Sunyi dan sepi

102 10 5
                                    

Sunyinya hariku,padahal aku sudah berada di tengah keramaian.

Sepinya hidupku,padahal aku masih punyai penyemangat meskipun hanya untuk membuatku bahagia dan tersenyum.

Aku berada di tengah keramaian kota, namun diri ini masih saja merasa sunyi.

Rasanya ada yang kurang,rasanya ada yang terlupakan.

Tapi apa?

Seperti sebuah senyuman yang kehilangan tawa, rasanya tak lengkap.

Seperti ada sesuatu yang menganjal di hati dan rasanya sangat perih bagaikan ada luka yang mengendap di sana.

Sakit,sedih,dan.. Terpuruk

Sakit? Karena nyatanya luka itu belum juga sembuh,masih saja terasa pedih.

Sedih? Karena aku kehilangan seseorang yang menjadi penyempurna rangkaian kisahku.

Dan Terpuruk! Aku terpuruk di dalam jurang yang begitu hampa dan sunyi,bagai tak ada makhluk hidup yang tinggal disana.

Kebahagiaanku hancur sudah,semuanya pupus tanpa sisa.

Karenanya aku begitu membenci diri ini dan semakin menyalahkan diri.

Andai saja aku bisa memutar waktu, andai saja aku tak jauh darinya selalu ada di dekatnya. Andai saja..

Ah.. aku terlalu banyak berandai-andai lagi, aku benci pada diri ini mengapa begitu lemah.

Mengapa aku menangis? Mengapa aku hancur? Mengapa duniaku hancur setelah itu? Mengapa hati ini seperti kehilangan arah dan rumahnya? Mengapa diri ini tak dapat mengatakan sepatah kata pun? Mengapa?

Apakah aku harus berusaha terlihat tegar di tengah kehancuran?

Aku telah lelah semesta...

Walau bagaimanapun kamu berusah membuatku tersenyum, aku tetap tak bisa.

Aku sudah lelah semesta. Hati ini menjerit saat aku menyampaikan pesan pada sang angin.

Biarkan aku seperti ini semesta...

Karena hatiku telah hancur lebur akibat kekejaman dunia yang telah ku lewati ini

~¤¤¤~

See you next chapt.. 😉

Jum'at, 27 April 2018

Sebuah Rangkaian KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang