Hujan,dia adalah hal yang menurutku indah dulu.
Dulu,sebelum semuanya hancur dan pupus.
Hari ini dia mengetuk jendela kamarku dengan sebuah kenangan yang masuk ke benakku.
Bagaikan sebuah kaset rusak yang memperlihatkan kilasan masalalu yang begitu menghantui.
Dengan secangkir kopi ku nikmati hujan ini,meskipun kilasan itu semakin menampakkan diri.
Semuanya sudah terjadi, tak mungkin waktu mau berputar ke masalalu hanya untuk seorang gadis yang tak mampu menerima kenyataan sepertiku.
Hati ini seakan tersayat sembilu tajam,yang tajamnya sampai hingga ke lubuk hati terdalam.
~¤¤¤~
Hujan dan tetesan kenangan. Ia menggambarkan kilasan sebuah masalaluku.
Menyerang semua logika dan begitu menghantuiku.
Tersenyum, aku selalu tersenyum untuk orang sekelilingku. Bukan untukku yang tak dapat menerima kenyataan pahit.
Sedih? Pasti! Namun, untuk apa bersedih? Saat semuanya telah terjadi.
Percuma saja, semuanya tak akan pernah bisa kembali seperti semula bukan?
Tapi tetap saja,logika dan hati tak pernah sejalan.
Logika berkata ingin menyembunyikan semua luka dari orang-orang.
Namun,hati menjerit berteriak agar berhenti untuk terlihat kuat dan tegar.
~¤¤¤~
See you next chapt 😉
Senin,23 April 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rangkaian Kata
Poetry[Completed] Ketika hati menceritakan sebuah luka yang ada pada dirinya, dan ketika aku tak lagi punyai harapan untuk terus hidup bahagia. Tawa ini menguap entah hilang kemana,dan senyum pun tak lagi sama. Pelangiku berubah menjadi abu-abu. No copas...