29. duka

369 18 3
                                    

Semua orang yang ada dirumah keluarga Mehta sedang berkumpul dikamar Shivani untuk mencoba menenangkannya.

"ini minum dulu Shivani" ucap Preeta sambil menyodorkan segelas air putih kepadanya lalu Shivani meminumnya.

"Jangan terus melamun Shivani! Kita disini ada bersamamu, kau tidak sendirian" -Sarita

"Iya nak, kita sama sama kehilangan Arjun tapi kita tak boleh lemah, kau harus kuat" -Preeta

"Jangan terus membuat dirimu menderita, kau harus tetap menjaga kondisimu dengan baik, demi bayi yang ada dikandunganmu" -nenek

"Seandainya aku memberitau kalian tentang ini maka ini semua tidak akan terjadi hiks.."

"Tapi apa penyebab semua ini?"

"hiks..hikss"

"Sudah jangan dipaksakan, kau bisa bercerita nanti setelah kau merasa dirimu bisa untuk menceritakan semuanya" -Yash

" Jika saja aku ikut bersama Arjun... Tadinya para penjahat itu ingin membawaku, tapi Arjun menantang para penjahat tersebut dan hiks.."

"Sudah.. kami mengerti"
"Tapi jika kau juga ikut, maka aku akan kehilangan kedua anak anakku, kau bukan hanya menantuku Shivani, tapi kau juga putriku" -Sarita

"Bagaimana seorang menantu bisa sekaligus menjadi seorang putri?"

"Aku menyayangimu seperti anakku sendiri" -Sarita

Lalu Sarita memeluk Shivani.

"Istirahatlah!" -Sarita

"Mah" Shivani mencekal tangan Preeta yang akan beranjak pergi.

"Mama mau temani aku tidur kan malam ini?"

"Tentu saja, sekarang kau tidur mama disini bersamamu"

Shivani mencoba untuk tidur tapi dia tetap tak bisa tidur meskipun dia mengantuk. Akhirnya Shivani keluar dan dia berdiam dibalkon kamarnya.

Shivani melamun menatap halaman rumah yang terlihat dari atas balkon, Shivani mengingat kejadian yang dia alami bersama Arjun dari awal dia bertemu sampai kejadian yang tidak pernah dia inginkan. Tanpa sadar air mata Shivani mulai menetes menuruni pipinya. Shivani menangis ditengah dinginnya angin malam yang menerpanya.

"Shivani!" suara yang tak asing ditelinga Shivani memanggilnya. Lalu Shivani dengan segera membalikkan badannya.

Shivani menghampiri orang tersebut lalu memeluknya erat.

"Kau? a-aku aku percaya kau tidak pergi meninggalkanku"

"Kenapa kau berada diluar?"

"Aku menunggumu, kau jangan kemana mana lagi, kau tetaplah bersamaku disini!"

"Jangan menangis! Aku tidak suka ada air yang lolos dari matamu. Diluar dingin, jangan biarkan dirimu kedinginan Shivani" kata orang tersebut lalu menyelimuti bahu Shivani menggunakan selendang yang dipegangnya.

Shivani menutup matanya dan memeluk kedua lengannya layaknya orang yang kedinginan dan saat dia membuka matanya, dia hanya sendiri dan Shivani melihat dirinya hanya berselimutkan kain saree bukan sebuah selendang yang tadi diberikan padanya.

"Arjun?"

Ternyata itu hanya bayangan yang dilihat Shivani dan orang tersebut tak lain adalah Arjun.

"Shivani?"
"Apa yang kau lakukan diluar malam malam begini?"

"Aku tidak bisa tidur mah"

"Tapi kau jangan berdiam diluar, ayo masuk"

"Tapi mah tadi ada Arjun"

"Shivani sayang tabahkan hatimu, Arjun sudah tidak ada, kau harus bisa menerima kenyataan"

"Tapi dia tadi benar-benar disini" suaranya sedikit gemetar

"iya mama mengerti ayo masuk dulu"
"Sekarang kau tidur, kau butuh istirahat" Preeta menyelimuti Shivani dan duduk disebelahnya sambil mengelus kepala putrinya.

Preeta menangis melihat keadaan putrinya.

"Dia begitu menderita, ya Tuhan tolong kuatkan lah dia"

Preeta mencium kening putrinya.

**

Hari ini Arjun akan dibawa pulang kerumah dari rumah sakit untuk dikremasikan. Semua orang memakai pakaian putih termasuk Shivani. Shivani sedang berdiri dihadapan cermin sambil menatap dirinya sendiri.

Shivani lalu mengambil kotak sindoor yang ada dimeja rias, Shivani mulai mengambil sindoor dan akan memakaikan di dahinya, tiba-tiba dia teringat bahwa selama ini Arjun lah yang memakaikan sindoor padanya, tangannya gemetar saat akan mengoleskan bubuk warna merah tersebut.

Shivani mendesah sedih. Tapi dia melihat foto pernikahannya yang terpajang diatas meja rias dan itu memberinya kekuatan. Shivani akhirnya memakai sindoor tersebut dan memakai kalung manggalsutra nya.

Shivani duduk di ranjang, dia mengambil foto pernikahannya lalu menatapnya sedih, Shivani meraba-raba foto tersebut.

"Shivani?" Suara itu tak asing ditelinga Shivani, dia menoleh ke sumber suara itu.

Didekat pintu berdiri Naina dan juga suaminya.

"Masuklah kak!" katanya yang masih setia memandangi foto itu.

Naina memegang pundak Shivani lalu duduk disebelahnya.

"Dia bilang, jika dia pergi lagi maka kami akan berpisah, inikah yang dimaksudnya?"

Naina melirik kearah suaminya.

"Takdir seseorang tidak ada yang tau Shivani"

Naina membuat Shivani menyender dipelukannya.

"Saat malam hari aku takut tidur sendiri, sekarang tidak ada lagi yang menemaniku"

"Aku disini, aku yang akan menemanimu"

"Katakan aku sedang bermimpi, kakak!"

"Aku juga berharap begitu"
"Kau tidak boleh lemah, setauku kau wanita yang kuat"

"Wanita terkuat dari yang terkuat sekalipun akan lemah jika hal ini terjadi padanya"

"Apa Arjun sudah datang kak?"

"Mungkin"

"Kalo begitu antar aku kebawah"




Segini dulu aja
Vomentnya ya gayss

Arjun & Shivani (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang