crahan berdiri dari kursinya dan mengantarkan kami pada sebuah ruangan yang kedap suara.

Aku menggenggam erat tangan Roman. Sangat erat sampai membuat tangan Roman memerah.

"Mereka ada disini," Mr. Crahan membuka Pintu ruangan itu, "Hey Guys. Aku menemukan penyanyi wanitanya."

Seluruh orang yang ada diruangan itu  menjadi kaku setelah melihatku, sedangkan sebelumnya mereka sedang bercanda-canda ria. Semuanya benar-benar menjadi patung dan kaku saat melihatku, kecuali seorang pria yang duduk di pojokan sana, sendirian, tidak berbaur dengan yang lain.

Siapa yang di pojokan sana? Dan kenapa dia menyendiri?

Chain Of The DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang