19 Weeks

13.1K 1.3K 173
                                    

"Aaaaaa!"

Ketika sedang mandi, aku mendengar teriakan Anya, dengan buru-buru aku melupakan sabun dan langsung menyambar bathrobe kemudian berlari ke arah sumber suara.

Suara itu berasal dari kamar, tanpa berpikir dua kali aku membuka pintu kamar, dan menemukan Anya dalam posisi duduk sambil memegangi perutnya. Sekilas tidak ada yang berbeda dengan Anya. Dia masih sama seperti beberapa menit yang lalu ketika aku tinggal mandi. Serius itu tidak ada yang berubah dari Anya.

"Ada apa Anya? Kenapa kamu berteriak? Apa yang terjadi?"

Anya tersenyum, bukan dia tidak sedang tersenyum. Tapi, sepertinya, lebih tepat jika aku katakan itu sebagai seringai. Ah bukan, bukan, Anya tersenyum ... bahagia?

"Ada apa, Anya? Jangan berikan aku senyuman seperti itu!"

"Dia bergerak Ale, dia bergerak!"

Aku menghampiri Anya, dan duduk di sampingnya.

"Siapa?"

Anya memegang tangan kiriku lalu membimbingnya kearah perutnya. Dia membuat gerakan mengusap memakai tangan kiriku.

"Ily bergerak, Ale! Dia bergerak!"

"Yang bener?"

Kini giliran aku yang excited. Aku mengikuti gerakan tangan Anya, dan aku merasakan itu. Bayi dalam kandungan Anya bergerak! Meski gerakan itu terasa samar, tapi aku dapat merasakan bahwa anak itu sedang bergerak!

"Setelah ini, kita ke dokter Adit ya? Aku ingin tahu Ily itu jagoan atau putri."

Anya mengangguk, dia terlihat bahagia. Lalu beberapa detik kemudian Anya menatapku dengan serius.

"Kenapa? Mengapa kamu membuat tatapan seperti itu, Anya?"

"Lebih baik kamu selesaikan aktifitas mandimu. Kamu tidak ingin masuk angin kan karena terlalu lama memakai bathrobe?"

Barulah aku tersadar, keadaanku memang masih telanjang, hanya tertutupi bathrobe. Untung Anya mengingatkan, jika tidak aku bisa lupa aku mendapat angin segar ini darimana.

&&&&&

"Wah, perkembangan bayimu sangat pesat Anya. Anak dalam kandunganmu sangat sehat."

"Yang bener, Dok? Kalau boleh tau anak itu jagoan apa putri?"

Aku sangat excited untuk mengetahui apakah anak Anya itu laki-laki atau perempuan.

"Memang sudah bisa dilihat jenis kelaminnya, sih. Tapi apakah Anya setuju mengetahui jenis kelaminnya?"

Aku memandang Anya, meminta persetujuan. Anya hanya tersenyum, lalu menggeleng.

"Sepertinya, untuk sekarang, aku tidak ingin mengetahui apakah itu laki-laki atau perempuan, Dok."

Anya kembali menatapku, di balik meja, tangan kiri Anya memegang tangan kananku. Dia menggengam tanganku dengan erat. Aku mengangguk dan menghela nafas kecewa. Padahal aku sangat ingin tahu jenis kelamin anak itu.

"Oke kalau begitu, Saya tidak akan memberitahu kalian, tapi jika berubah pikiran, dengan senang hati Saya akan memberitahu."

&&&&&

Sepulangnya dari Rumah Sakit, aku duduk bersandar di ruang santai sambil mengipas-ngipas wajah dengan majalah. Hari ini aku memang sengaja tidak berangkat mengajar, karena aku ingin berada di samping Anya selama seharian ini.

"Di minum dulu, Le."

Aku membuka mata ketika mendengar suara Anya, lalu merubah posisi dudukku agar benar. Aku mengambil gelas itu lalu meminumnya.

9+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang