Dengan tatapan malas, pemuda tampan yang memakai jas Osis ini berjalan di koridor kelas untuk melihat-lihat peserta didik baru yang sedang dalam masa orientasi. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh kedatangan seorang gadis yang berpenampilan aneh khas masa orientasi, seperti memakai kunciran rambut yang terbuat dari sedotan es, karet ban yang di kenakan sebagai sabuk, serta sepatu yang berbeda warna dan modelnya. Siapa lagi kalau bukan Yola.
"Kak, maaf ya terlambat" ucap Yola dengan raut wajah lelahnya karena berlari dari gerbang sekolah sampai ditempatnya berdiri sekarang cukup jauh.
"Lari keliling lapangan 10 kali dan teriakkan AKU SEDANG DIHUKUM" Ucap pemuda itu.
"HAH?"
"Kamu budeg? Cepetan lari!" tegas pemuda itu.
Yola tertunduk, "lari lagi?" keluh batinnya.
"CEPET!" dan sedetik kemudian Yola menuruti perintah dari lelaki berkumis tipis itu.
Muhammad Iqbal. Setidaknya Yola masih sempat membaca nametag yang tertera di bagian kanan jas osis pemuda tadi. Ia harus mengingat nama itu. Siapa tahu dia akan melakukan balas dendam dikemudian hari.
Setelah menyuruh Yola untuk berlari, Iqbal malah meninggalkan gadis itu yang kini sedang mengelilingi lapangan basket. Ia kembali melangkahkan kakinya untuk meninjau setiap kelas yang digunakan sebagai ruangan tempat berlangsungnya masa orientasi siswa baru.
Di salah satu ruang kelas, ada seorang lelaki berkulit sawo matang yang tak sengaja melihat Yola sedang berlari.
"Stefani" pemuda itu memanggil rekannya yang sedang merapihkan buku yang tadi ia bawa.
"Kenapa, Raf?" sahutnya
"Sini bentar"
Gadis bernama Stefani itu menghampiri lelaki yang memanggilnya tadi.
"Ada apa sih Rafli?" tanya Stefani
"Itu kayaknya ada murid baru lagi dihukum deh. Tapi siapa yang ngasih hukuman ya?" ucap Rafli sembari mengarahkan telunjuknya pada Yola.
"Lo jaga anak-anak di gugus ini dulu ya, Raf" Pinta Stefani. Stefani kemudian berlari ke tengah lapangan untuk menghampiri siswi yang dimaksud oleh Rafli.
*
"SAYA SEDANG DIHUKUM!!" Teriak Yola sambil berlari mengelilingi lapangan. Lima putaran lagi ia akan menyelesaikan hukumannya. Semangat!
"Hentikan!" Teriakan Stefani langsung menghentikan langkah Yola. Ia pun menghampiri Yola ketengah lapang.
"Siapa yang ngasih hukuman ke kamu buat lari mengelilingi lapangan basket ini?" Tanya Stefani, Yola tertunduk.
Raut kelelahan nampak sekali di wajahnya.
"Kak Iqbal, Kak" jawab Yola dengan nafas yang masih ngos-ngosan.
"Kenapa?"
"Karena saya terlambat" Jawabnya lagi.
"Dan sekarang, mana Iqbal?" Stefani kembali bertanya. Ia merasa geram dengan tindakan yang dilakukan pemimpinya itu. Yola menggeleng, karena memang sejak awal menjalani hukuman ia tak melihat Iqbal lagi.
"Lain kali kalau ada yang ngasih hukuman ke kamu terus dia tidak mengawasi kamu, kamu jangan mau. Dan kamu dapat memberitahu ke saya siapa yang ngasih hukuman itu, biar bisa saya tindak orang itu" jelas Stefani
"Baik Kak" Ucap Yola
"Sekarang kamu masuk ke gugus kamu saja " Pinta Stefani, dengan senang hati Yola menuruti perintahnya.
Tak lama kemudian, batang hidung Iqbal kembali terlihat.
"Heyy! Kemana siswi tadi?" teriaknya dari depan ruang kelas hingga terdengar ke tengah lapangan basket yang jaraknya cukup-lumayan-agak- jauh.
"Udah gue suruh masuk ruangan" jawab Stefani enteng
"Kenapa lo nyuruh dia masuk ruangan? Gue kan lagi ngasih dia hukuman" ucap Iqbal masih berteriak, karena tak terima atas tindakan yang telah dilakukan wakilnya ini.
