''Siapa itu Ava? Apa kamu lupa, jika kamu telah meminang putri Padjajaran?''
Hayam Wuruk hanya berdiri mematung, sudah bisa dia duga jika ibunya sengaja mengirim mata-mata untuk mematai kegiatannya.
Benar-benar menyebalkan, dan sialnya, dia melupakan penting hal tersebut.
''Kamu memiliki hubungan khusus dengannya? Yang benar saja sejak kapan kamu menyukai gadis dari kalangan bawah seperti dia?''
Jujur Hayam Wuruk merasa hatinya tak enak, saat ibunya menghina Ava seperti itu. Dia akui, Ava memang bukan dari kalangan bangsawan, tapi apa perlu di ungkit? Dan kenapa harus dipermasalahkan?
Lagipula kenapa harus tak enak hati? Dia dan gadis itu kan tak memiliki hubungan apapun selain raja, dan rakyat. Jadi apa masalahnya?
Tribuana melihat semua itu, perubahan raut wajah anaknya saat ia menghina gadis itu. Bukan suatu yang biasa.
''Jadi, apa kau memiliki hubungan dengan gadis miskin itu?'' Tribuana kembali bertanya dengan suara yang naik satu oktaf. Menipis sudah kesabarannya oleh anak sulungnya itu.
Hayam Wuruk menggeram pelan. Bisakah ibunya tidak menghina Ava? ''Namanya Ava mbiung, dia memang dari kalangan biasa. Jangan menghina dia!''
Wanita yang duduk dipinggir ranjang itu tersenyum miring. ''Jadi apa ini pembelaan untuk gadismu?'' Tanyanya dengan kekehan yang terdengar mengejek ditelinganya.
''Jangan coba-coba menghina kerajaan kita dengan selalu mementingkan gadis itu!''
***
Minggu, 20 Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninggalake ing Majapahit (Selesai)
Historical FictionTerbit (Book 1 : Prolog-Part/Bagian 59, luangkan 60 menit waktu anda untuk membacanya) ''Mengapa saat do'a ku terkabul, hanya luka yang kudapat? Luka karena cinta yang tak direstui semesta.'' ''Nanti, ketika kamu telah kembali keduniamu, tunggu aku...