Kekhawatiran benar-benar menyelimuti Iqbal, terlebih ketika ia mendengar bahwa Stefani pingsan. Iqbal langsung menuju UKS agar bisa segera mengetahui kondisi gadis yang beberapa menit lalu masih bersama dirinya.
"Stefani mana?" tanya Iqbal pada seorang siswi yang berjaga di ruang uks, Indri.
"Kak Stefani udah dibawa pulang, kak. Kondisinya sudah parah. Jadi petugas PMR gak sanggup buat menanganinya" jawab Indri. Tanpa bertanya lagi, Iqbal langsung kembali lagi ke kelas nya dengan wajah penuh kecemasan. Bisa ia pastikan, kegiatan belajarnya akan kembali terhambat Karena pikirannya hanya akan tertuju pada Stefani.
"Stef, Semoga lo baik-baik aja"
°°°
~Iqbal point of views~
Setelah bel pulang dibunyikan, gue langsung ke parkiran buat ambil motor. Entah kenapa sejak tadi pagi Stefani marah ke gue, gue merasa sangat gak enak hati. Terlebih saat tau kalau dia pingsan dan harus dibawa pulang. Sumpah, gue khawatir sama dia.
Gue langsung tancap gas buat segera ke rumah Stefani.
"Assalamualaikum" ucap gue setelah sampai di rumah Stefani
"Walaikumsalam. Eh ada den Iqbal. Masuk den" sapa bi Konah, asisten rumah tangga di keluarga Stefani. Karena gue sering ke rumah ini, jadi bi Konah pun kenal ke gue.
"Bi, Stefaninya nya ada?" tanya gue to the poin
"Loh? Emang den Iqbal gak tahu? Non Stefani kan dibawa ke rumah sakit tadi pagi" jelas bi Konah.
Jantung gue langsung berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Entah kenapa saat ini gue ngerasa sangat khawatir banget sama keadaan Stefani.
"Stefani dirawat di rumah sakit mana, Bi?"
"Di rumah sakit Sumber Waras. Ruang Cempaka kalau gak salah, den"
"Yaudah Bi. Terimakasih ya, Iqbal pamit dulu" tanpa mendengar jawaban dari bi Konah, gue kembali melajukan kuda besi milik gue untuk segera ke rumah sakit yang tadi di beritahukan oleh si bibi.
Sekitar 20 menit berada di perjalanan, akhirnya gue sampe di Rumah Sakit Sumber Waras.
Gue langsung masuk kedalam Rumah sakit ini dan bertanya pada resepsionis tentang ruangan tempat Stefani dirawat.
Setelah mendengar penjelasan dari resepsionis, gue kembali melangkahkan kaki menuju ruangan Cempaka, tempat dimana Stefani berada sekarang.
Deg
Deg
Deg
Jantung gue kembali berdetak lebih cepat ketika dari balik pintu kaca, mata gue menemukan seseorang yang daritadi gue khawatirkan tengah terbaring lemah dengan berbagai peralatan medis yang menempel ditubuhnya di ranjang rumah sakit.
Seseorang itu, seseorang yang selama ini cerewet ke gue, bawel ke gue, sering marah ke gue bahkan tadi pagi kami masih berdebat, dan sekarang gue menyesal. Dia.. dia adalah sahabat yang paling ngertiin gue. Dia, Stefani.
***
1k pembaca🙌 yeayy🤸 terimakasih banyak untuk semuanya❤️ seneng banget💖Gak tau kenapa Akcuu lebih suka bikin Tiap partnya itu pendek, berasa lebih greget aja gituu😂
.
.Tapi Jangan sampe lupa untuk pencet ⭐ biar aku tambah semangat nulis😂 oya, Makasih buat kalian yang udah sering vote dan coment😍
.
.Satu lagi, jangan lupa baca story baru aku yang bergenre Humor😁
.
.Judulnya "COGAN KAMVRET"
.
.
masih dengan cast anak-anak TIMNAS U19😍
.
.Kalian Boleh langsung cek work aku buat baca story nya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Relakan
Fanfiction[COMPLETED] Seuntai kisah yang terjadi di masa putih abu. Bukan hanya tentang asmara, juga disuguhkan berbagai macam konflik, indahnya persahabatan, kegembiraan, suka, duka dan bahkan sampai menguras air mata. "Andai gue punya keberanian lebih aw...