"Lo ngasih dia hukuman, tapi lo ninggalin dia gitu aja?" teriak Stefani.
Dengan kesal, kemudian Iqbal menghampiri Stefani yang masih berada ditengah lapang.
"Emang kenapa, huh? dia kan lagi dihukum, otomatis dia gak akan macem-macem meskipun ditinggalin juga" Sahut Iqbal membela diri ketika sampai di depan gadis cantik dihadapannya.
"Kalau dia kenapa-napa gimana? Kita punya peraturan disekolah ini. Apa lo lupa?" Sahut Stefani yang langsung menatap tajam kearah Iqbal.
"Terserah! Gue malas debat sama lo" Ucap Iqbal nampak tak peduli.
"Gue lebih malas ketemu sama lo! Kalau gak bisa tanggung jawab jadi ketua osis, lebih baik lo ngundurin diri aja!" Ucap Stefani dengan tegasnya.
Mendengar perkataan itu, Iqbal langsung melepas jas Osisnya dan melemparkannya pada Stefani, "Gue dari dulu gak pernah mau menjabat sebagai ketua osis! Ini bukan keinginan gue!" sahut Iqbal.
Ia hendak melangkah pergi namun langkahnya terhenti oleh suara bariton di belakangnya, "Pakai lagi jas itu! Kamu sudah dipercaya oleh sekolah ini untuk menjadi ketua osis! Jabatanmu masih setengah tahun lagi" Ucap Pak David, guru fisika sekaligus pembina osis.
Iqbal mengerjap malas lalu segera mengambil kembali jas yang masih dipegang Stefani. Ia kemudian berlalu dari tempat itu, meninggalkan Stefani dan Pak David yang sama-sama sedang menahan amarah terhadap dirinya.
"Maafkan saya pak.... Karena ucapan saya tadi, Iqbal hampir mengundurkan diri" Ucap Stefani merasa bersalah
"Iya tidak apa-apa. Tapi lain kali, kamu harus bisa mengontrol emosi kamu" Jawab Pak David.
"Baik pak"
"Oya Stef, berhubung kamu menjabat sebagai wakil ketua osis, saya berharap agar kamu dan Iqbal tidak sering bertengkar. Jika ada masalah, baik di dalam organisasi ataupun masalah pribadi semoga kalian dapat menyelesaikannya dengan bijak agar tak berdampak pada jabatan kalian masing-masing. Kamu dan Iqbal adalah dua siswa panutan disini. Selain karena jabatan, kalian pun merupakan siswa berprestasi di sekolah ini. Jadi saya harap kalian dapat menjaga sifat dan kelakuan masing-masing" ucap pak David mengingatkan
"Siap pak. Saya akan berusaha untuk menjalankan amanah ini dengan baik. Saya akan terus berusaha agar bisa menjadi pribadi seperti yang telah tadi bapak sebutkan"jawab Stefani dengan gaya bicara nya yang sangat tenang.
"Baiklah Stef, saya percaya sama kamu. Satu lagi, saya harap kamu juga dapat mengubah sifat Iqbal yang cuek dan sedikit menutup diri itu ya. Agar dia dapat lebih ramah kepada warga sekolah disini" Pinta Pak David
Stefani langsung terlonjak kaget mendengar ucapan dari pria botak di hadapannya itu, "Hah? Tapi kenapa harus saya pak?"
"Di sekolah, hanya kamu yang paling dekat dengan Iqbal dan sering ngobrol sama dia. Bapak mohon bantuan kamu ya, Stef" ucap pak David sambil menepuk pundak Stefani.
'Bener juga sih'. Batin Stefani menyahut.
"He-em... Baiklah pak" ucapnya pasrah. Pak David mengangguk lalu berjalan menuju ke ruang guru. Meninggalkan Stefani yang masih mematung di tempatnya.
⚫⚫⚫
Budayakan VOTE DAN COMMENT setelah membaca🤗 karena pijit tanda bintang itu cuma sedetik dan gak akan bikin ibu jari kalian patah kok😂😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Relakan
Fanfiction[COMPLETED] Seuntai kisah yang terjadi di masa putih abu. Bukan hanya tentang asmara, juga disuguhkan berbagai macam konflik, indahnya persahabatan, kegembiraan, suka, duka dan bahkan sampai menguras air mata. "Andai gue punya keberanian lebih aw...