Untuk ke sekian kalinya Ava mencari sayur dan umbi ketengah hutan bersama Latri.
Ava sudah mulai terbiasa dengan keadaan hutan yang lumayaan menyeramkan.Dia juga mulai menggenakan kemben, dengan bahu hanya ditutupi oleh selendang tipis. Huh, rasanya Ava pengen pingsan aja.
Pake kemben itu, udah jalannya susah, bahu terekspos, dan yang paling parah, nyamuk yang sedari tadi mencoba menggigitnya. Benar-benar menyusahkan.
Ava tahu, kenapa mereka harus selalu mencari sayur dihutan untuk makan.
Itu karna Latri hanya tinggal dengan ibunya yang janda. Mereka hidup seadanya, bahkan tak memiliki sepetak tanahpun.
Ibu Latri hanya bekerja serabutan, disawah milik juragan, atau petani ketika musim tanam seperti ini.
Ava menggali tanah dengan pisau yang ia bawa, mengambil ubi jalar. Dia bahkan sengaja mengambil dengan tangkainya.
''Va, kenapa tangkainya kamu bawa juga?'' Latri hanya mengernyit, setahunya mereka hanya membutuhkan ubinya saja.
Ava mendengus samar. ''Tangkai ini, bisa kita tanam, biar gak harus ketengah hutan seperti ini.'' Jawabnya dengan semangat menggebu-gebu.
Ava kasihan dengan Latri yang harus selalu mencari umbi ditengah hutan, belum lagi gadis itu juga harus mencari kayu bakar.
Hasil dari semua itu, mereka jual, sedangkan sisanya dimakan. Hasil jualannya, biasanya ditukar dengan beras, atau ikan.
''Tapi, mau ditanam dimana? Sepetak tanahpun aku gak punya.''
''Halaman belakang rumahmu.'' Jawab Ava enteng, dia tahu Latri tak sependapat dengannya. Tapi sudahlah, lagi pula siapa yang bisa menghentikan kekeras kepalaan Ava?
''Kamu yakin ini akan tumbuh?'' Tanya Latri tak yakin saat Ava menanam batang ubi jalar itu, dengan daun yang sudah dipotongnya.
''Biar mengurangi penguapan disiang hari.'' Begitu jawabnya ketika tadi Latri bertanya.
''Udah deh, percaya aja sama aku.''
***
S
enin, 30 April 2018
Dewi
Maaf bila ceritanya jelek, aku tidak berbakat dalam bidang sastra. Aku hanya orang yang berusaha keluar dari zona nyamanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninggalake ing Majapahit (Selesai)
Historical FictionTerbit (Book 1 : Prolog-Part/Bagian 59, luangkan 60 menit waktu anda untuk membacanya) ''Mengapa saat do'a ku terkabul, hanya luka yang kudapat? Luka karena cinta yang tak direstui semesta.'' ''Nanti, ketika kamu telah kembali keduniamu, tunggu aku...