12.Bahagia dan Sakit Datang Silih Berganti

317 13 4
                                    

Happy Reading

Aku belum tahu.
Bagaimana rasanya bahagia dan sedih karena cinta.
Apakah bisa sampai membuatku gila?
Atau tak berefek sama sekali bagiku?

❤❤❤

Author POVs

Arzi menengok kearah yang ditunjukkan.

Deg.

Dia terkesiap karena melihat pemandangan yang dilihatnya. Jantungnya seperti berhenti berdetak beberapa saat karena hal itu, kemudian jantungnya berdetak lebih cepat dari normalnya.

Arzi masih terpaku akan senyuman Albie yang ditujukan padanya? Atau pada teman-temanya? Entahlah. Tapi mata itu seperti hanya menatap padanya. Ada binar kekhawatiran di dalam mata itu. Albie dan Zidan—yang berada disamping kanan Albie—berjalan kearah Arzi. Jangan lupakan Vannesa juga yang berada di samping kiri Albie.

Vanessa seperti menatap seolah tak suka terhadap Arzi. Arzi menyadari hal itu, tapi ia tak tahu apa sebabnya. Ia hanya mengabaikan tatapan itu.

"Ar, kamu tadi kemana? Kok tiba-tiba ngilang sih." Zidan langsung bersuara setelah sampai di samping meja Arzi.

"Dan, ternyata si Arzi tuh ke toilet," sahut Rifa dan membuat Zidan menengok kearah Rifa yang berada di belakang Arzi.

"Oh kamu yang namanya Arzi yah? Kenalkan aku Vanny, sahabat kecilnya Albie," ujar Vanny dengan nada suara yang dibuat lembut? Dan seperti meremehkannya? Entahlah. Arzi merasa seperti itu atau dirinya yang terlalu suudzon (berburuk sangka) dengan gadis yang kini tengah mengulurkan tangan kanannya kearahnya.

Arzi tersenyum sambil membalas uluran tangan Vanny. "Iya, aku Arzi. Aku tau kamu kok."

Albie masih saja diam, dia selalu berubah gugup seperti ini jika berhadapan dengan gadis yang berada di depannya sekarang.Albie memang ahli dalam menyembunyikan ekspresi gugupnya ini.

Jika dia dihadapkan dengan dua pilihan untuk membuktikan kepercayaan dirinya. Antara berbicara pada Arzi dihadapan banyak orang dan berbicara pada seluruh penghuni sekolah tanpa ada Arzi. Dia akan memilih opsi kedua.

"Bie. Tadi nanyain terus, sekarang udah ada didepannya malah diem. Ente tiba-tiba bisu ya?" bisik Zidan tepat di telinga kanan Albie yang membuat Albie menoleh dan melototi Zidan dengan tatapan tajamnya. Kalau saja mata Albie mempunyai kekuatan memancarkan laser, sudah pasti habis orang yang ditatap sekarang terbakar hangus.

Zidan meringis. Tapi dia masih ingin menggoda sahabatnya ini. "Atau ..., gugup?" lanjut Zidan masih dengan nada rendah supaya tidak ada yang mendengar kecuali mereka berdua. Albie semakin membesarkan kedua matanya mendengar penuturan Zidan.

Melihat reaksi itu, Zidan yakin bahwa apa yang diucapkannya kebenaran.

"Enggak usah gugup kali, kaya mau ngomong sama presiden aja," ujar Zidan tak lagi berbisik dengan mengarahkan pandangannya kearah lain, tidak menatap Albie.

Yang lain hanya bingung dengan penuturan Zidan. Maksudnya apa? Itulah pertanyaan yang terdapat dalam pikiran mereka.

"Aww." Zidan meringis kesakitan karena ada yang menginjak kaki kirinya dengan cukup keras. Dia tahu siapa yang menginjak kakinya itu. Albie.

"Kamu kenapa, Dan?" tanya Arzi.

Zidan melirik Albie yang kini tengah menatapnya dengan tatapan seolah berkata 'diam, atau kamu bakalan habis sama aku.'

Zidan kembali menatap Arzi yang masih menunggu jawabannya.

Zidan berusaha terkekeh—meyakinkan bahwa tak terjadi apa-apa—padahal kakinya betul-betul sangat sakit. "Hehe. Enggak..., tadi ada semut segede gajah injek aku."

Cinta Pertamaku dan Takdir✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang