Minggu ke-29 itu berarti sudah memasuki bulan ke-7, itu berarti sudah memasuki trimester ketiga.
Waw! Aku sangat senang dan excited banget, karena itu menandakan bayi dalam kandungan Anya akan segera lahir!
Aku sudah tidak sabar menunggu bayi itu lahir, aku tidak sabar ingin mengetahui apakah bayi itu laki-laki atau perempuan. Aku akan sangat senang jika bayi itu laki-laki, ah tapi tidak menutup kemungkinan juga aku akan sangat senang jika bayi yang lahir adalah perempuan.
Jika laki-laki, aku bisa mengajak jagoan itu untuk menonton pertandingan olahraga ataupun bermain playstation. Jika perempuan, aku bisa mengajak putri itu untuk memasak, shopping, bahkan ke salon sama-sama. Ah pasti sangat menyenangkan sekali!
Wah aku benar-benar tidak sabar menanti kelahiran bayi itu!
&&&&&
Pintu diketuk saat aku sedang memasak sarapan untuk Anya. Mulai hari ini, memang aku yang akan memasak, karena aku tidak ingin Anya terlalu kecapekan. Mengingat ini adalah kehamilan pertama Anya, jadi aku ingin yang terbaik untuk Anya.
"Nya, itu ada yang ngetuk pintu tolong dibukain. Aku lagi nanggung nih."
Sambil mengaduk bubur, aku berteriak dari dapur agar Anya yang duduk di ruang tamu mendengar suaraku.
"Masak apa kamu, Lexi?"
Aku menoleh ketika mendengar suara Mama yang mengetuk indra pendengaranku.
"Mama? What are you doing here?"
Aku mematikan kompor, mengelap tangan, lalu melepas celemek yang aku kenakan.
"Menemui anak Mama yang tidak pernah mampir ke rumah, padahal sudah tidak kuliah dan tidak kerja."
Aku mendengus mendengar perkataan Mama, "Aku kerja ya, ngelesin anak-anak SMA."
"Itu bukan kerja namanya."
Mama membantuku mempersiapkan sarapan. Anya yang ingin membantu tidak aku perbolehkan, dia hanya aku suruh untuk duduk dan menonton saja.
Setelah semua siap, kami--aku, Mama, dan Anya--makan satu meja, setelah aku membaca doa, kami makan dalam diam. Tidak sampai lima menit, Mama kembali bersuara.
"Kamu sudah satu rumah dengan Anya tapi tehnik memasak kamu tidak pernah meningkat. Setiap masak pasti bubur ayam."
Aku kembali mendengus, ya seperti itulah Mamaku, tidak bisa diam.
"Mam, please."
Mama menatapku, "Kenapa? Kamu malu sama Anya?"
Sedaritadi Anya hanya tersenyum dan terkekeh, dia sama sekali tidak bersuara. Aku kesal dengan sikapnya yang tidak mau membelaku.
"Ohya Anya, kandungan kamu itu sudah masuk berapa minggu?"
"29 minggu, Tante."
"Oh berarti bentar lagi ya kamu melahirkan. Yaudah, nanti ikut saya ke toko peralatan bayi, ya? Kamu itu seharusnya sudah mulai mencicil tempat tidur untuk bayi kamu."
Anya sedikit terkejut mendengar permintaan Mama. Anya menoleh menatapku, meminta persetujuan. Sedangkan aku hanya bisa menghela nafas.
"Anya belinya sama aku aja, Ma. Mama kan harus ngurus butik, jangan terlalu lama meninggalkan pekerjaan, Ma."
Mama menatapku, meletakkan sendoknya ke atas mangkuk yang sudah kosong, lalu meminum air putihnya hingga tandas. Setelah itu Mama menyeka bibirnya dengan tisu.
"Lexia, Mama tanya sama kamu. Lebih baik mana, tidak bekerja atau meninggalkan pekerjaan sejenak hanya karena ingin berbelanja?"
Mama tersenyum sinis, alis sebelah kirinya menukik naik dengan tajam. Aku paham jika Mama sedang menyindirku. Menyebalkan sekali sikap Mama yang satu ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
9+
RomanceIni kisah tentang dua orang yang awalnya hanya teman main menjadi "berteman dekat" setelah kejadian "itu". Si Gadis Malang yang menjadi korban mulai nyaman dengan pelukan Si Gadis Heroik. Sedangkan Si Gadis Heroik mulai terbiasa dengan degup jantung...