Bagian 72 . Damai

2.9K 240 13
                                    

Dumm!!

Ava menutup pintu rumahnya dengan keras, dengan membanting pintu itu membuat ibunya berjengkit kaget.

''Kakak kenapa sih? Datang-datang membanting pintu, bukannya sapa, salam, senyum, sopan, santun.'' Kesalnya dengan tangan yang menunjuk Ava sangsi, membuat gadis itu semakin merengut kesal dibuatnya.

Ava berjalan meninggalkan ibunya, biar saja ibunya kesal. Biar sama dengannya, begitu pikirnya.

Ava membanting tasnya dengan kesal ke sopa.

''Kak, kalau orang tua ngomong tuh didengerin. Terus, kalau orang tua nanya itu dijawab. Bukan main tinggal aja.''

Ava memutar bola mata malas.

''Ma berkebun, yuk!'' Ajaknya dengan senyum lima jarinya membuat ibunya mengernyit ngeri.

Jangan bilang ini anak kesurupan.

''Ava, kamu sehatkan?'' Tanyanya dengan khawatir, sembari menyentuh kening Ava dengan punggung tangannya. ''Gak panas kok.'' Gumamnya, kemudian menurunkan tangannya kembali.

Ava menghentakan kakinya kesal, tanpa menjawab pertanyaan ibunya Ava pergi kehalaman belakang rumahnya.

Tanahnya lumayan luas, tapi terlalu banyak bunga yang tumbuh. Oh, lebih tepatnya bunga yang ibunya tanam. Mulai dari bunga matahari, mawar, anggrek, kenanga, dan kawan-kawannya.

Yang Ava heran, kenapa ibunya tidak menanam bunga kantil sekalian? Bukankah itu bunga terkenal ya? Soalnya kan itu yang biasanya digunakan untuk yang nikahan. Dengan begitu ibunya bisa dapat duit.

Ava berjalan menuju bunga anggrek, bunga kesukaannya itu berwarna putih, pink, dan ungu. Dengan iseng Ava memetik semua bunganya. Menggenggam dengan senyum mengembang.

''AVA, APA YANG KAMU LAKUKAN? KENAPA BUNGANYA KAMU AMBIL?'' Ava membalikan badan dengan senyum tanpa dosanya.


***

Sabtu, 16 Juni 2018

Aduh, punya akang satu aja perhatian apalagi dua😆

Biru)

Ninggalake ing Majapahit (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang