Tubuh Ava rasanya lemas saat telah selesai membaca surat dari Hayam Wuruk. Disana pemuda itu menjelaskan semuanya melalui tulisan.
Tentang bagaimana kejadiaan Perang Bubat, bagaimana kecewanya dia kepada Gajah Mada.
Tapi, menurut Ava, harusnya Hayam Wuruk tak langsung mengusir Gajah Mada. Bagaimanapun Gajah Mada adalah orang yang selama ini ada untuk Majapahit.
Gajah Mada memang salah, tapi kebaikan dan pengorbanan yang ia lakukan lebih banyak. Oh sudahlah, Ava tahu ini hanya mengikuti sejarah yang telah tertulis dalam buku.
Tok
Tok
Tok
Ava dengan sigap berjalan menuju pintu, membuka pintu itu dengan pelan.
Seorang pria paruh baya, yang ia ketahui adalah Gajah Mada berdiri didepannya. Dari wajahnya yang sendu, Ava tahu pria itu menyesal dengan apa yang dilakukannya.
''Mahapatih!'' Ava tak percaya dia mampu memanggil seperti itu.
''Jangan menundukan kepala seperti itu, aku sekarang bukan lagi Mahapatih Gajah Mada. Aku hanya Gajah Mada, seorang pria paruh baya.''
Ava mengangkat kepalanya pelan, kemudian sedikit mendongak untuk melihat wajah Gajah Mada.
''Hm..apa ada hal penting hingga anda datang kemari?'' Tanya Ava dengan sopan.
''Aku hanya ingin mengatakan satu hal.'' Gajah Mada berhenti sejenak, ''Jaga Raja Hayam Wuruk, Ava. Aku tahu kalian sering bertemu. Hibur dia, jangan biarkan dia terus sedih atas pengkhianatan ku. Jangan sakiti dia, seperti aku menyakitinya.'' Lanjutnya dengan lirih diakhir kalimat.''
***
Jum'at, 25 Mei 2018
Gajah Mada so sweet ya:') Ava baru nongol nih, ada yang kangen Ava gak nih*))
Biru:))
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninggalake ing Majapahit (Selesai)
Historical FictionTerbit (Book 1 : Prolog-Part/Bagian 59, luangkan 60 menit waktu anda untuk membacanya) ''Mengapa saat do'a ku terkabul, hanya luka yang kudapat? Luka karena cinta yang tak direstui semesta.'' ''Nanti, ketika kamu telah kembali keduniamu, tunggu aku...