Dua remaja yang tadi ditunjukan oleh Yola kini mulai berjalan ke arah meja kantin yang tersedia.
"Gue masih belum percaya sama ucapan pak David saat rapat tadi yang nyuruh kita buat cepet-cepet cari anggota osis baru" ucap Stefani, kemudian duduk di kursi panjang yang ada di dalam kantin. Sebenarnya Iqbal sedang mengambil air mineral di lemari es, namun karena Suasana kantin cukup sepi, jadi Iqbal masih bisa mendengar ucapan Stefani.
"Ya mau gimana lagi, Gue malah bersyukur... berarti jabatan kita bakal cepet berakhir" sahut Iqbal seraya duduk dihadapan Stefani dan menunda dua air mineral di meja mereka.
"Tapi kan kepengurusan OSIS kita masih ada lima bulan. Nanggung, bal"
"Sans aja, Stef. Gak usah dibawa ribet"
"Ih sumpah deh Bal, lo nyebelin banget! Bisa Gak sih, lo itu peduli sama jabatan lo. Emang bener kali ya, dari awal lo gak pernah niat jadi ketua Osis" Protes Stefani. Ia lalu membuka tutup botol air mineral yang tadi Iqbal bawa, dan kemudian meminumnya.
"Emang dari awal Gue gak niat. Gue Cuma terpaksa aja jadi ketua osis. Dan yang harus lo tau kenapa gue gak terlalu peduli sama jabatan gue, karena Gue gak gila jabatan kaya lo, Stef " Sahut Iqbal. Kemudian ia memberikan seringai jailnya, refleks ia langsung mendapatkan tatapan tajam dari mata Stefani.
"Ish! Enak aja! Gue juga gak gila jabatan kali" protes Stefani.
"Lo tau kan jabatan kita itu amanah. Dan kita harus mengemban amanah itu dengan baik, biar gak dosa"sambungnya"Iya iya gue tau. Tadi becanda doang kok. Kita harusnya seneng Stef, karena pak David nyuruh kita cari anggota baru. Udah jelas, dong nantinya kita bebas dari jabatan Ini dan bisa lebih fokus buat menghadapi ujian nasional" Jelas Iqbal.
"Bukan masalah itu, Bal. Tapi Gue belum percaya sama murid baru, apa mungkin mereka bisa tanggung jawab sama jabatan mereka nantinya? Gue takut nantinya organisasi Ini bakal berantakan" Stefani menjelaskan.
Iqbal menghela nafasnya, Kemudian meneguk air mineral yang tadi ia bawa. Sebelum akhirnya ia menjawab ucapan gadis dihadapannya.
"Masalah tanggung jawab atau nggaknya itu urusan belakangan. Lo lihat, Gue yang gak tanggung jawab aja masih tetap terpilih tuh jadi ketua osis. Dan organisasi Ini juga masih aman-aman aja" Sahut Iqbal menyombongkan dirinya.
"Itu sih keberuntungan lo aja " hardik Stefani
"Gue mau calon ketua osis tahun ini harus cewe" Pintanya Kemudian sembari menatap Iqbal dengan serius, Iqbal memicingkan sebelah alisnya."Gak bisa! Gue minta calon ketua osis tahun ini bukan kita yang milih, tapi harus dari keinginan mereka sendiri. Mereka yang udah daftar jadi calon anggota Osis dan mau mendaftarkan diri dengan sukarela mau jadi ketua osis" begitulah Iqbal. Meskipun terkadang ia bersikap tak peduli dengan jabatannya, tapi disisinya lain ia memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Seperti sekarang, apa yang ia ucapkan barusan adalah salah satu bentuk kepemimpinannya. Ia tak mau tongkat estafet kepemimpinannya jatuh pada orang yang salah, pada siswa yang sama seperti dirinya, terlalu tertutup pada warga sekolah.
"Gimana kalo mereka gak pada serius, Bal? Lebih baik kita sama pak David yang milih ketua osisnya" Stefani bersikeras dengan pendapatnya. Ia ingin pemilihan ketua Osis dilakukan seperti yang dilakukan pada mereka dulu.
"Nggak! Kalo dipilih, si calon ketua osis nya itu bakal ngejalanin tanggung jawab dengan semena-mena, karena terpaksa, karena bukan niat dari diri mereka sendiri. Kalau mereka mendaftarkan karena keinginan diri sendiri kan itu niat dari diri mereka. Gue jamin mereka bakal lebih tanggung jawab! Lo juga gak mau kan, Kalau OSIS Ini jadi berantakan gara-gara salah pilih ketua osis?" Jelas Iqbal dan langsung membuat gadis di hadapannya terdiam.
Stefani menghela nafas, begitulah Jika ia beradu pendapat dengan Iqbal, Ia selalu kalah.
"Yaudah, gue setuju. Dan Semoga ketua osis gak kayak lo, tertutup kayak tempat pembuangan sampah. Hahahah" ledek Stefani lalu meninggalkan Iqbal dan membawa satu botol air mineralnya,
"Eh, mau kemana lo? Ngomong apa lo tadi, hah?" Teriak Iqbal, karena Stefani sudah berada jauh di depannya. Meninggalkannya sendiri.
Tanpa sepengetahuan Stefani dan Iqbal, diam-diam dari kejahuan ada yang memperhatikan mereka yang tadi asyik beradu pendapat bahkan sampai harus sedikit dibarengi otot agar pendapatnya bisa diterima. Ya, yang memperhatikan mereka adalah Yola dan Fika. Bukan bermaksud nguping, tapi kita penasaran. Mereka juga sih, ngomongnya kenceng-kenceng, kan kita jadi denger. Begitu pikir mereka.
"Tuhh kan... Lihat deh, kak Iqbal sama kak Stefani kalau ketemu pasti ujung-ujungnya ribut. Masalahnya selalu sama pula, tentang jabatan. Mereka tuh kalau gak ribut sehari ajaaa, kayaknya hambar deh hidupnya" Celoteh Fika. Masih menatap ke arah kursi yang tadi menjadi tempat duduk Iqbal dan Yola.
"Jangan sembarangan!" Ucap Yola.
"Aneh!" Ucap Fika tiba-tiba, lalu menatap Yola lekat-lekat.
"Kenapa?" Tanya Yola dengan kening mengkerut
"Kak Iqbal sama Kak Stefani kalo ngobrol selalu ujungnya ribut" jeda sedetik, "Nah giliran sama lo, kak Iqbal ngomongnya lembut. Atau jangan-jangan, bener dugaan gue" Ucap Fika bermaksud menggoda.
"Dugaan lo yang mana?"
"Dugaan kalau... kak Iqbal beneran suka sama lo" Ledek Fika dan kemudian berlari meninggalkan Yola
"Alfikaaa.. Ih dasar nyebelin! Awas lo, ya! Kalau sampe Gue dapetin lo, Gue bakal jewer kuping lo sampe putus" ancam Yola sembari berlari untuk mengejar langkah sahabatnya.
***
Partnya pendek? Maafkan😂
Yang ada di mulmed atas itu adalah Muhammad Iqbal si ketua osis yang super duper dingin yang kadang kadang bertingkah Masa bodo sama jabatannya padahal masih peduli sama jabatannya *nahloh, Gimana tuh😁 btw, doi cakep kaann ?😂 atau Boleh ajukan kekaguman dan kekesalan kalian di kolom komentar🙌
.
.
.Jangan lupa pencet ⭐ biar aku tambah semangat nulis😂 oya, Makasih buat kalian yang udah sering vote dan coment😍
.
.
.
.
Satu lagi, jangan lupa baca story baru aku yang bergenre Humor😁
.
Judulnya "COGAN KAMVRET"
.
.
masih dengan cast anak-anak TIMNAS U19😍
.
.Kalian Boleh langsung cek work aku buat baca story nya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Relakan
Fanfiction[COMPLETED] Seuntai kisah yang terjadi di masa putih abu. Bukan hanya tentang asmara, juga disuguhkan berbagai macam konflik, indahnya persahabatan, kegembiraan, suka, duka dan bahkan sampai menguras air mata. "Andai gue punya keberanian lebih aw...