Jendela itu masih saja memancarkan cahaya dari mentari yang menyusup masuk dari celah-celah gorden kamar ini.
Dan seperti biasanya,aku tak pernah merasa bosan menatap jendela itu tanpa beranjak dari tempat ini.
Sebuah teka-teki, biarlah menjadi misteri yang sulit miliki arti.
Aku hanya bisa diam dan terpaku pada sebuah kilasan-kilasan masalalu itu. Sekeras apapun aku berusaha melupakannya, jujur saja itu semua percuma.
Karena sejatinya kilasan masalalu itu adalah sebuah kenangan lama, dan kenangan lama untuk di kenang, bukan untuk dilupakan.
Jadi jika diantara kalian bertanya, apakah aku bahagia? Aku akan menjawab dengan senyuman atau bahkan aku hanya mengatakan, "ah, biasa saja" saat pertanyaan itu terucap jujur hanya ada dua kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Kembali melukai diri, atau bahkan diri ini akan terus bertopengkan sebuah kebohongan yang tak pernah berakhir.
Aku diam, namun aku tak bungkam. Aku diam membiarkan sebuah kebohongan berkuasa di depanku.
Aku tak bungkam untuk menutupi semua rahasia mereka,aku hanya diam dan bertingkah seolah tak tau apapun.
~***~
Sesulit apapun kamu berusaha melupakannya,tetap saja kamu tak akan pernah bisa melakukannya, bukan karena kamu tidak mampu. Namun, karena hatimu yang tak mau.~***~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rangkaian Kata
Poesía[Completed] Ketika hati menceritakan sebuah luka yang ada pada dirinya, dan ketika aku tak lagi punyai harapan untuk terus hidup bahagia. Tawa ini menguap entah hilang kemana,dan senyum pun tak lagi sama. Pelangiku berubah menjadi abu-abu. No copas...