03

1.3K 128 3
                                    

Panasnya kota Jakarta hari ini membuat siapa saja tak akan tahan untuk berlama-lama di luar ruangan. Terlebih bagi gadis berusia enam belas tahun yang baru saja merasakan banyak masalah di hari pertama masa orientasinya. Ibarat katanya, dia itu sudah jatuh tertimpa tangga pula. Masalah yang satu belum selesai, eh masalah lain malah nambah lagi. Apes bener!


"Gila.. Bener-bener gila tuh senior. Baru telat dikit aja sampe kena hukum. Sok ganteng banget sih tu orang, gak punya hati emang dia kayaknya" oceh Yola di ruangan gugus nya sambil terus mengunyah permen karet yang ia bawa.

Saat ini ruangan tersebut sedang sepi karena sedang jam istirahat. Semua murid berhambur ke luar ruangan. Ada yang ke kantin, ke toilet bahkan ada pula yang hanya duduk manis di depan ruang kelas untuk sekedar menikmati semilir angin. Terkecuali Yola, ia merasa lelah setelah berlari mengelilingi lapangan basket sebanyak lima putaran pagi tadi. Untung saja tadi ada yang menolongnya. Kalau tidak, bisa ia pastikan bahwa kakinya akan sebesar talas Bogor. Daripada keluar kelas lalu menghabiskan waktunya dengan sia-sia, ia putuskan untuk menggunakan waktu istirahat ini untuk memijat kakinya.

"Kenapa sih ngoceh mulu?" tanya seseorang tiba-tiba. Yola menoleh dan mengernyitkan keningnya bingung

"Gue Fika. Alfika Maharani" ucapnya sambil mengulurkan tangannya

"Yolanda Andini. Lo bisa manggil gue Yola" Yola lalu membalas uluran tangan gadis tadi.

"Boleh duduk sini gak?" tanya Fika. Yola hanya mengangguk. Fika kemudian duduk di depan Yola.

"Btw, lo kenapaa? Kok gak keluar kelas? emang gak sumpek di kelas mulu?" sambung gadis ber-behel ini.

"Capek gue. Tadi abis kena hukum. Gue disuruh lari sama cowok yang gayanya sok cool, sok ganteng dan iihhh pokoknya nyebelin deh.. Gue disuruh lari 10 putaran keliling lapang basket, gila banget kan? Eh tapi untung nya ada anggota osis cewek yang belain gue. So baru 5 puteran, gue udah selesai larinya" ucap Yola dengan raut wajah kesalnya.

"Etdahh gila.. gila bener, gak punya hati kali dia.. Lo tau gak siapa dia?"

"Tadi sih pas gue baca nametag nya terpampang nama Muhammad Iqbal"

"Eh wait deh wait, Iqbal yang lo maksud itu yang pake jaket osis bukan? Yang ada kumis tipis nya? Yang matanya sipit? Yang pake sepatu pantopel bukan? Yang rambutnya ada jambul dikitnya gitu kan? Oya dia juga yang wangi banget kan yaa?." ucap Fika yang memberikan pertanyaan bak kereta api.

"Aih? Kok lo bener sih! Lo kok sampe hapal semua gitu? Tapi gue gak tau sih dia wangi atau enggak, soalnya gak sempet nyium bau badannya hahaha. Eh, Emang dia siapa sih?"

"DIA KETUA OSIS, YOLA..."

"HAH? SERIUS? Tapi tingkahnya gak seperti ketua osis, bahkan Gue pikir dia hanya anggota osis biasa" Ucap Yola tak percaya

"Ya Tuhan, Yolaa... semua murid baru disini udah pada tau dia ketua Osis. Bahkan dia di idolakan oleh murid disini. Lo sih datengnya terlambat. Jadi gak tau pas tadi dia memperkenalkan diri pas selesai upacara pembukaan" jlas Fika

"yehh.. Gak usah ngeledek. Gue kira ketua osis disini yang marahin Gue tadi pagi di depan gerbang" Sahut Yola, Fika memicingkan sebelah alisnya.

"Haha, sory gak maksud ngeledek sih. Siapa? Kok bisa?" Tanya Fika

"Gue gak tau namanya. Karena selain gue terlambat, rok gue juga robek pas mau naik bus. Mereka marah-marah gak jelas. Sumpah hari ini hari sialnya Gue" ucal Yola membayangkan kesialannya tadi pagi.

"Lu sih nyari masalah. Baru hari pertama MOS, udah kesiangan aja. Lain kali hati-hati"

"Iya Fika iyaaa"

☘☘

"Heh! lo gaada kerjaan lain apa selain bolak-balik di koridor terus?" Protes seorang gadis cantik yang masih mengenakan jaket osisnya, menghentikan langkah seorang pemuda yang sedang berjalan di koridor.

"Gue bolak-balik di koridor sambil mantau kelas. Harusya gue yang nanya, tugas lo apa? Perasaan cuma ngikutin sama ngomentarin gue aja"

"gue juga lagi laksanain tugas gue kok. Gue lagi jaga gugus sambil siapin materi games buat acara nanti. Dan gue rasa, itu lebih berfaedah daripada bolak-balik doanh" jelas Stefani

"Ck.. Bisa gak sih gue gak denger omongan lo yang selalu protes tentang kegiatan yang gue lakuin? Lama-lama lo kaya Pak David deh!" Celoteh Iqbal. Mata Stefani membulat menatap pria dihadapannya dengan tajam.

"Enak aja, masa gue mirip pak David sih!" Stefani mengerucutkan bibirnya karena tak suka disamakan dengan pembina OSIS yang tua dan botak itu

"Inget yaa Bal, lo itu ketua! harusnya ketua itu memberi contoh dan lebih bagusnya, lo tanya gitu ke anggota yang lain, takutnya mereka ada yang gak ngerti sama tugas mereka. Lah, tapi ini apa? Lo cuma keliling-keliling koridor gak jelas" Protes Stefani kembali. Iqbal memutar bola matanya kesal

"Capek Gue!" Ucap Iqbal frustasi

"Capek apa Lo?" sahut Stefani

"Capek denger omongan lo yang bisanya protes" Sahut Iqbal seraya meninggalkan Stefani

"Jelas gue protes! kerjaan Lo cuma numpang muka aja di organisasi!" ucap Stefani sedikit berteriak namun sudah tak diindahkan oleh Iqbal. Karena lelaki berperawakan sawo matang itu telah berjalan jauh di depan Stefani

"Dasar cowok aneh! Kayak es batu aja tuh sifat, dingiinn banget. Tuhaann... kenapa coba gue harus kenal dia" celoteh Stefani sambil berjalan menuju ke gugus nya. Sesekali ia menghentakan kakinya karena merasa jengkel oleh sifat Iqbal









☘☘☘

Hallo hallo hayy😄😄 Makasihh yang udah vote dan coment setelah membaca😘😘😘

Pijit terus tanda bintang di pojok kiri bawah yaa😄 gak sampe lima detik kok😘😍

RelakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang