23. Pemilik Suara Merdu

102 8 0
                                    

Manusia hanya bisa merencanakan, dan Sang Pencipta yang maha menentukan.

❤❤❤

Author POVs

Jantung Arzi mulai berdetak tak karuan. Diapun melaksanakan perintah dari surat itu. Dari kejauhan seorang siswa mulai berjalan.

"Arzi!! "

Arzi menoleh kearah suara yang berasal dimana tadi dia menuju kesini. Arzi terkejut bukan main. Melihat Kak Fazri yang menyerukan namanya tadi, dia mulai berpikir apakah surat yang dia pegang di tangannya berasal dari sosok kakak kelasnya itu?

Sedangkan dari arah berlawanan datangnya Fazri, seorang siswa yang tadi sempat melangkah menuju Arzi berada, mengurungkan langkahnya dan kembali ke tempat persembunyiannya di balik dinding belakang sekolah itu. Dia tak menyangka bahwa akan ada seseorang yang menggagalkan rencananya. Dia tidak memikirkan hal itu. Sehingga kini rasa kecewa itupun muncul. Benar manusia hanya bisa merencanakan, dan Sang Maha Penciptalah yang menentukan segalanya.

Dari kejauhan siswa yang bersembunyi itu memperhatikan interaksi antara kedua siswa berbeda tingkat kelas itu tanpa bisa mendengar apa yang mereka katakan. Yang bisa dia lihat hanya bagaimana ekspresi Arzi. Pasti Arzi mengira bahwa itu surat dari Kakak kelas itu, pikir Albie—siswa yang bersembunyi itu. Sedangkan disana, di dekat kursi taman Arzi masih belum sadar dari keterkejutannya. Sampai Fazri melambaikan tangannya di depan Arzi.

"Eh? "

"Kamu kenapa, Ar. Liat Kakak kok kaget banget gitu? Padahal dari tadi Kakak panggil kamu terus loh dari lorong menuju kesini, tapi kamu enggak nyahut. Jadi ya udah Kakak ikutin aja kamu. Eh ternyata kesini. Kamu ngapain kesini? "

Oh ternyata dugaan Arzi salah. Bukan Kak Fazri yang mengirimnya surat ini.

Fazri melirik kearah tangan kanan Arzi yang memegang kertas berwarna biru. "Itu kamu pegang apa, Ar? "

"E-eh ini? " Arzi mengangkat tangan kanannya sedikit kemudian memperhatikan sejenak kertas itu. "Bukan apa-apa, Kak. Cuman kertas biasa, Arzi emang suka simpen kertas warna-warni gini, " lanjut Arzi mengatakan sedikit kebohongan dan untuk dia yang selalu mempunyai kertas warna-warni itu benar.

Fazri masih saja memperhatikan kertas itu sampai Arzi mencoba mengalihkan perhatiannya. "Eh emang kenapa Kakak panggil Arzi? "

"Oh iya. Kakak disuruh Abangmu jagain kamu dulu sebelum dia selesai dengan acaranya. " Fazri tersenyum. "Ternyata Afnan bisa posesif juga ya, " tutur Fazri yang lebih kepada pernyataan. Arzi balas tersenyum. Memang seperti itulah Afnan. Arzi merasa bahagia saja dengan sifat posesif Abangnya itu. Dia tidak merasa risih atau kata apapun yang sama artinya dengan risih. Malah Arzi bahagia akhirnya ada seseorang selain Ibu yang merawatnya dan sekarang Bunda yang menginginkan Arzi selalu sehat wal afiat, aman dan tentram. Tapi mengingat hal itu, dia kembali teringat kepada sepasang adiknya. Jadi kangen.

Fazri yang memperhatikan Arzi tengah tersenyum ikut tersenyum kembali. Hati terasa menghangat bila berada di dekat adik kembar dari sahabatnya ini. Entah apa yang membuatnya seperti itu.

Arzi kembali memperhatikan sekitar. Dia mencoba mencari keberadaan sang pengirim surat, tapi dia tak dapat melihat siapapun yang berada di belakang sekolah selain dirinya dan Fazri.

Cinta Pertamaku dan Takdir✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang