Trimester Pertama

15.1K 1.4K 19
                                    

Pagi-pagi sekali, aku sudah terbangun karena tidak bisa tidur. Semenjak kejadian test pack itu keadaan Anya semakin memburuk. Dia tidak mau makan, tidak mau melakukan apapun, yang dia inginkan hanya tidur dan terus tidur.

Tidak jarang Anya akan mengigau ketika mimpi buruk itu datang, aku terus berada disisi Anya. Sedetikpun aku tidak bisa meninggalkan Anya karena dia memintaku tidur di sampingnya, memeluk tubuhnya. Dia sangat merasa nyaman berada dalam pelukanku.

Sembari memandang langit-langit kamar, aku mengusap kepala Anya yang bersandar di dadaku. Di dalam sana, jantungku terus berdetak tidak karuan. Aku hanya berharap Anya tidak mendengar detak jantungku yang mulai tidak wajar.

Aku memang tidak pernah menjalin hubungan dengan pria, karena orang tuaku melarang aku pacaran jika belum lulus kuliah. Dan itu menyebabkan minimnya rasa cinta dalam kehidupanku. Aku tidak menyangka jika wanita inilah yang menjadi cinta pertamaku.

Dengan penuh kehati-hatian, aku mencoba menyingkirkan kepala Anya dari dadaku. Karena aku ingin pipis. Ketika aku bergerak. Anya menggeliat.

"Mau kemana?"

Aku menghela nafas, mendengar suara serak Anya membuat hatiku berdisko di dalam sana.

"Pi-pis."

Lalu Anya bergeser, dia melepaskan pelukannya. Dia masih menatapku dengan puppy eyes-nya. Sungguh menggemaskan meski wajah itu dihiasi lingkaran hitam di bawah matanya.

"Jangan lama-lama, ya?"

Aku mengangguk. Lalu turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Kalau bukan karena kebelet pipis pasti aku tidak akan melepaskan pelukan Anya. Aku suka ketika Anya merasa nyaman dalam pelukanku.

Setelah dari kamar mandi, aku kembali ke kamar dan melihat Anya sudah merubah posisinya. Dia duduk bersandar disandaran kasur, kedua kakinya yang dilipat dia peluk.

Sinar matahari mulai mencoba masuk melalui cela-cela korden. Aku tidak pernah membayangkan akan melihat pemandangan indah di pagi hari seperti ini.

Aku berjalan mendekati Anya. Dia menoleh menatapku.

"Kok bangun, ada apa?"

Dia menggeleng, lalu menepuk-nepuk sisi sebelah kanannya. Dia menyuruh aku untuk duduk disana, tepat di sampingnya.

Aku mengikuti apa yang diinginkan Anya. Aku duduk di sampingnya, Anya bergeser mengikis jarak di antara kami. Lalu kedua tangannya dia lingkarkan di lengan kiriku. Kepalanya dia sandarkan di pundakku.

"Ada apa Anya?"

Dia menggeleng, hidungnya yang bergesekan dengan lenganku membuat aku salah tingkah. Getaran itu kembali datang. Jadi seperti ini rasanya jatuh cinta?

Tidak lama aku mendengar suara isak tangis yang tertahan. Aku menunduk. Rambut panjang Anya menutupi wajah cantiknya. Aku menghela nafas sedih, Anya pasti masih mengalami trauma.

Tanganku bergerak dengan sendirinya menyingkirkan rambut Anya yang menghalangi wajahnya. Wanita itu sedang menangis. Matanya sudah sangat sembab, pasti perlu waktu untuk membuat mata itu kembali normal.

"Anya, tenang, ada aku disini. Aku tidak akan meninggalkan kamu."

Bahu Anya semakin bergetar hebat, dia sesenggukkan. Karena merasa sedih melihat keadaan Anya, aku kembali membawa dia kedalam pelukanku.

"Menangislah sesuka kamu Anya. Aku tidak akan melarangmu."

&&&

Siang itu aku sedang menyiapkan makan untuk aku dan Anya, karena aku adalah mahasiswa tingkat akhir yang tinggal menunggu wisuda jadi ya seperti ini kegiatanku. Hanya berada di rumah, menghabiskan waktu dengan menonton film atau membuat cerpen.

Untung ada Anya, jadi aku bisa sedikit menyibukan diri dengan hal yang penting. Setelah pagi tadi dia puas menangis, keadaan berikutnya adalah muntah-muntah. Sudah empat kali dia bolak-balik kamar mandi.

Sembari menunggu masakannya matang, aku sempatkan untuk berselancar di internet untuk mencari tanda-tanda orang hamil. Setelah aku menemukan apa yang aku cari, aku mempelajarinya lebih lanjut.

Aku baru tahu jika keadaan Anya yang suka mual dan muntah itu biasa disebut dengan morning sickness. Keadaan seperti itu akan terus berlanjut hingga trimester pertama selesai.

Setelah masakanku matang, aku menaruhnya ke atas mangkuk dan aku bawa ke meja makan. Setelah itu aku menghampiri Anya yang sedang duduk di sofa sembari menonton dvd.

"Anya, ayo makan."

Anya menatapku sejenak lalu menggeleng, detik berikutnya dia kembali memfokuskan diri pada tontonannya. Aku menghampiri Anya. Dia memang selalu seperti itu kalau disuruh makan.

Pada trimester pertama memang mood wanita yang sedang hamil akan berubah-ubah. Aku mencoba untuk mengerti situasi kondisi yang dialami Anya. Karena Anya memang membutuhkan dukungan dan motivasi bukan makian atau suruhan.

Aku duduk di samping Anya, mengambil bantal sofa yang menjadi pemisah antara aku dan Anya, lalu memegang tangan kiri Anya dengan lembut.

"Ayo Anya kita makan. Janin di perut kamu itu butuh asupan nutrisi yang banyak."

Anya menggeleng, "Aku tidak selera, Ale."

"Kamu harus makan Anya, tadi pagi kamu sudah tidak makan. Sekarang kamu harus makan. Aku ambilin ya?"

Tanpa mendengarkan apa respon Anya terlebih dahulu, aku sudah berdiri dan berjalan menuju ke meja makan. Sesampainya di meja makan, aku mengambil mangkuk, lalu mengisinya dengan satu centong nasi putih, sup ayam dan dua iris tempe goreng, Setelah itu aku kembali ke tempat Anya duduk.

&&&

"Aku udah kenyang, Ale."

"Satu suap lagi ya? Baru juga tiga suap, Anya."

"Enggak mau, aku udah kenyang."

Aku menghela nafas, lalu menaruh mangkuk yang aku bawa ke atas meja. Aku harus memikirkan bagaimana caranya agar Anya bisa makan banyak. Aku tidak mau bayi dalam kandungan Anya kekurangan nutrisi.

"Kamu mau jalan-jalan nggak?"

Setelah film yang Anya tonton selesai, dia mengambil remote lalu mematikan TV. Kemudian dia menatapku.

"Aku nggak mau kemana-mana, Ale."

Lalu setelah itu Anya bangkit berdiri dan meninggalkan aku begitu saja. Kembali aku menghela nafas. Anya kembali ke kondisi seperti pertama kali dia datang ke rumah ini. Dia tidak ada mood untuk menjalani hidup.

Makin lama aku makin geram dengan Fabian. Disaat Anya membutuhkan tanggung jawab, laki-laki itu malah tidak muncul. Laki-laki itu seperti hilang ditelan bumi.

Aku tidak suka dengan Anya yang seperti ini. Aku ingin mengembalikan senyum Anya yang hilang.

&&&&& 

9+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang