James hampir saja tertawa mendengar pertanyaan konyol yang ditanyakan oleh gadis Asia-nya. James tidak bodoh untuk bercinta dengan gadis mabuk. Walaupun ia sendiri harus berusaha keras menahan gairahnya ketika mengganti pakaian Nadine yang dipenuhi dengan muntah.
Mereka mungkin memang berciuman, tapi James tidak menyentuh Nadine sedikit pun. Saat gadis itu tiba-tiba pingsan dipelukannya, hal itu sontak membuat James khawatir setengah mati. Ia mencari kedua teman Nadine dan mendapati keduanya mabuk dengan duduk di atas pangkuan pria. James tidak akan menyerahkan Nadine pada dua gadis mabuk. Itu sangat membahayakan, dan bisa saja para pria hidung belang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dan akhirnya, James membawa Nadine ke apartemennya demi keselamatan gadis itu.
"Apa yang dilakukan seorang laki-laki dan gadis cantik di sebuah apartemen?"
James menyeringai. Ia senang melihat wajah terkejut Nadine. Gadis itu terlihat sangat menggemaskan dengan mata yang berkaca-kaca. James jadi yakin, kalau Nadine tidak pernah bercinta sekali pun. Dan kebenaran itu entah mengapa membuat James senang dengan dada yang bergemuruh hebat.
"Jangan lupa turun untuk makan siang," James berkata datar sebelum keluar dari kamarnaya sendiri.
***
Nadine mendengus kesal. Ia tidak mengira kalau James adalah sosok menyebalkan seperti itu. Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi yang sudah ditunjuk oleh James sebelum keluar kamar.
Nadine mengerutkan keningnya. Ia tidak merasakan apa pun saat berjalan. Tidak ada rasa sakit atau nyeri di selangkangnya. Nadine mungkin perawan, tapi ia tidak bodoh untuk mengetahui ciri-ciri seseorang sehabis bercinta. Dan jelas, kalau ia tidak merasakan ciri-ciri utama di selangkangnya.
Nadine berlari cepat, membuka selimut dan mengamati kasur berwarna putih milik, James. Tidak ada darah perawan, dan artinya ia masih perawan. Nadine tidak bercinta dengan James atau pria mana pun.
Ia meloncat-loncat kegirangan. Menyadari dirinya masih perawan, adalah satu anugerah tersendiri dalam hidup, Nadine. Ia dapat bernafas lega, karena James bukan pria brengsek yang mencumbu para gadis ketika sedang mabuk. Nadine tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika ia berada di tangan pria yang salah.
Tapi, tunggu.
James menggantikan pakainnya, berarti pria itu sudah melihat apa yang ada di baliknya.
Astaga, pria itu benar-benar mesum dan menyebalkan! Nadine menjerit-jerit sebal di dalam hatinya.
Nadine keluar dari kamar James dengan wajah murung dan kesal. Bagaimana tidak, James sudah membuatnya kesal. Bahkan belum dua puluh empat jam mereka berada di tempat yang sama. Pertama, pria itu mengerjainya dengan kalimat misterius. Ia sudah lelah menangis, dan ternyata dirinya masih belum diperawani. Lalu yang kedua, James menggantikan pakaiannya. Dan yang ketiga, pria itu dengan santainya bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa sambil menyiapkan makanan di atas meja.
Rasanya Nadine ingin menendang bokong James sekeras mungkin.
Nadine duduk di meja makan, mengamati jenis makan siang khas rumahan. Apa ada restoran yang melayani ini?
"Di mana kau memesan makanan rumahan?" tanya Nadine sambil menghirup sup hangat selepas hujan beberapa saat yang lalu.
"Aku membuatnya."
Jawaban singkat James, berhasil mengejutkan Nadine. Ia tidak menyangka pria seperti James bisa memasak. James terlihat seperti seorang laki-laki yang menghabiskan waktunya dengan tauran, bersenang-senang dan membeli makanan cepat saji. Dan sekarang Nadine mengerti, kalimat 'jangan menilai seseorang dari covernya' berlaku di hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing James (Selesai)
FanficHanya karena sebuah taruhan konyol, Nadine harus membuat pria yang terkenal dingin dan tak peduli sekitar---bahkan gelarnya sebagi primadona sekolah---mencintainya dengan sepenuh hati. Tentu saja Nadine tidak melakukannya karena ia menyukai James. I...