Bolehkah aku kembali berjuang,
Menunjukkan perasaanku padanya.❤❤❤
Arzi POVs
Pemilihan ketua OSIS yang baru telah selesai dilaksanakan. Dan akhirnya Ilyas yang merupakan calon ketua OSIS yang baru menginjak kelas 10 yang mendapat amanat untuk memimpin organisasi OSIS setahun kedepan. Dia memang masih kelas 10, tapi pengalamannya dalam bidang organisasi jangan diragukan. Karena itu pula akhirnya dia memenangkan jabatan itu.
"Enggak nyangka ternyata dia yang bakalan menang, " ujar Anna yang duduk disamping kiriku sambil meminum air mineral yang kubawa dari rumah. Kami sekarang tengah berada di kantin yang sudah ramai oleh para murid yang melakukan hal sama seperti kami. Hari ini kegiatan belajar mengajar memang dibebaskan.
"Aku enggak heran sih, Ann, " sahutku sambil memindai keadaan kantin yang cukup ramai. Kualihkan pandanganku pada Anna dan sahabatki yang lainnya. "Dia memang yang paling cocok dari semua kandidat yang ada untuk menggantikan jabatan Bang Af, " lanjutku.
"Iya juga. Kamu tadi hebat banget debat sama para kandidat. " Rifa yang duduk dihadapanku menimpali. Dia tengah memakan donat yang telah kami beli tadi berbarengan. Ya tadi memang saat kampanye umum di lapangan, diberi kesempatan mengajukan pertanyaan kepada para kandidat dan boleh berdebat jika belum puas dengan jawaban yang diberikan.
"Ah biasa aja, " ucapku pada Rifa. Aku tak merasa hebat seperti penuturan Rifa. "Nuri juga hebat banget tadi debatnya, " lanjutku menyebutkan temanku dari waktu Madrasah Tsanawiyah, tapi sekarang berbeda jurusan dan diapun sudah memiliki sahabatnya disini. Aku memang tak terlalu akrab dengan Nuri, hanya sebatas teman yang kenal satu sama lain.
"Ah pokoknya menurut aku kamu yang paling hebat. " Rifa berkata sambil mengacungkan kedua jempolnya dihadapanku.
"Terserah Rifa aja. "
"Assalamu'alaikum, ya ukhti. " Dari arah samping kananku terdengar suara yang sudah aku kenal membuatku menoleh kearahnya.
"Wa'alaikumussalam warohmatullah," jawab kami serentak. Disana berdiri Zidan dengan kopiah hitam yang sekarang selalu bertengger diatas kepalanya, dan juga Albie, pria yang masih saja membuatku berdebar saat melihatnya saja. Entahlah aku mulai gemetaran. Hal yang selalu terjadi jika aku mulai gugup. Akupun membawa kedua tanganku ke bawah meja.
"Naruju naon yeuh? " tanya Zidan sambil duduk di kursi samping kananku dan diikuti Albie, lebih tepatnya disamping Dinda. (baca: Lagi pada ngapain nih?)
"Biasa, Zid," jawab Rifa sambil menunjuk sekantong plastik donut dan melanjutkan memakan donutnya.
"Eh Albie, kenapa kamu enggak ikutan OSIS? " tanya Dinda yang sambil menoleh kesamping kanannya.
"Hah? "
"Hah hah aja ente, Bie. Ah dia mah karena seseorang enggak ikutan, jadi enggak ada motivasi dia untuk ikutan, Din. " Zidan menjawab pertanyaan Dinda yang dilontarkan kepada Albie.
Entahlah Albie terlihat sedikit pendiam hari ini. Aku memang sudah jarang bersapa dengannya setelah tak pulang bersama lagi dengannya.
"Hah? Emang siapa yang jadi motivasi dia? " Rifa penasaran dengan apa yang diucapkan Zidan. Aku hanya tersenyum miris. Pasti karena Vanny pun tak mengikuti organisasi itu. Karena aku tahu memang Vanny tak mengikutinya.
"Hihihi." Terdengar suara terkikik disamping Rifa, yaitu Nadin yang sedari tadi menunduk.
Nadia yang berada disamping kiri Nadin menepuk bahu Nadin. "Kenapa sih dari tadi nunduk? " tanyanya ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pertamaku dan Takdir✔
Teen FictionCinta yang datang untuk pertama kalinya. Melesat masuk ke dalam hati Menancap, mengukir dan terpatri di dalam hati. 💞 Cinta pertamaku dan takdir. Perjalanan cinta sepasang remaja SMA yang sama-sama merasakan cinta untuk pertama kalinya. Di ikuti de...