20. Suara Merdu

123 7 0
                                    

Menyejukkan kalbu
Itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan suara merdumu
Aku tak tahu mengapa begitu menggetarkan hati.

❤❤❤

Author POVs

Lingkungan pesantren Al-badar masih terlihat ramai dengan aktivitas mengaji ilmu agamanya. Waktu telah menunjukkan pukul 20.00 WIB. Untuk para perempuan yang memang mengaji di tempat bernama majelis, tengah melaksanakan shalat isya berjamaah dan telah berada pada raka'at terakhir. Sedangkan para laki-laki yang mengaji di masjid baru menyelesaikan pengajian mereka dan baru akan memulai shalat berjamaah isya mereka yang diimami oleh pak Kiyai Umar. Para perempuan mulai berhamburan meninggalkan majelis dan bersiap pulang ke rumah masing-masing. Begitu pun dengan Arzi, tapi dia masih harus menunggu sang kakak menyelesaikan shalatnya.

Arzi sudah mulai mengenal beberapa perempuan yang menjadi teman mengaji barunya. Ternyata yang paling tua umurnya memang hanya dirinya. Kebanyakan adik kelas dan tak ada yang sekelas maupun kakak kelas dengannya. Mungkin zaman sekarang perempuan di usia sebaya dengannya sudah memiliki gengsi untuk menuntut ilmu agama.

Ditemani Teh Halimah duduk di teras luar majelis, Arzi tahu bahwa Teh Halimah pun baru kelas satu SMA. Mereka mengobrol banyal hal tentang agama. Teh Halimah termasuk orang yang supel, itulah yang Arzi tangkap dari sikapnya.

Dari arah pintu masjid, terlihat mulai berhamburan para kaum adam yang masih muda tentunya. Sebagian mereka banyak mencuri-curi pandang kearah dua pemudi yang tengah duduk di teras majelis. Mereka penasaran siapa gerangan wanita yang berada di samping putri sang Kiyai. Tapi mereka hanya berbisik-bisik saling bertanya padahal yang ditanya pun belum tentu tahu.

Afnan baru saja keluar dari masjid dan melihat adik kembarnya sedang duduk menunggunya, ia pun buru-buru memakai sandalnya dan menghampiri sang adik.

"Assalamu'alaikum, " tegur Afnan melihat kedua gadis yang ada dihadapannya belum menyadari kehadirannya karena terlalu asyik dengan obrolan mereka.

Kedua gadis itu pun menoleh kearah suara, kecuali Teh Halimah yang hanya menundukkan pandangannya sambil menjawab salam Afnan. "Wa'alaikumussalam warohmatullah wabarokatuh. "

"Ayo, Dek pulang. " Afnan menatap adiknya sambil menganggukkan kepalanya, kemudian mengalihkan pandangannya kearah gadis yang masih menunduk. "Hatur nuhun, Teh. Udah mau nemenin Arzi. "

"Iya A', sami-sami," jawab Teh Halimah yang masih setia dalam tundukannya.

"Kalau gitu kami pamit, Teh. " Arzi pun mulai berdiri dari duduknya ketika lagi-lagi kakaknya mengisyaratkan ajakan pulang. "Assalamu'alaikum," salam keduanya kemudian berjalan menjauh setelah mendengar jawaban salam mereka. Banyak yang memperhatikan kedua saudara kembar itu. Mereka sangat penasaran hubungan antara keduanya.

Arzi dan Afnan telah mencapai gerbang keluar pesantren. Tapi tiba-tiba Arzi berhenti melangkah ketika mendengar suara merdu itu lagi. Suara merdu yang tadi melantukan adzan, tapi suara merdu itu sekarang sedang memulai murotal ayat-ayat suci Al-Qur'an yang memang menggunakan pengeras suara masjid. Afnan yang melihat tingkah adiknya pun ikut berhenti.

"Dek, ada apa? " tanya Afnan kepada Arzi yang masih berdiri mematung.

"Hah, eh enggak papa. " Arzi ingin menanyakan siapa gerangan sang pemilik suara merdu itu. Tapi dia malu jika harus bertanya kepada sang kakak. Bisa-bisa nanti dia malah mempunyai lebih banyak lagi bahan godaan untuk dirinya.

"Ya udah, ayo lanjut jalan. " Arzi pun mengangguk sebagai jawaban titah sang kakak. Mungkin dia harus bertanya pada orang lain.

Di tempat lain, di waktu yang sama, seorang pemuda dengan setelah baju kokonya baru saja memarkirkan motor maticnya di garasi sebuah rumah dua tingkat dengan cat berwarna biru laut menghiasi dinding rumah tersebut.

Cinta Pertamaku dan Takdir✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang