05

1K 96 6
                                    

"Abis ngapain sih? Lama amat. Ayo balik." Pinta Iqbal yang telah duduk manis diatas motornya.

"Yaelah, bawel amat. Udah kayak ibu-ibu komplek tau gak" sahut Stefani jengkel.

Iqbal berdecak sebal karena ucapan sahabatnya itu, "Ckk.. Udah, ayo balik ah! Udah sore"

"Nah, lo kan tau ini udah sore. Yola pulangnya sendiri, Bal. Lo anterin dia dulu ya? Kasihan.cuma dia yang belum pulang" Sahut Stefani yang langsung mendapat gelengan kepala dari Yola.

"Ehh, gak usah kak. biar aku jalan kaki aja kalo gak ada bus yang lewat" Yola berusaha menolak tawaran Stefani dengan lembut

"Tuhh dia nya juga gak mau" Sergah Iqbal

"Lo gak kasihan apa? Dia tuh cewek. Anak baru pula. Kalau dia kenapa-napa gimana? Lo mau tanggung jawab?" Ucap Stefani.

Iqbal memutar bola matanya malas, "gue lagi yang salah"

"Yaudah yaudah, ayo naik. Gue anter dia dulu, nanti gue balik lagi jemput lo. Tunggu disini, jangan kemana-mana" Ucap Iqbal seraya memakai helmnya, tak lupa ia memberikan helm yang lainnya untuk dipakai oleh Yola. Stefani tersenyum mengangguk mengiyakan ucapan Iqbal.

"Yaudah dek, kamu naik gih. Pulangnya dianterin sama kak Iqbal. Biar ketua osis ada kerja nya, bukan cuma mondar-mandir depan kelas doang" Ucap Stefani menatap sinis ke arah Iqbal.

"Gak usah nyindir nyindir. Cepetan naik" Ucap Iqbal kembali menatap sinis pada Stefani. Dengan sedikit rasa canggung, Yola menuruti perintah ketua osis itu.

"Kak, duluan ya" pamit Yola

**

"Terima kasih kak. Kakak mau mampir dulu?" Yola turun dari motor sport hitam milik lelaki berkumis tipis khas anak remaja itu sembari menyerahkan helm yang tadi dia pakai, karena sekarang Yola telah sampai di depan gerbang rumah nya.

"Tidak perlu. Saya harus segera kembali ke sekolah. Stefani sendirian disana. Saya takut terjadi apa-apa sama dia karena lama menunggu. Permisi" pamit Iqbal yang hanya di balas anggukan oleh Yola. Iqbal kemudian melajukan motornya kembali menuju sekolah.

"Cowok es itu ternyata perhatian juga yak ke kak Stefani" gumam Yola setelah motor Iqbal hilang dari pandangannya.

**

"Kenapa coba gue harus buru-buru buat jemput Stefani? padahal kan dia udah biasa berlama-lama disekolah. Tadi aja gue mampir dulu dirumah Yola. Siapa tau dikasih minum, kan lumayan lagi haus. Eh enggak deh, harga diri gue sebagai lelaki nanti turun" celoteh Iqbal dalam hati saat dalam perjalanan menuju sekolahnya.

Sampainya disekolah, Iqbal melihat seorang gadis yang sedang duduk santai di kursi panjang depan sekolahnya dengan jas osis yang melingkar ditangan kanan gadis itu.

"Stef!" teriak Iqbal sembari menghampiri gadis itu. Sang pemilik nama pun menoleh.

"Tumben cepet?" tanya Stefani.

Iqbal turun dari motornya, "Gue takut ada yg nyulik elo"

"Nanti yang ngomelin gue siapa kalo gaada elo" celetuk Iqbal yang langsung mendapat cubitan di tangan kirinya

"Aw.." rintih nya

"Udah ayo balik ah. Gitu doang masa sakit" ucap Stefani yang langsung menuju motor Iqbal dan mendahului si empunya motor.

"Eh, ini sakit tau!" ringis iqbal sambil memegang lengannya yang tadi dicubit.


**

"Coba aja lo kayak ramah dan murah senyum ke adik kelas, Bal. Biar mereka gak pada takut sama lo. Sebagai ketua osis lo itu kan harus ramah gitu ke semua murid di sekolah termasuk adik kelas yang baru. Biar mereka gak ngira lo itu cuek dan galak. Juga biar mereka bangga punya ketua osis kayak lo" ucap Stefani disepanjang perjalanan. Iqbal saat ini sudah melajukan motornya menuju rumah Stefani

"Gue bukan orang yang gila popularitas. Gue gak perlu pujian atau apalah itu karena gue berbuat sesuatu. Terserah lah mereka mau nilai gue kayak gimana. Ya emang sifat asli gue kyak gini" ucap iqbal kembali pada sifat aslinya. Dingin dan cuek.

"Tapi maksudnya gak gitu, Bal. Gue tuh pengen lo jadi ketua osis yang..." ucap Stefani yang langsung dipotong oleh iqbal

"Diem!" ucapan Iqbal nada sedikit meninggi itu langsung membungkam Stefani.

Hingga akhirnya suasana hening menyelimuti keduanya. Tak ada lagi yang berani memulai pembicaraan. Yang satu takut salah ngomong. Dan yang satunya merasa tidak enak hati karena telah membentak.

Dan tak terasa, keduanya telah sampai di rumah Stefani. Setelah turun dari motor, gadis itu langsung memberikan helm yang ia pakai pada Iqbal. Keheningan masih menyelimuti keduanya.

Baru dua langkah Stefani berada di depan Iqbal, langkahnya terhenti karena teriakan pria itu. "Stef! Maaf!"

Stefani membalikan tubuhnya, lalu memberikan anggukan sebagai kode iya gak apa-apa ditambah dengan sebuah senyuman manis. Sangat manis.

Merasa suasana sudah sedikit mencair, Iqbal pun kembali melajukan motornya untuk pulang. Tentu setelah melihat Stefani masuk ke rumahnya.















***

Wkwk Kuu tahu ini makin absurd😂

Jangan lupa vomment yaa😘

RelakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang