24. Semakin Jauh

101 9 0
                                    

Happy Reading...

Aku tak mengerti, apakah takdir yang mempermainkanku atau kamu yang semakin sulit untuk kugapai?

❤❤❤

Author POVs

Waktu berjalan begitu cepat. Seluruh siswa kelas dua belas SMA telah menyelesaikan ujian nasional mereka. Dan kini kelas sepuluh dan sebelasnya sedang melaksanakan penilaian akhir semester genap mereka di tengah bulan ramadhan. Berbagai ekspresi diperlihatkan oleh para siswa SMA Husna Harapan yang baru saja menyelesaikan soal matematika di jam terakhir di hari keempat PAS dilaksanakan. Ada yang menampilkan wajah suram mungkin tak bisa menyelesaikan jawaban, ada yang berwajah biasa saja, dan ada juga yang memperlihatkan wajah bahagia dan leganya. Salah satu siswa yang terlihat bahagia itu adalah Arzi. Dia selalu merasa bahagia bila merasa berhasil menjawab semua soal matematika. Berjalan keluar dari ruang kelas yang tertempel kertas bertuliskan 'ruang 10' bersama dengan salah satu sahabatnya Rifa yang sama menempati ruang tersebut. Sedangkan sahabatnya yang lain berada di ruang yang angkanya lebih kecil daripada mereka.

"Aduh aku tadi enggak kejawab semua, Ar, " keluh Rifa ketika mereka telah duduk di salah satu bangku di depan kelas.

"Ya berarti kamu kurang memanfaatkan waktunya dengan baik kali Rif, " ucap Arzi seraya membuka resleting tas punggungnya. Memeriksa hp yang terdengar notifikasi tanda pesan masuk saat Rifa baru selesai berbicara.

"Yah kan susah itu Ar yang integral. Astagfirullah aku enggak kuat kalo di kasih integral kaya gitu mah. " Rifa menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dengan mata  fokus pada pesan yang baru saja masuk, yang ternyata dari Abangnya, Arzi berseru, "Emang sih itu rada susah yang integral di essai terakhir. Aku aja sampe itung dua kali Rif. " Ternyata Abangnya memberitahukan bahwa dirinya sudah berada di depan gerbang. Kelas dua belas memang sudah tak diwajibkan lagi datang ke sekolah. Dan Afnan sekarang selalu menjemput Arzi dengan sepeda motornya jika sang adik kembarnya itu telah berada di jam pulang. Afnan akan selalu menanyakan jam pulang sekolah Arzi saat berangkat. Dan Arzi kini tak ada kesempatan untuk bertemu dengan sahabatnya yang lain.

Arzi mengalihkan pandangannya kearah Rifa yang duduk di samping kanannya. "Rif aku pulang duluan ya, soalnya Bang Afnan udah jemput. Aku enggak bisa nemenin kamu nih nunggu yang lain. "

"Iya Ar enggak papa. Kasihan juga kalo Kak Afnan nunggu lama. Udah gih jalan, " ucap Rifa dengan tangan yang mendorong pelan bahu Arzi.

Arzi tersenyum seraya berdiri. "Ya udah bilangin ke yang lain ya. Aku duluan ya. Assalamu'alaikum. " Arzipun melangkah menuju tangga kedua gedung yang berada sedikit jauh dari tempatnya duduk tadi, lebih jauh ke tangga pertama—tangga yang biasa Arzi lalui ketika menuju kelasnya—, setelah menjabat tangan Rifa tanda sebelum mereka perpisahan.
Di waktu yang sama dua orang siswa menaiki tangga pertama dengan langkah lebar. Menuju ruang ujian kesepuluh.

"Bie, ya Allah cepet banget sih jalannya. Ini kita bakalan ketinggalan kereta ya. " Siswa berkopiah memprotes cara berjalan temannya yang takut banget ketinggalan kereta seperti katanya sambil terus berjalan.

"Ishh, diem deh Zid. Nanti kita enggak bakal ketemu dia lagi kalo enggak cepet. " Siswa yang dipanggil Bie itu terus berjalan menyusuri lorong ruang kelas lantai dua dengan tergesa. Bahkan hampir menubruk siswa dan siswi yang berjalan berlainan arah dengannya. Dengan mata fokus ke depan tak memperdulikan sekitar. Mencoba menemui seorang siswi yang entah sejak kejadian di belakang sekolah, dirinya susah sekali bertatap wajah langsung dengan siswi itu. Selalu ada halangan yang membuatnya tak bisa bertemu dengan siswi itu. Albie tak mengerti akan hal itu. Dari Vanny yang selalu datang ke kelasnya dan memaksa belajar bersama di kelasnya saat jam istirahat sampai Arzi—siswi itu—yang selalu mulai jarang terlihat berkeliaran di area sekolah. Bahkan perpustakaan yang menjadi tempat favorit gadis itu kini jarang sekali dikunjungi olehnya. Arzi lebih banyak terlihat bersama Kak Afnan dan Kak Fazri—yang entah kenapa membuat Albie was-was dengan sahabat Kak Afnan ini.

Cinta Pertamaku dan Takdir✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang